Senin, 23 Januari 2023

Album-Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 4)

 
Jujur saja, 15 adalah angka yang cukup besar sebagai jumlah album yang harus kuulas di beberapa post sebelumnya. Jadi, untuk di sini, aku cukupkan sampai 10 album. You know the drill (kalau belum, lihatlah bagian-bagian sebelumnya). Tidak ada urutan ordinal berkaitan dengan mana yang jadi favoritku (hanya daftar). Nah, khusus di sini, aku berusaha mengurutkan album-album sesuai waktu rilisnya secara kronologis.
 
  • Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band, The Beatles (1967)

Aku tidak tahu apa yang akan kalian bilang soal album ini, tapi album ini punya keramahan dan keseruannya tersendiri. Lagipula, album ini memang pas dan pantas untuk didengarkan tanpa skip. Jangan lewatkan satu lagu pun dalam album ini. Sersan Pepper sudah berniat baik mendirikan klubnya untuk menghibur hati-hati yang kesepian. Mengapa kita tidak memanfaatkannya?
 
  • The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders from Mars, David Bowie (1972)

Sejak keberadaan Mayor Tom, aku makin ingin mengapresiasi baik David Bowie maupun Mayor Tom karena keberanian mereka untuk menjelajah ruang angkasa dan membawa kita untuk ikut serta dalam petualangan mereka. Serius, aku jadi tahu rasanya pergi ke ruang angkasa tanpa ke ruang angkasa. Berkat mereka, kita juga bisa berkenalan dengan Ziggy Stardust, alien yang memberikan harapan hidup umat manusia di bumi dengan menjadi bintang rok. Dalam kanonnya, cerita Ziggy Stardust berakhir tragis. Namun, pesan yang ditawarkan album ini begitu mendalam. Tidak menutup kemungkinan kalau kita bisa menawarkan akhir alternatif dari cerita Ziggy Stardust saat kita memahami album ini dengan mendengarkan dari awal sampai akhir.
 
  • Wish You Were Here, Pink Floyd (1975)

Lagi-lagi, aku harus berdebat dengan diriku sendiri mengenai album Wish You Were Here atau Animals (1977) yang harus kumasukkan ke sini. Akhirnya, aku memilih Wish You Were Here karena narasinya yang lebih menarik. (Animals sebenarnya juga punya narasi menarik khas Orwellian karena terinspirasi dari cerita Animal Farm dan lirik-lirik yang puitis.) Wish You Were Here dibuat untuk mengenang mendiang Syd Barrett (1946—2006), salah seorang pendiri grup Pink Floyd ini yang keluar dari grup karena masalah kesehatan mentalnya. Album ini dibuat berdasarkan kondisi industri musik saat itu yang begitu ketat dengan kritik. Namun, aku membayangkan cerita lain. Aku bayangkan Wish You Were Here ini bercerita tentang orang tua yang merelakan anaknya merantau demi mewujudkan mimpi menjadi musisi besar. Mereka mendukung anak mereka, tetapi rasa sedih dan rindu pasti akan ada. We wish you were here, begitu harapan orang tua terhadap si anak. Mungkin cocok didengarkan kalau sedang homesick.
 
  • Enema of the State, Blink-182 (1999)

Ini adalah album yang seru, yang membuat kalian having fun with life. Soalnya, ada sesuatu yang membuatku merasa larut saja dengan album ini, suka atau tidak suka. Masih kurang dengan Enema of the State? Coba dengarkan album selanjutnya, yaitu Take Off Your Pants and Jacket (2001). Enema of the State adalah satu pijakan yang membantu Blink-182 mencapai masa-masa jayanya. Jadi, menurutku, Enema of the State sangat worth your time.
 
  • In Rainbows, Radiohead (2007)

In Rainbows memperbaiki dan memberikan penawaran yang tidak kalah menarik dari album Radiohead sebelumnya, Hail to the Thief (2003) (yang sebenarnya juga merupakan album bagus). Aku baru sadar kalau banyak lagu Radiohead favoritku yang ada di album ini, seperti "Nude", "Weird Fishes/Arpeggi", "All I Need", "House of Cards", dan "Jigsaw Falling into Place". Aku merasa tenang sekaligus senang mendengarkan sejak lagu "15 Step" membuka album ini. Pantas saja kalau album ini adalah satu album paling "bahagia"-nya Radiohead, judulnya saja In Rainbows, berada di pelangi yang mewarnai hidup. Langsung saja mendengarkan In Rainbows jika ingin merasa bahagia.
 
  • Perfect Symmetry, Keane (2008)

Di Perfect Symmetry, Keane makin keras menetakkan eksistensinya sebagai grup piano pop rock. It's us against the world, begitu prinsip di Perfect Symmetry. Ada kontemplasi yang ditawarkan Keane di album ini sejak lagu "Spiralling" dimulai. Puncaknya berada di trek tituler "Perfect Symmetry" dan lagu "You Don't See Me". Menurutku, ini cocok didengarkan sambil melamun asalkan lamunan tersebut bisa menyelamatkan hidup.
 
  • Crash Love, AFI (A Fire Inside) (2009)

Akhirnya, aku menemukan album lain lagi yang cocok diputar ketika jatuh cinta, tetapi ingin dilalui secara badass. Not only love is a crash, but this is also crash love. Sebagai suatu langkah untuk menarik penggemar mainstream, albun AFI yang ini memang lebih "ringan" daripada album-albun AFI sebelumnya. Crash Love dibuka dengan "Torch Song" yang mengingatkan bahwa tiap amanah bakal diestafetkan seperti obor. Menurutku, album ini adalah simfoni dari goth, punk, dan pop dengan konduktor rock. Lagu kesukaanku di sini adalah "Medicate".
 
  • Vices & Virtues, Panic! At the Disco (2011)

Ah, ya, album ini membuatku menetapkan Spencer Smith sebagai salah satu drumer kesukaanku karena gebukannya yang mengisi lagu-lagu ikonik dari Vices & Virtues (mungkin pengaruh dari personelnya yang tinggal dua pula). Dibuka dengan "The Ballad of Mona Lisa" dan ditutup dengan "Nearly Witches (Ever Since We Met...)", Vices & Virtue memberikan pengalaman mendengarkan yang full circle. Ingat saja bahwa hidup seperti roda berputar. Begitu juga saat mendengarkan Vices & Virtues dan mengingat usaha Panic! At the Disco untuk terus berkarya.
 
  • Ambitions, ONE OK ROCK (2017)

Album ini ada versi Jepang dan versi internasionalnya dibedakan dari (tipografi) sampul albumnya. (Coba tebak mana yang mana.) Memang ada sedikit perbedaan dari trek-trek lagunya. Ada baiknya mendengarkan kedua versi. Keduanya sama-sama menarik dengan lagu-lagu yang menyemangati dan warna kuning cerah sampulnya yang bersemangat juga. Semoga kalian tetap semangat saat mendengarkannya!
 
  • Eye of the Storm, ONE OK ROCK (2019)

Satu lagi album dari OOR yang perlu kuulas. I was blown away with this album. Ya, album ini makin poppish jika dibandingkan dengan album sebelumnya, tetapi album ini juga melampaui ekspektasiku. Yang pasti, OOR membuat lagu-lagu pop rock nyaman dinikmati di Eye of the Storm dengan urutan keseluruhannya dan tiap lagu secara individual. Makanya, Eye of the Storm cocok didengarkan dari awal s.d. akhir. Sama seperti album Ambitions, pastikan juga mendengarkan versi Jepang-nya juga, ya.

***
 
Itu tadi ulasan singkat album-album untuk didengarkan dari awal sampai akhir pada bagian ini. Aku sudah memberi rekomendasi unreliable ini sekitar 10 album kalau tidak lebih. Selebihnya, silakan dengarkan sendiri langsung. Semoga dapat menambah pengalaman mendengarkan lagu-lagu kalian. Terima kasih. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar