Minggu, 15 Januari 2023

15 Album Lagu Barat untuk Didengar dari Saat Mulai sampai Selesai! (Bagian 3)

Kembali lagi dengan "15 Album". Aku mencoba untuk memasukkan lebih banyak pilihan yang lebih klasik seperti album-album yang rilis awal tahun 2000-an, tahun 1990-an, dan sebelumnya karena album-album tersebut memang timeless dan tidak bermasalah untuk didengarkan pada milenium baru ini, istilahnya di bahasa Inggris: aging very well. Bahkan aku menemukan beberapa yang cukup ahead of its time, sangat visioner seolah masa depan sudah teramalkan. Lagi, kebanyakan yang aku masukkan adalah concept albums, tetapi ada juga album-album yang bukan concept albums.
 
Oh ya, aku menulis Bagian 1 dan Bagian 2 dari "15 Album" sebelumnya. Boleh sempatkan juga untuk membaca keduanya. Untuk Bagian 3 ini, karena aku sedang rajin, aku akan mengulas secara penuh semua album di sini, jadi formatnya agak berbeda dengan kedua bagian sebelumnya. Tidak ada urutan ordinal berkaitan dengan mana yang jadi favoritku (hanya daftar).
 
  • Insomniac, Green Day (1995)

Apakah Insomniac salah satu album Green Day yang underrated? Materi lagu-lagu dalam album ini begitu "solid" untuk dilupakan (hehehe :p). Album ini mencerminkan orang yang mengalami—ya, tidak salah lagi—insomnia. Manusia umur seperempat abad sepertiku merasa relate dengan album ini. Coba dengarkan, akankah kalian merasakan hal yang sama?
 
  • Antics, Interpol (2004)

Para personel Interpol benar-benar mengerahkan tenaga dan waktu untuk album ini dan itu terlihat dari lagu-lagunya yang terancang secara rapi sehingga enak didengar. Yang aku sukai dari Antics adalah beberapa lagunya yang mengusung tema pelayaran dan penjelajahan, jadi mendengarkan Antics berasa seperti sedang berlayar dengan kapal pesiar. Selamat berlayar, Saudara-Saudara!
 
  • Heathen Chemistry, Oasis (2002)

Album dengan lagu-lagu yang (hampir) seamless selalu enak didengarkan tanpa terputus. Begitulah menurut telingaku. Aku pribadi merasa aneh karena yang katanya album yang membuat orang-orang terbagi ke dua kubu—"cinta album ini" dan "benci album ini", bahkan termasuk personel dalam Oasis-nya—bisa aku nikmati tanpa beban. Itu berarti aku masuk ke kubu "cinta album ini", ya?
 
  • The Dark Side of the Moon, Pink Floyd (1973)

Aku sempat kebingungan untuk memilih antara album ini atau The Wall (1979), keduanya dapat dibilang concept album terbaik Pink Floyd. Yah, karena aku adalah sucker untuk fiksi ilmiah dan slice of life sekaligus, aku lebih memilih The Dark Side of the Moon. Maksudku, lihatlah judul albumnya! Lihatlah kovernya! Album ini mengangkat isu-isu kehidupan yang dibungkus secara puitis dan relatable, tetapi tidak mengesampingkan musikalitas Pink Floyd. Ini juga cocok untuk penyuka cerita dengan akhir gantung karena, ya, selagi kita masih hidup, kehidupan belum berakhir, tidak ada yang pasti tahu mengenai akhir kehidupan kita, bukan? (Kecuali Tuhan.)
 
  • The Downward Spiral, Nine Inch Nails (1994)

Aku mendengarkan album ini karena banyak pengulas yang merekomendasikan album ini. Aku tidak menyesal. Kalau aku tidak tahu tahun rilisnya album ini, aku pasti akan menyangka bahwa ini dibuat pada tahun 2000-an karena kualitasnya, temanya, nadanya, dan liriknya (masih) mendeskripsikan keadaan saat-saat sekarang. Rasanya seperti mendengarkan lagu mainstream zaman ini. Mungkin saja Mr. Self Destruct, tokoh yang menjadi pusat cerita album ini, adalah seseorang yang hidup di masa depan dengan gambaran masyarakat steampunk ala film Mortal Engines. Bersiaplah menaiki roller coaster of emotions bila mendengarkan The Downward Spiral ini (dan hati-hati kalau mual dan muntah setelah itu).
 
  • 人生×僕= (Jinsei Kakete Boku wa), ONE OK ROCK (2013)

Harusnya ini jadi album wajib bagi para penggemar J-rock. Di album ini, lirik bahasa Jepang dan lirik bahasa Inggris berpadu secara proporsional. Karena album ini jugalah ONE OK ROCK lebih dikenal secara internasional. Urutan lagunya mengalir secara alami seperti air yang mengisi celah-celah sempit.
 
  • (What's the Story) Morning Glory?, Oasis (1995)

Di antara tiga album pertama Oasis (Definitely Maybe (1994), (What's the Story) Morning Glory? (1995), dan Be Here Now (1997)), aku akhirnya memilih ... Morning Glory? yang paling enjoyable untuk binge-listening, dengan Be Here Now peringkat kedua—meski kritikus musik tidak banyak yang suka Be Here Now—dan Definitely Maybe ketiga. Sesuai dengan judul albumnya, kalian perlu mendengar keseluruhan album untuk mengetahui cerita di balik ... Morning Glory? ini.
 
  • A Rush of Blood to the Head, Coldplay (2002)

Coldplay zaman dahulu dikenal bold, pertengahannya menjadi underline, dan akhir-akhir ini menjelma italic (silakan interpretasikan sendiri). Oleh karenanya, aku tawarkan album Coldplay yang ini. A Rush of Blood to the Head adalah album yang membuktikan masa-masa Coldplay sebagai grup pop rock. Album ini lumayan dark untuk ukuran Coldplay dan aku sangat merekomendasikan untuk didengarkan hingga tuntas. Tiada masalah untuk menyukai Coldplay yang baru, mereka tetap bagus, kok, menurutku. Namun, coba dengarkan album ini dan perhatikan evolusinya.
 
  • Absolution, Muse (2004)

Yang kusuka dari Absolution adalah topik yang diangkat berkaitan dengan kepercayaan. Sayang sekali aku tidak begitu menikmati "Sing for Absolution" yang notabene lagu tituler album ini, mungkin karena terlalu sedih buatku. Akan tetapi, itu juga jadi poin plus Absolution dalam menunjukkan keseriusan di album ini. Absolution, bagiku, sangat aesthetic, symphonic, dan orchestral. Ya, Muse mengolaborasikan musik klasik dan rok dalam gubahan lagu-lagunya ini, salah satunya yang paling terlihat di lagu "Butterflies and Hurricanes". Belum lagi komposisi lirik-liriknya yang tegas. Album-album Muse sebelumnya, Showbiz (1999) dan Origin of Symmetry (2001), berjoging sehingga Absolution bisa sprint (lalu Black Holes and Revelations (2006) terbang meskipun haluannya lebih ke musik elektronik).
 
  • Hopes and Fears, Keane (2004)

Underrated masterpiece. Itu yang bisa kukatakan. Alunan denting piano di Hopes and Fears benar-benar menghipnotis dan menyeret kita ke dunia yang dibangun Keane lalu mengajak kita untuk tinggal di dalamnya. Terlebih karena pembukaannya adalah lagu "Somewhere Only We Know" yang punya tempat di hati kita masing-masing. Selain lagu tersebut, masih banyak lagu lain yang dapat dieksplorasi di album ini.
 
  • Box Car Racer, Box Car Racer (2002)

Tidak banyak yang bisa membatasi kreativitas Tom DeLonge. Box Car Racer adalah salah satu manifestasinya. Album self-titled dari proyek sampingan Tom DeLonge ini memang one hit wonder, tetapi album ini juga berhasil membuat kita terkagum-kagum dengan diversitasnya dari grup-grup yang berhubungan dengan Box Car Racer, seperti Blink-182 dan +44. It makes us wonder. (Info terbaru: Tom DeLonge dan Travis Barker menghidupkan kembali grup ini pada 2021 lalu.)
 
  • Love, Pt. 1 (2010) dan Love: Part Two (2011), Angels & Airwaves

Dari Box Car Racer, kita beranjak ke album Love yang terdiri dari dua bagian. Ya, Box Car Racer dan Love inilah album-album dari grup-grup yang berhubungan (karena Tom DeLonge), terlebih karena lagu "Letters to God" di Box Car Racer memiliki kelanjutannya, "Letters to God, Pt. 2" di Love, Pt. 1. Memang menarik, sekuel dari sebuah lagu dari suatu grup dibawakan oleh grup yang lain. Selebihnya, dwilogi Love ini merupakan concept albums bertema perjalanan pencarian jati diri yang digambarkan dengan seorang astronot yang menjelajah di ruang angkasa.
 
  • Parklife, Blur (1994)

Pernah merasakan tinggal di chaotic neighbourhood? Itulah yang diceritakan Blur melalui Parklife ini. Akan lebih menarik jika album ini didengarkan dari awal sampai akhir sambil duduk-duduk di teras depan rumah dan mengamati keadaan sekitar rumah kalian. Apakah ada anak-anak bermain? Apakah ada tetangga yang sedang memotong keramik, mengebor, dan memalu paku? Atau justru keadaannya tentram aman sejahtera tenang sentosa? Pokoknya, album ini membuat kita merenung bahwa kita sebenarnya butuh neighbourhood dekat rumah kita untuk bersosialisasi dan hidup sebagai manusia, makhluk sosial, entah kita menyukainya atau tidak.
 
  • POST HUMAN: SURVIVAL HORROR, Bring Me the Horizon (2020)
 
Sebenarnya, BMTH merilis POST HUMAN ... sebagai commercial release, bukan concept album. Namun, seluruh lagunya berada di bawah tema pandemi, isolasi, karantina, konspirasi, dan teknologi, tentu karena BMTH membuat POST HUMAN ... untuk menceritakan kondisi saat COVID-19 merebak. Aku suka lagu "Dear Diary," yang sudah menarik perhatianku sejak awal, membuatku berharap BMTH merilis lagi concept albums atau sejenisnya dengan storytelling yang apik (kelihatannya, sih, ada Post Human 2, POST HUMAN: CLub H3LLh0Le, dan akan dibuat dalam empat bagian alias tetralogi). Kemudian, ada "Parasite Eve" yang aku nobatkan jadi lagu favoritku sepanjang masa dan berlanjut ke "Teardrops" sampai "Ludens" yang berhasil membuatku tetap hooked buat mendengarkan. POST HUMAN ... ini ditutup secara melankolis dengan "One Day the Only Butterflies Left Will Be in Your Chest as You March Towards Your Death" featuring Amy Lee, kolaborasi yang mantap sampai akhir.
 
  • Will of the People, Muse (2022)

Proteslah sesuka kalian, tapi album ini sebenarnya sangat menarik untuk didengarkan dari menit ke 0 hingga selesai. Aku tahu karena genrenya yang sangat beragam, terlalu beragam malah, sampai banyak pengulas bilang kalau Will of the People ini jadi "all over the places". Well, aku suka hal-hal random. Aku menghargai Muse yang berani membuat album yang tidak terkotakkan dalam satu genre. Tidak heran Muse mengatakan album ini berisi "greatest hits dengan lagu-lagu baru". Jadi, ketimbang mendengarkan lagunya satu-satu, aku menyarankan album ini diputar untuk didengarkan semua lagunya terus ketika bekerja. Ada "Ghosts (How Can I Move On)" dan "Verona" yang mellow, ada "Won't Stand Down" dan "Kill or Be Killed" yang begitu keras bak cadas, ada "Compliance" dan "You Make Me Feel Like It's Halloween" yang membuat kalian ingin berdansa, dan tentunya "Will of the People" sebagai pentolan yang revolusioner (dan sekali lagi, Muse memakai referensi 1984 yang merupakan cerita kesukaanku).
 
***
 
Begitulah 15 album (atau lebih) yang kuulas di post ini. Aku harap ini bisa menjadi rekomendasi yang cocok untuk kalian meski agaknya unreliable karena aku bukan ahli dalam mengulas sesuatu. Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian akan mencoba mendengarkan album-album ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar