Tampilkan postingan dengan label Resensi dan Ulasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi dan Ulasan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Juni 2024

Album-Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 8)

Kali ini, aku mencoba format baru. Aku memberikan 5 (lima) album kesukaanku yang diikuti oleh satu rekomendasi album serupa atau yang mirip, jadi bisa dibilang, deskripsi album yang mengikuti sudah diwakilkan yang sebelumnya. Jadi, akan ada lima pasang album, totalnya 10 (sepuluh) album.

Konsepnya tetap sama. Semuanya album kesukaanku yang bisa kudengarkan dari awal sampai akhir. Kelima pasangan album ini membuatku terpukau akan hubungan dan kecocokan mereka. Aku harap, kalian juga.
 
A Beautiful Lie, Thirty Seconds to Mars (2005)

Apakah semuanya hanya mimpi? Apakah semuanya adalah kebohongan? Thirty Seconds to Mars membuat kita bertanya-tanya lewat lagu-lagunya dalam A Beautiful Lie. A Beautiful Lie bisa didengarkan dari awal sampai akhir dengan cerita yang menjanjikan dan suara drum yang mengisi lagu-lagunya. Itulah mengapa Shannon Leto adalah salah satu drumer kesukaanku.

Rekomendasi album serupa: This Is War, Thirty Seconds to Mars (2009)
Menurutku, This Is War bisa dibilang sekuel dari A Beautiful Lie dengan tema, alur, dan genre yang tidak jauh berbeda, jadi This Is War bisa didengarkan setelah A Beautiful Lie. This Is War lebih seperti lanjutan A Beautiful Lie dengan banyaknya realisasi dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya di A Beautiful Lie. Kebetulan, realisasinya adalah perang dan damai.
 
Madness, Sleeping with Sirens (2015)

Apa sebenarnya deskripsi kegilaan? Sleeping with Sirens menjelaskannya dalam Madness, juga cara menghadapi kegilaan tersebut. Album yang dominan dengan pop rock dengan sentuhan punk dan post-hardcore ini memberi kesan rebel yang cocok untuk materinya. Tidak salah untuk memvalidasi bahwa kita pernah merasa "gila", asalkan tidak selalu berhenti di tempat untuk terus bersedih. Tidak salah kalau Madness pernah dinominasikan sebagai Album of the Year di tahun 2016 dalam Alternative Press Music Awards.

Rekomendasi album serupa: Bones, Young Guns (2012)
Bones merupakan album rok alternatif dengan substansi self-empowerment dan inner strength yang solid. Meski "gila", harus tetap "hidup". Semoga kita diberi petunjuk dan dibimbing untuk menjalani kehidupan dengan benar.
 
Reputation, Taylor Swift (2017)
 
Album yang sangat GG menurutku, baik maksudnya glamour and gothic maupun good games. Taylor Swift membuat lagu-lagu electropop terdengar badass di Reputation, tetapi dengan pembawaan yang cukup elegan. Hubungan gagal? Dengar Reputation. Hubungan berhasil dan berjalan dengan baik? Dengar Reputation. Galau? Dengar Reputation. Senang? Dengar Reputation.

Rekomendasi album serupa: Ceremonials, Florence + The Machine (2011)
Album yang sangat GG juga. Lagu-lagunya juga tidak kalah elegan. Tema hitam-kelabu dari kedua album menunjukkan sekumpulan trek yang berkelas.
 
The Gods We Can Touch, AURORA (2022)

The Gods We Can Touch berisi lagu-lagu accoustic folk pop yang mistis. Ada sedikit kesan gotik juga di sini. Lagu-lagunya tentang self-empowerment untuk melepaskan diri dari insecurity dan abuse. Meski beberapa lirik lagunya terdengar suram, ada nuansa menyenangkan di sini, seperti kalau dalam cerita, kita bisa melepaskan diri dari cliffhanger agar tidak "digantung". Benar saja karena trek lagu "A Little Place Called Moon" menutup concept album ini secara menenangkan seolah-olah kita sudah sampai di tempat yang aman, safe haven, kalau kita sudah mendengarkan album ini dari awal sampai akhir.

Rekomendasi album serupa: Dance Fever, Florence + The Machine (2022)
Lagu-lagu accoustic folk pop yang independen yang dapat membuat kita berdansa sesuai judul albumnya terdapat juga di sini. Semua lagu di Dance Fever terdengar ornamental di telinga, menghiasi hari jika didengarkan dari awal sampai akhir. Pokoknya, vibes dari Dance Fever ini mirip dengan album sebelumnya: kesan gotik dan hal-hal terkait cerita folklor.
 
HIT ME HARD AND SOFT, Billie Eilish (2024)

Billie Eilish kembali dengan kejutan besar yang artistik kali ini. Ada aransemen orchestraic yang membuat album ini terdengar rapi dan menarik. Ada konsep vulnerability yang tersirat dalam lagu-lagunya. Album rekomendasi selanjutnya juga berkonsep mirip.

Rekomendasi album serupa: ROOM UNDER THE STAIRS, Zayn Malik "ZAYN" (2024)
Aku tidak tahu, ya, apakah Billie dan Zayn janjian untuk merilis album di tanggal yang sama (17 Mei 2024). Selain itu, warna sampul albumnya juga sama-sama dominan biru dengan judul album yang dikapitalkan semua. Lagu-lagunya juga sama-sama lembut dan enak masuk telinga, hanya saja dalam genre yang berbeda. Billie bergenre bedroom pop sementara Zayn bergenre soul dan country.
 
BONUS
Ini bukan album yang sepenuhnya kusukai, tapi ada kemiripan antara satu sama lain.

Toxicity, System of a Down (2001)
Biophilia, Björk (2011)
Infections of a Different Kind (Step 1) (2018) dan A Different Kind of Human (Step 2) (2019), AURORA

Infections of a Different Kind (Step 1) sebenarnya adalah EP, bukan LP. Namun, Infections of a Different Kind (Step 1) menjadi prekuel dari album A Different Kind of Human (Step 2). A Different Kind of Human (Step 2) melanjutkan tema yang serupa dengan Infections of a Different Kind (Step 1) tepat sebagai album full kedua dari AURORA.
 
Keempat rekaman di atas sama-sama bertema meningkatkan kesadaran lingkungan, seperti kelestarian dan keberlanjutan lingkungan, pemanasan global, isu sosial-politik, infrastruktur perkotaan dan pedesaan, pendidikan dan sains, serta penyalahgunaan sumber daya. Selayaknya eksperimen demi peningkatan yang lebih baik, keempat rekaman banyak memasukkan unsur-unsur eksperimental dalam genre musik mereka. (Björk bahkan menggunakan alat musik unik, seperti kumparan Tesla, harpa gravitasi, dan gameleste—perpaduan gamelan dan celesta.) Mereka memadukan unsur folk dan jazz ke dalam genre dasar mereka di rekaman-rekaman tersebut sehingga lagu-lagu mereka terdengar lebih melodis.
 
Tidak hanya rekaman-rekamannya yang tersusun dengan baik, tetapi juga materi yang dibawakan berfaedah untuk kebaikan.
 
Nine Track Mind, Charlie Puth (2016)

Sedang ingin galau? Album debut Charlie Puth, Nine Track Mind, banyak lagu galaunya. Ya, di sini terdapat lagu-lagu galau yang tiap treknya tidak bisa dilewati begitu saja. Sesekali galau secara kohesif tidak apa-apalah, iya kan?

Rekomendasi album serupa: Doo-Wops & Hooligans, Bruno Mars (2010)
Sama-sama berisi lagu galau. Sama-sama warna kuning.
Pasangan lagu:
  • "Grenade" dan "Dangerously"
  • "Count on Me" dan "One Call Away"
(Di draf awal, aku mau masukkan album-album "kuning" ini ke daftar lima pasang di atas, tetapi ternyata Charlie Puth dan Bruno Mars pro zionis. Aku sudah menulis draf ini jauh dari sebelum aku tahu. Aku jadikan dishonourable mention saja.)

Minggu, 03 Maret 2024

Album-Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 7)

I think you know the drill.

Ada beberapa alasan mengapa aku menyukai suatu album:
  • Karena semua lagu sealbum enak didengar.
  • Karena ada cerita yang diceritakan kalau kita mendengarkan langsung sealbum tanpa henti (biasanya concept albums).
  • Karena tiap trek lagu bersambung.
  • dan sebagainya.

Jadi, inilah pos bagian ke-7 dari album-album favoritku. Tentu aku beri penjelasan dan ulasan mengenai album tersebut. Daftar album-album di bawah ini diurutkan berdasarkan waktu/tahun rilis album, bukan ranking favoritku.

  • Post, Björk (1995)

Aku suka dinamika lagu-lagunya dalam album ini. Aku suka bagaimana Björk mengekspresikan dirinya di sini. Semua lagu dari awal sampai akhir terdengar seimbang, ada yang menenangkan, ada yang menyemangati. Trek kesukaanku adalah "Hyperballad", sebuah cerita katarsis melankolis dalam lagu yang menyayat hati dan menguras air mata. Penilaian kritikus pada album ini lumayan tinggi terlepas dari berbagai permasalahan yang terjadi selama masa album ini. Sedikit banyak, album Post mengingatkanku untuk selalu bangkit lagi tiap kali terjatuh karena akan ada kebangkitan setelah terjatuh, tetapi tidak lupa juga untuk memanfaatkan waktu untuk menguatkan diri di kala terjatuh.

  • Savage Garden, Savage Garden (1997)

Ini adalah album pop rock hits klasik yang masih terdengar modern hingga saat ini. Aku suka bagaimana Savage Garden dibuka dengan "To the Moon and Back" sehingga kita memang seperti dibuat melayang ke bulan, otherworldly. Dilanjutkan ke "I Want You" yang membuat kita mengerti artinya mendamba. Diakhiri dengan "Santa Monica" yang menutup secara memuaskan. Savage Garden adalah album debut Savage Garden yang membuka gerbang ke berbagai kemungkinan dalam pop rock.

  • Waking Up, OneRepublic (2009)

Waking Up adalah concept album yang OneRepublic buat sebagai album ke-2 mereka. Sesuai namanya, album ini menggugah dan membangunkan kita dari mimpi-mimpi buruk, membuat kita terbangun dengan tenang. Setelah bangun tidur, kita dihadapkan kepada kenyataan dengan perenungan terhadap kehidupan. Oleh karenanya, Waking Up bisa menjadi album untuk menemani menghadapi tantangan. Lagu "Waking Up" yang juga titel dari album adalah puncak album ini di mana pada lagu "Waking Up" semua intisari dari album diperas dan dimasukkan ke dalam telinga kita.

  • Red, Taylor Swift (2012/2021)

(Yang kudengarkan adalah versi rekaman ulang, yakni yang Taylor's Version tahun 2021.) Satu lagi album Taylor Swift yang membuatku relate selain Midnights. Taylor Swift mengambil kesempatan mencoba genre rok, melakukannya, dan membuatnya nyata dalam album Red. Kebetulan, aku suka warna merah. Merah merupakan warna yang menggambarkan emosi kuat dan itu tergambar dalam album ini. Gelora, semangat, kesedihan, jatuh-bangun dalam cinta, ada semua. Jangan lupa mendengarkan Red untuk hari-hari yang "merah".

  • Ghost Stories, Coldplay (2014)

Album ini punya soft spot di hatiku (karena album ini adalah CD album pertama yang pernah kubeli, sayangnya sekarang CD-nya rusak). :') Ghost Stories bisa menempati soft spot banyak orang karena album ini dibuat pascaperceraian Chris Martin dan Gwyneth Paltrow. Memang, ada kesan muram dan melankolis dari album ini, tetapi, anehnya, itu terdengar optimistis. Ada warna-warna baru dari album ini yang menenangkan, melodis, dan jelas bertekstur. Jangan lupakan desain dan kemasan dari album ini yang indah.

  • The Magic Whip, Blur (2015)

Aku ingat pertama kali aku tahu album ini dari ulasan dalam majalah gratisan. Katanya, sih, bagus. Dan album ini merupakan penanda kembalinya Blur dalam kancah Britpop. Satu lagi album yang dapat soft spot di hatiku. Lagu-lagunya ringan dan menyenangkan, tidak seperti beberapa album terdahulu. Menurutku, ini adalah album Britpop yang lebih poppy tetapi juga "pintar" dengan kedalaman dan tekstur yang menginspirasi. (Coba perhatikan juga gambar es krim pada sampul albumnya yang menarik.)

  • The New Abnormal, The Strokes (2020)

Easy listening, itu pendapatku terhadap album ini. Aku mau membuat pengakuan kalau beberapa lagu The Strokes memang agak sulit untuk dinikmati, tetapi tidak untuk lagu-lagu di album ini. Jadi, jika ingin mengenal The Strokes, bisa mendengarkan dari album ini lalu mundur ke belakang. The Strokes menyesuaikan tema pandemik pada album ini, makanya perhatikan judulnya, dan lagu-lagunya memang cocok untuk didengarkan pada saat kesepian kala pandemi, cocok untuk menemani. Namun, setelah keadaan berangsur-angsur pulih, The New Abnormal juga cocok didengarkan di waktu-waktu normal ini.

  • Petals for Armor, Hayley Williams (2020)

Ini adalah album solo Hayley Williams di mana Hayley Williams bisa benar-benar mengekspresikan dirinya sendiri. Terdengar sangat indie, seolah-olah kita dibuat mengenal siapa Hayley Williams sesungguhnya. Ya, di album ini, Hayley Williams memang menumpahkan seluruh perasaannya, salah satunya tentang selama berkarier dalam Paramore. Bisa dibilang, album ini adalah penguatan eksistensi Hayley Williams. Aku sendiri kuat mendengarkan 15 lagu dalam album ini, dari awal sampai akhir, dan album ini cocok untuk menguatkan dan menyemangati diri saat bekerja.

  • Sob Rock, John Mayer (2021)

Album Sob Rock dilengkapi lagu yang enak-enak. Beberapa lagu pembuka pada album ini cocok untuk membangung mood agar tidak bosan. "Last Train Home" yang uplifting, "Shouldn't Matter but It Does" yang bikin sobbing, "New Light" yang tidak diduga ada di album ini, dilanjutkan "Why You No Love Me", dst.. Mungkin Sob Rock penuh lagu mellow, tetapi bisa dibilang itulah poin plusnya.

  • The Jaws of Life, Pierce the Veil (2023)

Apa yang harus kubilang tentang album ini? :') Semua lagunya saat didengarkan tanpa dilewatkan satu pun bagus semua. 12 lagu berturut-turut! Dengan latar belakang pembuatan album yang agak sedih, The Jaws of Life terealisasi sebagai "gigi" (gerigi) yang menggeligi dan bergerak secara intim dan melodis. Apa pun masalah yang menjerat kita pada saat ini, semoga kita bisa terlepas darinya, menemukan solusi dan kemudahan, serta tetap melihat cahaya dalam kegelapan. Itulah yang dimaksud oleh The Jaws of Life ini. Jika aku harus memilih satu lagu dari The Jaws of Life, aku akan memilih "Emergency Contact" yang amat sentimental.

Begitulah pada bagian ke-7 ini. Aku harap, kalian bisa mendengarkan semuanya. Mungkinkah ada lanjutan dari pos ini? Aku sebenarnya belum tahu. :')

Sudah. Itu saja.

Rabu, 20 September 2023

Album-Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 6)

Kembali lagi dengan no-skip albums for binge-listening, ada 10 album di pos tulisan ini. Saat aku mengumpulkan album-albumnya di sini, aku kebetulan menemukan suatu tema yang membuat entri album-albun di sini memiliki kesamaan. Kesamaan itu adalah hard hopes—harapan-harapan keras. Nah, karena album-album di sini menggambarkan harapan, aku harap, kita bisa tetap bersemangat menjalani kehidupan dan berpegang teguh pada harapan kita. :)

  • Blur, Blur (1997)

Hal-hal blur bisa terlihat dan terdengar seksi karena dari hal-hal yang blur bisa didapatkan kejelasan. Begitu kita dengarkan sejak permulaan dari "Beetlebum" ke cerita di "Essex Dogs", kita tidak akan menduga kalau kita telah melewati 14 lagu di album ini (yang versi asli ya, bukan yang edisi spesial remaster 2012). Blur menjadi salah satu comfort album-ku.

  • Decemberunderground, AFI (A Fire Inside) (2006)

Siapa yang suka gothic core di sini? Decemberunderground cocok untuk didengarkan di musim dingin pada bulan Desember sesuai namanya. Pada konsepnya, hal-hal dingin bisa merekatkan serta membebaskan dari kegelapan dan isolasi. Tiada hal hangat tanpa dingin, bukan?

  • Dreaming Out Loud, OneRepublic (2007)

Ini salah satu superior debut album kesukaanku. Aku suka sensasi pop rock yang ditawarkan OneRepublic di album ini. Lagu-lagunya enak pula, dari awal sampai selesai. Rasanya liriknya seperti meminta kita tidak berhenti berharap dalam hidup saat mendengarkan. Keep on hoping, never stop trying.

  • Metamorphosis, Papa Roach (2009)

Metamorphosis adalah album hard rock dari Papa Roach berisi 12 lagu. Papa Roach melakukan pendekatan baru yang berbeda dari album-album sebelumnya. Cukup masuk akal jika judul albumnya adalah Metamorphosis. Lagu-lagunya juga menyokong tema metamorfosis. Jadi, kalau suka hard rock agak ugal-ugalan tetapi tetap berhati-hati, Metamorphosis siap untuk didengarkan.

  • Life Starts Now, Three Days Grace (2009)

Satu lagi album hard rock penuh harapan ini. Life Starts Now bercerita tentang menghadapi hidup dan mengakui adanya kerentanan, baik dari kehidupan maupun dari dalam diri. Three Days Grace ingin mengemasnya secara ringan sekaligus personal. Makanya, Three Days Grace berhasil menyentuh dan berhubungan (relate) dengan mereka yang mendengarkan lagu-lagu dalam Life Starts Now secara mendalam.

  • Collide with the Sky, Pierce the Veil (2012)

Trek-trek pembuka album ini, "May These Noises Startle You in Your Sleep Tonight" dan "Hell Above" adalah pasangan lagu seamless yang membuat Collide with the Sky menjadi sajian post-hardcore yang menyemangati. Penutupnya, "Hold on Till May" merupakan trek yang assuring, meyakinkan kita akan baik-baik saja. Konsep dari album ini memang harapan mencapai langit dan hal itu terasa kalau kita mendengarkan dari awal sampai akhir.

  • Random Access Memories, Daft Punk (2013)

Random Access Memories menjadi album klasiknya Daft Punk (umurnya sudah 10 tahun sekarang). Daft Punk berkolaborasi dengan banyak vokalis ternama, seperti Pharell Williams, Julian Casablancas, Giorgio Moroder, dll. untuk merakit album disko yang progresif ini. Ini adalah album Daft Punk yang begitu solid, akan disayangkan kalau kita melewatkan satu lagu saja. Lagu-lagu yang memberi harapan dapat diakses di memori dalam kepala atau komputer kita.

  • A Moon Shaped Pool, Radiohead (2016)

Sangkaan awalku, trek-trek di album ini bakal terlalu keras atau bakal terlalu lembut nan membosankan. Sangkaan awalku salah. Keseluruhan album ini sangat seimbang—balanced. Ada nuansa ambien tetapi juga menyemangati dari album ini. Makanya, tidak ada lagu dari album ini yang bisa di-skip saking seimbangnya.

  • Never Let Me Go, Placebo (2022)

Never Let Me Go adalah album penuh harapan yang brutal dan eksperimental. Placebo mengeluarkan album ini di tengah pandemi dengan tidak mengecewakan. Aku bisa merasakan seluruh perasaan, usaha, tenaga, waktu, darah, dan keringat dari para personel Placebo yang ditumpahkan dalam album ini (terutama dari Brian Molko karena beliau penulis lagu utamanya).

  • Faith in the Future, Louis Tomlinson (2022)

Louis Tomlinson kelihatannya sedang menggalakkan kembali Britpop. Louis Tomlinson juga membuatnya dengan penuh harapan, hopeful, dan kepercayaan, faithful. Yang diharapkan Louis Tomlinson benar adanya, ada keajaiban di setiap lagunya.

Selasa, 19 September 2023

Album-Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 5)

 
Sudah kuduga aku akan menulis hal semacam ini lagi seiring dengan bertambah banyaknya album lagu-lagu yang kudengarkan. :))

Tapi toh, menyenangkan dan mudah untuk menulis dan berbagi sesuatu yang kita sukai.

Ini dia album-album lagu baru untuk didengar dari saat mulai sampai selesai (no-skip albums for binge-listening) kesukaanku (lagi). Semoga bisa menjadi rekomendasi untuk kalian.
 
  • Destination Anywhere, Jon Bon Jovi (1997)

Kalau mendengarkan album Crush dari Bon Jovi (ada di entri album selanjutnya) lalu mendengarkan album ini, kita seperti diajak mengembara, merantau jauh dari rumah. Jon Bon Jovi dengan album solo keduanya ini juga terdengar berpetualang, mengeksplorasi sesuatu meski perlu tersesat. Hasilnya? Ada pelajaran di setiap perjalanan.
 
  • Crush, Bon Jovi (2000)

Bagaimana rasanya jatuh cinta atau kesemsem ala hard rock? Album Crush dari Bon Jovi bisa jadi gambarannya. Ya, membuat orang mendengarkan album ini merupakan cara yang badass untuk menunjukkan perasaan kita. (Tapi, pastikan orang yang mendengarkan suka lagu-lagu rok juga, ya.)

  • Origin of Symmetry, Muse (2001)

Ini adalah Muse ketika sedang "keras-kerasnya". Dibuka dengan "New Born" yang misterius, kita akan lanjut masuk dan terjebak dalam spiral kegilaan (mohon bersabar karena album ini pantas didengarkan sampai selesai). Sedikit informasi menarik: Judul album ini terinspirasi dari bukunya Michio Kaku, seorang fisikawan Jepang-Amerika, yang berjudul Hyperspace. Hyperspace menjelaskan tentang unsur-unsur gaya di semesta dalam fisika: interaksi kuat, interaksi lemah, elektromagnetisme, dan gravitasi.

  • Ocean Avenue, Yellowcard (2003)

Pernah dengar pop punk dengan alunan biola? Ternyata enak! Itulah yang dimiliki Yellowcard. Ocean Avenue adalah gerbang yang tepat untuk menyukai Yellowcard. Berkat kekhasannya, Ocean Avenue menjadi salah satu album pop punk terbaik sepanjang waktu.

  • Dusk and Summer, Dashboard Confessional (2006)

Terkenal dengan lagu "Stolen"-nya, Dusk and Summer diisi trek-trek emo yang tidak lekang oleh waktu. Kalau butuh kesan mellow tapi tidak terlalu down & low, aku bisa mendengarkan ini. Lagu-lagu dalam album ini disusun dengan beragam instrumen yang hasilnya cukup rapi. Jadi ya, kalau butuh galau-galauan selama musim panas (atau musim lainnya), Dusk and Summer bisa jadi pilihan untuk disimak.

  • Science & Faith, The Script (2010)

Dibuka dengan preambul berupa "You Won't Feel a Thing", ditutup dengan katarsis berupa "Exit Wounds". The Script menunjukkan peningkatan pada Science & Faith, album kedua ini setelah album pertama mereka. Sebagai manusia, kita butuh ilmu pengetahuan (science) dan kepercayaan (faith), dan aku menikmati itu.
 
  • No Sound without Silence, The Script (2014)

Satu lagi album The Script yang aku suka. No Sound without Silence adalah sebuah improvisasi untuk terus melangkah maju di tengah gempuran. Sebagai orang agak rebel, aku menyetujui filosofi itu. Aku juga suka kesan pop rock yang dipadukan musik folk khas Irlandia di sini.
 
  • Sorry, Meg Myers (2015)

Sorry adalah album pertama dari Meg Myers. Lagu-lagunya beraliran alternative dan electronic, terdengar enak, dan punya lirik-lirik emosional. Ada cerita yang ditawarkan di album ini kalau kita dengarkan tanpa melewatkan satu lagu pun.
 
  • Fine Line, Harry Styles (2019)

Harry Styles membuat album ini stylishly (IYKYK). Mungkin dari album ini, kesan-kesan Styles-esque dimunculkan, jadi Harry Styles seperti menetapkan identitasnya di sini dan pastinya beliau merasa senang. Album ini memang tentang bersenang-senang, antara having fun dan screwing around, makanya wajar disebut fine line (batas yang amat halus dan tipis). Lumayan mendapat 46,5 menit merasakan kesenangan.

  • Midnights, Taylor Swift (2022)
 
Album terbaru Taylor Swift yang sangat meledak di pasaran. Meskipun "meledak", ada kesan penerimaan yang ambien dari lagu-lagunya. Mungkin karena tengah malam, midnight, adalah saat-saat paling tenang, tentram, dan diam dalam sehari? Waktu untuk menemani diri sendiri? Midnights cocok untuk menemani ketika merenung sampai selesai.

Itu dia 10 album-albun yang bisa didengarkan tanpa skip satu lagu pun. Apakah ada album kesukaan kalian juga? Silakan beri masukan atau komentar!

Sabtu, 18 Februari 2023

Album-Album yang Membuat Perasaanku Campur Aduk (Bagian 2)


 
Aku tidak akan melakukan pembukaan panjang-panjang. Kalau sudah memperhatikan judul dan membaca Bagian 1, aku akan langsung saja.
 
Is This It, The Strokes (2001)

Ini adalah BUKAN album favoritku yang berani kunilai tinggi. Jangan salah, aku tidak punya dendam apa pun dengan album ini. Toh, aku justru menyanjungnya. Aku suka suara Julian Casablancas yang terdistorsi di album ini. Aransemen lagu-lagunya pun bagus. Para kritikus juga bahkan menilai tinggi Is This It. Jadi, biasa saja, kok, antara aku dan album ini. FYI, ada versi lebih "aman" dari sampul album ini, yaitu yang berupa gambar peta/globe (?) berwarna biru dan kuning.
Lagu yang disukai: "Someday", "Last Nite", dan "New York City Cops"
 
Fallen, Evanescence (2003)

Is This It dan Fallen adalah album debut superior berturut-turut dari The Strokes dan Evanescence. Fallen dihargai tinggi baik oleh kritikus dan penggemar—terutama sebagai album pertama, album ini adalah gateway-nya menjadi penggemar Evanescence. Aku setuju sebenarnya. Hanya saja, lagu-lagu lainnya dalam album ini tidak seikonik lagu-lagu yang dijadikan singel seperti "Bring Me to Life", "Going Under", dan "My Immortal". Oke, ada lagu "Tourniquet" yang lumayan karena merupakan cover lagu dari grup Soul Embraced. Yang membuatnya "kurang" adalah pola musik dari lagu-lagu dalam album ini hampir sama semua, jadi tidak begitu variatif. Mungkin karena ini adalah album pertama di mana Evanescence masih mengeksplor tempatnya. Meskipun begitu, album ini tidak buruk juga. Sayang sekali Ben Moody, gitaris Evanescence waktu itu dan salah satu pendiri grup, hanya ada di album klasik ini, yang sangat menonjol, karena setelahnya terasa adanya penurunan dari Evanescence. Hiks.
Lagu yang disukai: "Going Under", "Bring Me to Life", dan "My Immortal"
 
Ones and Zeros, Young Guns (2015)
 
Tidak, ini bukan album yang membuat perasaanku campur aduk karena albumnya kurang bagus, melainkan karena album ini SANGAT BAGUS, tetapi tidak banyak yang mengetahui album ini. Aku yakin Young Guns merupakan grup yang sangat disukai di negara asal mereka, di Inggris. Sayang sekali grup ini kurang exposure ke dunia. POKOKNYA BAGUS. Album Ones and Zeros bisa menjadi gateway untuk mengenal Young Guns lebih jauh. Apa yang harus kulakukan agar album ini lebih terkenal lagi? AAAAAAAAAAAAAAA.
Lagu yang disukai: "Rising Up", "I Want Out", dan "Speaking in Tongues"
 
After Laughter, Paramore (2017)

I'm so sorry, Paramore, but this one bores me. Padahal lagunya enak-enak, tapi aku merasa bosan. Aku jadi membandingkan dengan diriku saat mendengarkan album The Wall dari Pink Floyd. The Wall juga punya banyak lagu enak. Bedanya, The Wall berdurasi 80 menit (kira-kira 2 kali durasi standar album), jadi wajar saja aku bosan dan kehilangan fokus (sorry, Pink Floyd). Yang membuatku bosan adalah aku tidak merasakan spark atau chemistry dengan album ini (terlebih karena tema albumnya yang cukup kelam). Aku lebih menikmati album sebelum dan sesudah After Laughter, Paramore (2013) dan This Is Why (2023). Bahkan aku lebih menikmati All We Know Is Falling (2005), album pertama Paramore yang belum serapi album-album setelahnya. Aku percaya ini album yang bagus (kalau dilihat dari nilai yang diberikan kritikus). Aku hanya butuh waktu lebih lama untuk menikmatinya.
Lagu yang disukai: "Hard Times", "Rose-Colored Boy", dan "Told You So"

Mania, Fall Out Boy (2018)

Oke, sekarang, kita ke bagian album yang tidak banyak disukai karena menandakan perubahan besar bagi artisnya. Kalian bisa bayangkan unsur EDM atau dubstep dimasukkan ke pop punk? Fall Out Boy melakukan itu. Hasilnya memang bikin para penggemar, kritikus, dan tetangga—bahkan internal Fall Out Boy sendiri—berbisik-bisik (coba kalian bayangkan). Tapi, kasihan juga, sih, kalau sampai bilang album ini flop. Fakta bahwa masih ada lagu yang kusukai di album ini menandakan kalau album ini tidak gagal amat secara konseptual (meski album ini bukan concept album?). It's actually a fun and neat album. (Jangan lupa apresiasi warna ungunya.)
Lagu yang disukai: "Stay Frosty Royal Milk Tea", "The Last of the Real Ones", dan "Young and Menace"
 
Tranquility Base Hotel & Casino, Arctic Monkeys (2018)

Masih dengan album yang tidak banyak disukai karena menandakan perubahan besar bagi artisnya. TBHC (singkatannya) sangat berbeda dari album-album sebelumnya yang penuh lagu-lagu cadas nan badass. TBHC justru sangat chill. Para penggemar memang dibuat terkejut karena TBHC sangat berbeda dari album AM (2013) dan terus ke belakangnya. Well, aku malah suka Arctic Monkeys yang chill begini, terlebih seperti yang kalian tahu, aku adalah penggemer fiksi ilmiah dan album ini menyisipkan unsur sci-fi. Ada humor di lagu-lagu album ini dan humor sering melekat dalam songwriting Arctic Monkeys. Itu yang tidak berubah. Walaupun begitu, yah, ada beberapa saat aku merasa bosan mendengarkan album ini. This album still slays, tho.
Lagu yang disukai: "Four Out of Five", "Tranquility Base Hotel & Casino", dan "She Looks Like Fun"

*

Sekali lagi aku tekankan bahwasannya aku tidak membenci album-album ini, tetapi aku pun tidak menggemarinya. I don't dislike these albums, but I'm not a fan also. Yang kutulis di sini berdasarkan preferensi pribadiku. Jika kalian punya opini yang berbeda denganku, tidak apa-apa, bagus malahan. Tenang saja, kalian sangat diperbolehkan untuk berbagi pendapat kalian.

Baiklah, cukup sekian dariku. Itu saja.