Kamis, 29 April 2021

Dasar Pengetahuan Pascapanen Tradisional Indonesia

Rangkuman Belajar Mata Kuliah PP4102 Pengetahuan Pasca Panen Tradisional


Penduduk Indonesia semenjak dahulu kala sudah melakukan penanganan pascapanen untuk mempertahankan kualitas produk. Penanganan pascapanen yang muncul merupakan suatu pengembangan ciri khas tersendiri di suatu lingkup masyarakat. Pembentukan identitas di suatu lingkup masyarakat itulah yang membentuk kebudayaan dan tradisi masyarakat tersebut. Kebudayaan adalah kegiatan yang dilakukan di lingkungan masyarakat tersebut. Konsep kebudayaan itu terbatas di suatu lingkup masyarakat, tidak punya standar yang baku dalam penentuannya, dan memiliki makna-makna tersendiri yang diyakini. Sementara itu, tradisi adalah khazanah yang terus hidup secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Tradisi melibatkan pewarisan dari masa ke masa dan konstruksi pembentukan dan penanaman tradisi kepada orang lain. Kebudayaan dan tradisi dalam penanganan pascapanen yang melekat menjadikannya tradisional.

Karena bersifat tradisional, penanganan pascapanennya sendiri mengandung kearifan lokal. Kearifan lokal adalah gagasan-gagasan yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, serta yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Biasanya, pelopor kearifan tersebut adalah tokoh pemuka masyarakat di lingkungan masyarakat tersebut. Dasar untuk pengambilan kebijakan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam, dan kegiatan masyarakat pedesaan. Kearifan tersebut pastilah sesuatu yang memiliki nilai-nilai budaya yang baik yang sebenarnya sudah diajarkan semenjak lama dari nenek moyang terdahulu. Selain itu, kearifan dapat berasal dari pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur. Tentu saja ada manfaat dari perlakuan penanganan pascapanen tradisional tersebut, yaitu untuk melestarikan nilai-nilai baik yang berlaku.

Keberhasilan menjaga kualitas komoditas dengan melakukan penanganan pascapanen tradisional ditentukan dari panen dan penanganan segera setelah panen. Faktor yang menentukan penanganan pascapanen yang baik adalah sebagai berikut:

  • Menentukan waktu panen yang tepat, yakni melihat kematangan produk;
  • Melakukan penanganan yang baik untuk menakan kerusakan;
  • Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen;
  • Menyimpan produk di wadah/tempat yang bersih dan sesuai;
  • Tidak melakukan tindakan kekerasan yang dapat memengaruhi produk;
  • Memisahkan yang utuh dengan yang rusak.

Dari faktor-faktor itu, penanganan pascapanen tradisional yang dilakukan harus dapat menekan losses dari sifat biologi produk dan sumbernya dengan dasar-dasar fisiologi pascapanen produk dan penggunaan teknologi yang sesuai.

Menentukan Produk yang Dipanen 
Panen adalah kegiatan mengumpulkan produk yang sudah matang. Produk yang dapat dipanen dapat dilihat dari kenampakan visualnya dan indikator fisik yang ada. Kenampakan visual yang paling banyak digunakan adalah perubahan warna dan ukuran. Namun, penentuan dari kenampakan visual bersifat subjektif karena keterbatasan dari indra penglihatan manusia. Indikator fisik produk dapat diuji dengan tangan secara manual atau mekanisasi. Indikator fisik diamati bila tenaga kerja tersedia dan luasan areal memadai.
 
Pascapanen Tradisional
Secara umum, penanganan pascapanen tradisional juga bertujuan untuk membuat bioproduk memiliki daya simpan yang lama serta mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia produk. Penanganan pascapanen tradisional tetap harus memperhatikan jenis bahan/produk yang diawetkan, keadaan bahan/produk, cara-cara yang digunakan, daya tarik yang diperlukan bahan/produk tersebut. Tentunya, produk-produk yang dipanen akan mengalami biodeteriorasi secara assimilatory dan dissimilatory yang juga didukung dengan kerusakan fisik dan mekanis.

Perlakuan pascapanen tradisional terbagi menjadi penanganan dan pengolahan. Contoh-contoh penanganan dan pengolahan tersebut adalah sebagai berikut

Penanganan:

  • Pemanenan: teknik pemanenan yang digunakan
  • Pengumpulan hasil panen
  • Pembersihan atau pencucian
  • Pengkelasan (grading)
  • Pengemasan
  • Penyimpanan dan pendinginan
  • Transportasi

Pengolahan:

  • Pengeringan
  • Pemanasan
  • Pendinginan
  • Pengasapan
  • Iradiasi
  • Penggunaan bahan-bahan kimia

Pengolahan pascapanen merupakan penanganan sekunder agar bahan/produk yang ditangani awet dan terjaga kualitasnya hingga saat dikonsumsi. Penanganan pascapanen yang tepat akan mencegah kemunduran kualitas produk. Terkadang, teknologi pengawetan produk skala industri merupakan cara-cara pengawetan tradisional yang dikembangkan.  Pengembangan ini diusahakan masih mengandung nilai-nilai budaya, sosial, dan politik yang mampu menggambarkan ciri khas suatu kelompok masyarakat. Maka dari itu, adopsi teknologi pada pengembangan pascapanen tradisional untuk industri harus feasible untuk dilakukan di daerah tersebut dan menambah nilai jual lebih banyak untuk produk.

Rabu, 28 April 2021

Teknologi Penyimpanan Pascapanen

Rangkuman Belajar Mata Kuliah PP3202 Teknologi Penyimpanan Produk Pasca Panen

 
Penyimpanan merupakan tindakan penahanan barang (komoditas) sementara karena suatu keadaan atau tujuan sebelum dijual, didistribusikan, atau diproses lebih lanjut di suatu tempat agar aman. Penyimpanan penting demi menjaga persediaan komoditas atau produk. Suatu produk atau komoditas harus disimpan karena faktor kebutuhan (permintaan) produk sepanjang tahun, stabilitas harga, stabilitas penyuplaian barang, dan penyuplaian barang yang tidak tetap. Penyimpanan bertujuan untuk mengamankan produk dari pencurian dan kerusakan oleh hama, kerusakan oleh manusia, dan kerusakan secara alami, meningkatkan nilai komoditas atau produk, memperpanjang umur produk, menyokong ketahanan pangan, serta menjamin stabilitas suplai dan stabilitas harga ke konsumen. Manfaat dari penyimpanan produk adalah sebagai penyedia dan pengaman benih, penyelamat dan pengaman hasil panen, persediaan konsumsi keluarga sehari-hari, persediaan di musim panceklik, pemerkokoh posisi tawar-menawar, pemberi keuntungan yang lebih baik dan lebih mudah, sarana pembentukan dan penumpukan modal, serta bagian dari proses penuaan (aging) produk. Bagi negara sendiri, penyimpanan bermanfaat untuk menyediakan stok nasional, menyuplai persediaan keadaan darurat, menjamin stabilitas harga dan ekonomi, menjamin stabilitas sosial, politik, dan keamanan, meningkatkan sumber penghasilan dan devisa negara, serta meningkatkan kepercayaan luar negeri.


Jenis-jenis tempat penyimpanan:
  • Gudang
  • Alat atau ruang tempat penyimpanan, seperti kulkas, freezer, laci, lemari, atau loker
  • Silo
  • Lumbung
  • dsb.
Penyimpanan adalah salah satu proses yang penting dalam penanganan pascapanen. Tempat penyimpanan yang dibuat menyesuaikan produk yang akan disimpan. Ada beberapa modifikasi tempat penyimpanan, di antaranya adalah
  • Penyimpanan dingin (cold storage)
  • Controlled atmosphere storage (CAS)
  • Modified atmosphere storage (MAS)
  • Penggunaan kemasan pintar (smart packaging)
  • dsb.

Penyimpanan produk harus disesuaikan dengan sifat fisik, fisiologis, biokimiawi, dan nutrisional produk yang akan disimpan. Jika metode penyimpanannya tepat, masa simpan dari produk bisa diperpanjang. Teknologi penyimpanan yang digunakan dapat berpengaruh ke lamanya masa simpan produk. Cara untuk menghitung masa simpan produk di antaranya adalah
  • Extended Storage Studies (ESS): menyimpan produk dalam rentang waktu tertentu yang lama hingga produk mengalami deteriorasi
  • Accelerated Storage Studies (ASS) atau Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)
    • Model isotermal
      • Pemodelan Arrhenius
      • Pemodelan Q10 (lanjutan Arrhenius)
    • Model non-isotermal
      • Pemodelan kadar air kritis: aktivitas air (Aw) dan kelembapan
Masa simpan produk dapat diperpanjang dengan meningkatkan nilai mutu produk dari saat dipanen dan/atau memperlambat laju penurunan mutu produk. Pada saat penyimpanan inilah dibutuhkan teknologi yang mampu meperlambat laju penurunan mutu produk.

Selasa, 27 April 2021

Pengendalian Hama dan Patogen Pascapanen

Rangkuman Belajar Mata Kuliah PP3102 Pengendalian Hama dan Patogen Pasca Panen


Komoditas yang telah dipanen tidak lepas dari serangan hama-hama dan patogen penyebab penyakit yang dapat menurunkan kualitas produk. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian hama dan patogen yang terpadu dalam penanganan pascapanen komoditas. Adapun cara yang umum digunakan adalah seperti yang akan dijelaskan di bawah.

  • Menggunakan bahan yang bersifat racun (pestisida)

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1992, pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk
  • memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
  • memberantas rerumputan;
  • mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
  • mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
  • memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
  • memberantas atau mencegah hama-hama air;
  • memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;
  • memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Sebelumnya, ada berbagai jenis pestisida. Jenis-jenis pestisida ditentukan sesuai dengan sasaran jenis hama dan patogen yang akan dibasmi. Ada bakterisida (pembasmi bakteri patogen), fungisida (pembasmi fungi), herbisida (pembasmi gulma), akarisida (pembasmi akar-akaran), nematisida (pembasmi nematoda), moluskisida (pembasmi moluska), rodentisida (pembasmi hewan pengerat), insektisida (pembasmi serangga), piscida (pembasmi ikan), dan termisida (pembasmi rayap)[1]. Setelah itu, masing-masing jenis pestisida dikenali cara kerjanya. Bila ada tanaman atau komoditas yang terserang hama, kenali dulu apa masalahnya lalu tentukan pestisida mana yang akan dipakai. Maka dari itu, falsafah penggunaan pestisida harus diketahui, yaitu
  1. Yang paling ideal apabila hama, penyakit dan organisme pengganggu tanaman lainnya dapat dikendalikan tanpa menggunakan pestisida;
  2. Apabila terpaksa digunakan pestisida, maka pilihlah pestisida yang aman;
  3. Apabila terpaksa digunakan pestisida yang tidak aman, gunakan pestisida itu berganti-ganti dengan cara pengendalian alternatif[2].
Setelah berdasarkan sasaran hama, jenis pestisida juga ditentukan berdasarkan cara kerjanya dan bahan pestisida. Pestisida terbagi ke dalam beberapa macam cara kerja, yaitu sebagai racun kontak, racun sistemik, racun pernafasan, atau racun perut. Pestisida racun kontak bekerja saat hama melakukan kontak langsung. Pestisida racun sistemik diserap terlebih dahulu oleh tanaman sehingga masuk ke dalam pembuluhnya dan bekerja efektif untuk mematikan hama yang sudah masuk ke dalam jaringan tanaman tersebut. Pestisida racun pernafasan bekerja saat hama menghirup pestisida tersebut saat bernafas. Pestisida racun perut bekerja saat tanaman termakan hama dan bereaksi dalam pencernaan hama. Satu jenis pestisida bisa jadi bekerja dengan lebih dari satu cara[3]. Berdasarkan bahan pestisida, pestisida terbagi menjadi pestisida kimiawi dan pestisida alami (biopestisida). Pestisida kimiawi yang dijadikan contoh di sini adalah Turex WP, Sidametrin, Decis, Sancord, Arrivo, Antracol, Furadan, dan Toxiput. Turex WP menjadi racun perut. Sidametrin menjadi racun kontak dan perut. Decis menjadi racun kontak dan perut. Sancord menjadi racun kontak dan perut. Arrivo menjadi racun kontak dan perut. Antracol menjadi racun kontak. Furadan menjadi racun kontak dan perut. Toxiput menjadi racun kontak.
 Gambar 1. Identifikasi Sifat Fisik Pestisida

Untuk penanggulangan ulat Crocidolomia pavonana bisa dilakukan pemberian insektisida Klorantra-niliprol 100 gr/l + Thiamethoksam 200 gr/l (Virtako©) dan Klorpirifos 200 g/l (Dursban©) serta tanaman dipupuk dengan Phonska dan Gandasil D[4].

Pestisida berperan dalam pengendalian populasi hama. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan pestisida:
  1. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen pengendalian hayati,
  2. Efektif, spesifik dan selektif untuk mengendalikan hama tertentu,
  3. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja,
  4. Tidak boleh persisten di lingkungan, dengan kata lain harus mudah terurai,
  5. Takaran aplikasi rendah, sehingga tidak terlalu membebani lingkungan,
  6. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD50 dermal dan LD50 oral relatif tinggi), sehingga aman bagi manusia dan lingkungan hayati,
  7. Dalam perdagangan (labelling, pengepakan, penyimpanan, dan transpor) harus memenuhi persyaratan keamanan,
  8. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut, dan
  9. Harga terjangkau bagi petani[5].
Peningkatan dosis berbanding lurus dengan peningkatan bahan racun tersebut sehingga daya bunuh semakin tinggi. Pestisida yang terakumulasi dalam suatu lingkungan dapat membahayakan makhluk hidup lainnya, seperti tanaman lain, manusia, dan mamalia lainnya. Jika sudah tercemari pestisida, antidot pestisida tersebut harus diberikan dan bioremediasi harus dilakukan pada lingkungan. Maka dari itu, penggunaan pestisida yang berlebihan harus dikurangi agar tidak terjadi pencemaran yang dapat membahayakan makhluk hidup lainnya.

Begitu banyak ketentuan untuk menggunakan pestisida kimiawi karena dianggap berpotensi mencemari lingkungan. Alternatif dari penggunaan pestisida kimiawi adalah penggunaan biopestisida. Pestisida alami yang berasal dari tanaman disebut pestisida nabati. Tanaman yang bisa dijadikan pestisida adalah bandotan/babadotan (Ageratum conyzoides), sirsak (Annona muricata), mimba/nimba (Azadirachta indica), surian/suren (Toona sp.), cengkih/cengkeh (Syzygium aromaticum), serai/sereh (Cymbopogon citratus), sirih hutan (Piper aduncum L.)[6], dan kunyit (Curcuma domestica Val.). Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah daun sementara untuk kunyit adalah rimpangnya. Bahan aktif dari bahan biopestisida tersebut dapat diekstraksi lalu dilarutkan dan digunakan untuk menyemprot, mengoles, atau membalur hasil panen atau tanamannya. Cara penggunaan lainnya adalah bahan-bahan pestisida alami tersebut bisa hanya disimpan dengan ditaburkan atau ditebarkan di sekitar hasil panen atau tanaman. (Apa lagi tanaman yang bisa menjadi biopestisida?)
Gambar 2. Dari Pojok Kiri Atas ke Pojok Kanan Bawah, Kiri ke Kanan: Daun Surian, Daun Cengkih, Daun Sirsak, Daun Serai, Daun Mimba/Nimba, dan Daun Bandotan
 
Gambar 3. Keterangan Contoh Tanaman dan Senyawa Aktifnya Sebagai Biopestisida

  • Memanfaatkan musuh alami

Ulat adalah hama yang biasa menyerang komoditas pertanian bahkan setelah panen. Namun, seperti yang diketahui banyak orang, ulat pun memiliki pemangsanya atau patogen yang mampu mematikan hama tersebut. Contoh hama ulat yang akan dibahas adalah ulat Helicoverpa armigera, hama ulat yang menyerang tongkol jagung dan buah tomat, dan ulat Crocidolomia pavonana, hama ulat yang menyerang krop kubis. Predator ulat Helicoverpa armigera yang paling mungkin untuk dimanfaatkan adalah burung (untuk ulatnya langsung) dan laba-laba (untuk imago dan ulat). Jika predator ulat Helicoverpa armigera dapat berperan secara optimal di lapangan, maka populasi ulat Helicoverpa armigera akan senantiasa lebih rendah dari predatornya sehingga tidak terjadi ledakan hama[7]. Musuh alami ulat Crocidolomia pavonana adalah parasitoid telur Trichogrammatoidae bactrae, parasitoid larva, parasitoid pupa, serta patogen serangga seperti Beauveria bassiana, Paesilomyces fumosoroseus, Zoophthora radicans, Steinernema carpocapsae dan Hirsulella spp.[8]. Pastikan musuh alami dari hama tidak mampu merusak tanaman atau hasil panen yang bersangkutan.

Untuk mengetahui bermacam-macam serangga yang dapat menjadi hama berdasarkan bentuk kakinya, silakan klik di sini.

  • Menjaga Kebersihan Gudang Penyimpanan
Hasil panen yang tidak langsung dipasarkan biasanya disimpan terlebih dahulu di gudang penyimpanan sampai waktunya dipasarkan. Di dalam gudang, tidak jarang ditemukan hama yang dapat merusak hasil panen yang disebut hama gudang. Oleh karena itu, keberadaan hama gudang harus ditekan supaya kualitas hasil panen tidak menurun. Gudang diusahakan tidak terlalu lembap sehingga tidak menyebabkan hasil panen mudah rusak bila terserang hama, terlebih karena mikroorganisme seperti fungi dapat tumbuh optimal pada hasil panen di tempat yang lembap. Selain itu, hama yang sering ditemukan dalam gudang adalah tikus dan serangga (kutu atau kumbang). Binatang-binatang besar lainnya pun dapat dikategorikan sebagai hama jika merusak hasil panen dalam gudang.
Gambar 4. Contoh Hama Gudang
 
Sirkulsi udara dalam gudang diperlukan agar gudang tidak terlalu lembap. Jika perlu, pasanglah termometer dan higrometer dalam gudang untuk mengetahui suhu dan kelembapan dalam gudang tersebut. Bila kondisi gudang tidak memadai untuk menyimpan hasil panen, seperti terlalu kotor dan lembap, gudang harus dibersihkan. Keluarkan terlebih dahulu seluruh hasil panen dari gudang sebelum membersihkan. Sapu dan pel (kalau perlu) lantai gudang dari kotoran dan hasil panen yang terjatuh agar tidak ada hama yang bersarang di situ sehingga hama tidak berinfestasi ke dalam hasil panen. Gudang juga perlu difumigasi agar hama dan patogen yang berada dalam gudang dapat mati. Zat yang digunakan untuk fumigasi disebut fumigan. Beberapa fumigan yang dikenal di antaranya adalah 1-metilsiklopropana (1-MCP), metil bromida (MB atau CH3Br)[9], fosfin (PH3), dan sulfuril florida (SF atau SO2F2). Pilihlah fumigan yang membunuh hama secara efektif, tidak beracun untuk manusia, tidak merusak bahan pangan (akan lebih baik jika mampu mempertahankan kualitas hasil panen), mudah disemprotkan, dan proses aerasinya cepat. Keterangan penggunaan fumigasi selengkapnya terdapat pada Peraturan Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pedoman Fumigasi Arsip. Terakhir, sediakan palet-palet untuk menyimpan hasil panen di atasnya karena hasil panen yang langsung bersentuhan dengan lantai akan lebih mudah terserang hama. Palet-palet ini ada yang terbuat dari kayu, plastik, dan logam (sesuaikan dengan kebutuhan, pertimbangan kelebihan-kekurangan material, dan biaya yang ada). Setelah kadar fumigan dalam gudang pada ambang batas aman, barulah simpan palet-palet penyimpanan dan hasil panen.

***

Begitulah pengendalian hama dan patogen yang dapat dilakukan manusia. Semoga tulisan ini mampu menambah wawasan dalam mengatasi serangan hama pada hasil panen. Jika terdapat kekurangan, silakan beri masukan dan koreksi. Sekian dan terima kasih.

Referensi:
[1] Wismaningsih, E. R. & Oktaviasari, D. I. (2016). Identifikasi Jenis Pestisida dan Penggunaan APD pada Petani Penyemprot di Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Jurnal Wiyata, 3(1), 100—105.
[2] Yuantari, M. G. C. (2009). Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya pada Kesehatan Petani di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.
[3] Supriadi. (2013). Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian, 32(1), 1—9.
[4] Badjo, R., Rante, C. S., Meray, E. R. M., Assa, B. H, & Dien, M. F. (2015). Serangan Hama Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) di Kelurahan Kakaskasen II, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon. COCOS, 6(14), 1—9.
[5] Adriyani, R. (2006). Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1), 95—106.
[6] Harahap & Rakhmadiah, K. (2016). Uji Beberapa Konsentrasi Tepung Daun Sirih Hutan (Piper aduncum L.) untuk Mengendalikan Hama Sitophilus zeamais M. pada Biji Jagung di Penyimpanan. Jurnal Agroekotek, 8(2), 82—94.
[7] Suherlinda, Jasmi, & Safitri, E. (2014). Kepadatan Populasi Helicoperva armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tomat di Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Pendidikan Biologi, 1(1), 1—4.
[8] Julianto. (2016). Mengatasi Serangan Ulat pada Tanaman Kubis. http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=3244&cHash=a1e01d73bf96738059d8cda736520168 (diakses pada 1 Oktober 2018 pukul 20.00).
[9] Yudistira, N. O., Bakti, D., & Zahara, F. (2015). Metil Bromida (CH3Br) Sebagai Fumigan Hama Gudang Areca Nut Weevil (Araecerus fascicullatus De Geer) (Coleoptera: Anthribidae) Pada Biji Pinang. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 2(4), 1634—1639.

Jumat, 23 April 2021

Poliamori (Bagian 2)

Saat itu, kamu berjalan ke sebuah taman dengan beraneka bunga yang tumbuh di sana. Semua bunga yang tumbuh di sana adalah bunga kesukaanmu. Kamu pun memetik setangkai dari tiap jenis bunga untuk mengisi vas bungamu yang besar. Kamu tidak bisa memetik satu jenis saja karena kalau kamu mau satu, kamu merasa pasti menginginkan jenis yang lain. Sayangnya, semua jenis bunga yang kamu petik seolah-olah bersekongkol untuh hanya awet selama seminggu. Tiap minggu, kamu harus pergi ke taman untuk memetik semua jenis bunga hingga entah kapan keseluruhan taman bisa bertahan.






Memang, tidak ada salahnya mencintai banyak bunga, tetapi bukan berarti kamu harus terus-menerus memetik bunga-bunga tersebut hanya untuk mengisi vasmu yang kosong itu. Mengapa tidak kamu cari benih dari tiap jenis bunga itu untuk kamu tanam sendiri sehingga bunga-bunga itu dapat tetap hidup dan kamu mampu membuat taman milikmu sendiri? Kemungkinannya, kamu akan menemukan benih dari satu jenis bunga saja yang cocok untuk kamu tanam. Namun, kamu punya bungamu dan kamu akan menjadikan lahan yang ada sebagai tamanmu. Begitulah kamu akan menghias hidupmu, tamanmu sendiri yang kamu kelola, secara adil. Kamu sendirilah yang akan mengukur seberapa adilnya dirimu.

Ah, manusia memang tidak pernah puas. Manusia menjustifikasi ketidakpuasannya dengan cinta, padahal cinta seharusnya membuat manusia merasa cukup. Cinta akan membantumu membuat tamanmu sendiri, bukan yang membuatmu mempunyai taman yang bisa kaujajah.

 


#KronikKepemimpinan
#SeriPoliamori

Kamis, 22 April 2021

Tanaman Berbunga yang Dapat Dikonsumsi

Biasanya, bagian tanaman yang sering dikonsumsi adalah buah dan daun (untuk sayuran). Namun, sesungguhnya seluruh bagian tanaman ada kemungkinan bisa dikonsumsi, termasuk bunga. Bisa dibilang, bunga merupakan bagian dari tanaman yang paling indah karena warnanya yang beragam dan aromanya yang wangi. Tentu keindahannya tidak dikurangi dengan bagian tanaman ini yang ternyata juga bisa dikonsumsi. Bunga dikonsumsi sebagai masakan yang sedap, bumbu-bumbu yang melezatkan, hiasan makanan yang juga bisa dimakan, minuman, atau obat-obatan dengan berbagai khasiat. Yang pasti, ada beberapa jenis bunga yang tidak akan membuat kita menyesal saat mengonsumsinya karena enak dan aman dimakan.
Salad dengan Bunga
(Sumber: backyardboss.net)

Post ini sebenarnya merupakan follow up dari post "Makanan untuk Bertahan Hidup di Hutan" karena ada banyak sekali tumbuhan berbunga di hutan yang bisa dikonsumsi dan meredakan rasa lapar sementara di post tersebut, belum semua tanaman berbunga di hutan ter-cover pembahasannya. Di sini, tanaman berbunga dari hutan yang tumbuh secara liar dan tanaman hias dijadikan satu. (Sebelum kalian bertanya, ya, ada bunga dari tanaman hias yang bisa dimakan.) Beberapa bunga bisa dimakan mentah secara langsung atau diolah terlebih dahulu. Berikut di bawah ini adalah contoh-contohnya.

Bunga/kembang turi (agati/agathi/hummingbird flower(Sesbania grandiflora)
Gambar 1. Bunga Turi (Merah)
(Sumber: shopee.co.id)

Turi merupakan tanaman dari famili Fabaceae (polong-polongan). Di Indonesia, bunga turi sering dijadikan bahan masakan, makanya bunga turi sering terlihat dalam tumis, salad/pecel, dan lalap. Bunganya, terutama yang berwarna merah, juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati luka berdarah. Selain bunganya, daun dan buahnya (buncis/kacang polong) bisa dimakan. Sebelumnya, bagian-bagian dari tanaman ini yang bisa dimakan harus direbus dulu.

Bunga/kembang telang (butterfly pea flower(Clitoria ternatea)
Gambar 2. Bunga Telang
(Sumber: tokopedia.com)

Bunganya cantik dengan kelopak berwarna biru, ungu, atau putih (yang terakhir ini adalah varietas khusus). Bunga telang yang berwarna biru atau ungu sering dijadikan minuman, salah satunya adalah teh/tisane.  Bunga ini juga bisa dijadikan pewarna alami untuk makanan atau minuman. Warna biru atau ungu dari bunga telang bisa menjadi indikator pH; semakin asam, warna yang dihasilkan akan menjadi ungu. Bunga telang jugs bisa dikonsumsi sebagai sayuran dalam tumis, sup, atau gorengan. Bunga turi yang termasuk famili Fabaceae (polong-polongan) ini juga memiliki sifat antidepresan.

Kenikir merah muda (pink cosmos(Cosmos caudatus)
Gambar 3. Bunga Kenikir Merah Muda
(Sumber: shutterstock.com)

Dalam bahasa Malaysia, kenikir disebut ulam raja yang artinya 'salad raja (the king's salad)'. Nama itu bukan berarti tanpa alasan. Daun dan tunas mudanya yang biasa dimakan, tetapi ternyata bunganya pun bisa. Kelopaknya bisa dijadikan hiasan dan taburan untuk menambah variasi warna di makanan. Kenikir cocok untuk dijadikan menu diet dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Bunga chicory (Chicorium intybus)
Gambar 4. Bunga Chicory
(Sumber: wikiwand.com)

Bunga chicory berwarna biru muda yang lembut, seperti baby blue, walau kemungkinannya ada juga warna lainnya. Maka dari itu, kelopak bunga chicory cocok untuk menghias makanan dan lalap, bahkan bunga kuncupnya dapat dijadikan acar. Pada dasarnya, seluruh tanaman chicory ini bisa dimanfaatkan untuk pangan. Akarnya mengandung inulin dan dapat dijadikan pemanis. Meskipun agak pahit, bunga dan daunnya biasa terdapat dalam salad untuk mengimbangi rasa.

Bunga kecombrang/kincung/honje (Etlingera elatior atau Nicolaia speciosa)
Gambar 5. Bunga Kecombrang
(Sumber: en.wikipedia.org)

Bunga kecombrang memiliki kandungan zat nutrisi cukup tinggi sehingga tidak jarang untuk dijadikan masakan di Indonesia. Bunga kecombrang dijadikan bahan masakan seperti sup, tumis, salad/rujak/pecel, dan saus sambal serta dijadikan bumbu. Selain itu, bunga kecombrang juga biasa dicampur dengan urap untuk menghasilkan masakan yang lezat. Rasa bunga kecombrang sepat, agak hangat, dan tebal (bulky).

Bunga kerokot/gelang/kelayan (purslane/duckweed/pursley(Portulaca oleracea)
Gambar 6. Bunga Kerokot
(Sumber: gardenia.net)

Bunga kerokot mawar (Portulaca grandiflora) sering dijumpai sebagai tanaman hias. Nah, kerabatnya, Portulaca oleracea, yang berbunga warna kuning ini bisa dimakan. Kerokot mempunyai tekstur tebal bak sukulen. Kandungan kimiawinya yang berguna untuk tubuh dan membuat rasa kerokot unik juga cukup tinggi. Batang dan daunnya, baik mentah maupun diolah terlebih dahulu, dimanfaatkan sebagai bahan salad, sup, lalap, dan tumis. Bunganya bisa dijadikan hiasan makanan atau minuman. Perhatikan perbedaannya dengan hairy-stemmed spurge yang beracun. Kerokot tidak memiliki banyak "bulu-bulu halus" di sekujur batangnya dan tidak mengeluarkan getah berwarna putih susu jika diremas.

Bunga genjer/eceng (Limnocharis flava)
Gambar 7. Bunga Genjer
(Sumber: twitter.com, @Sabar24416658)

Genjer adalah tanaman akuatik, yaitu tanaman yang biasa tumbuh di tempat yang sangat berair. Mungkin kalian pernah tahu lagu berjudul Genjer-genjer. Ya, yang dimaksud adalah tanaman genjer ini. Sayang sekali tanaman ini dijuluki sebagai "makanan orang miskin", padahal genjer mengandung makronutrien dan mikronutrien yang menyehatkan. Selain itu, menjadikan genjer sebagai suatu komoditas pangan juga membantu mengurangi keberadaan gulma di sawah. Genjer, terutama bunganya dari ujung putik ke tangkainya, dijadikan sayuran yang lalu diolah dalam sup, salad, dan tumis. Rasanya tawar, tetapi itulah ciri khasnya.

Bunga jengger ayam (Celosia cristata L. atau Celosia argentea var. cristata)
Gambar 8. Bunga Jengger Ayam
(Sumber: id.wikipedia.org)
 
Tanaman jengger ayam ini masih berkerabat dengan bayam-bayaman dari famili Amaranthaceae. Tanaman ini berkhasiat untuk obat antiradang, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dikonsumsi sebagai makanan. Bunga jengger ayam memiliki rasa yang manis dan sejuk. Bentuk dari bunga ini cukup unik, memang mirip jengger ayam, berbeda dari bunga tanaman bayam yang biasanya sehingga bisa menjadi hiasan makanan.

Bunga terubuk/tebu telur (Saccharum spontaneum var. edulis)
Gambar 9. Bunga terubuk
(Sumber: resepkoki.id)

Bagian dari terubuk yang dimanfaatkan sebagai sayuran adalah pucuk dan bunganya. Pucuk yang sudah dewasa akan membengkak. Saat pucuknya dikupas, isinya adalah bunga berwarna putih kekuning-kuningan yang lembut dan empuk seperti sekumpulan telur ikan, makanya disebut tebu telur. Bagian bunganya mudah hancur, jadi pastikan untuk mendapatkan bunga terubuk yang masih segar yang masih ditutupi pelepah pucuk. Kemudian, bunga terubuk bisa diolah menjadi suatu masakan yang enak.

Jantung pisang (bunga pisang) (Musa sp.)
Gambar 10. Jantung Pisang
(Sumber: nakita.grid.id)

Bunga pisang memang berbentuk seperti jantung. Kalau diolah seperti sayuran biasa, jantung pisang ini rasanya mirip rebung (bambu muda). Selain dijadikan sayuran untuk lauk, jantung pisang bisa dijadikan gorengan dan keripik untuk makanan ringan. Tidak dapat dipungkiri juga jika jantung pisang memiliki manfaat untuk kesehatan.

Bunga asoka (Saraca asoca)
Gambar 11. Bunga Asoka
(Sumber: id.wikipedia.org)
 
Sering dijadikan mainan oleh anak-anak dan diisap madu dari bunganya. Asoka juga termasuk ke dalam famili Fabaceae (polong-polongan) sehingga tidak mengherankan jika bisa dimakan. Bunga asoka bisa dikonsumsi sebagai bahan masakan dan obat-obatan. Masakan yang bisa dibuat dari bunga asoka ini adalah gorengan, tumis, lalap, dan salad. Khasiat untuk kesehatan dari bunga asoka ini adalah memperlancar menstruasi dan urinasi, mengobati kram dan luka memar, serta mencegah kanker karena mengandung antosianin. Cukup dengan merebus bunganya untuk diminum sehingga dapat mengatasi permasalahan kesehatan.

Egyptian star flower atau Egyptian starcluster (Pentas lanceolata)
Gambar 12. Egyptian Star Flower
(Sumber: cindydyer.wordpress.com)

Egyptian star flower berstruktur halus dan lembut, tetapi bertekstur renyah saat dimakan. Rasanya seperti rumput segar yang manis seperti madu. Bunga ini bisa dijadikan hiasan di masakan dan minuman apa saja. Dapat digunakan juga sebagai hiasan dalam es batu.

Bunga borage (starflower/borage) (Borago officinalis)
Gambar 13. Bunga Borage
(Sumber: id.wikipedia.org)

Bunga borage digunakan sebagai bahan masakan, hiasan makanan, dan obat-obatan. Rasanya segar seperti timun. Di dalam masakan, bunga borage dijadikan hiasan, campuran dalam salad, tumis sayuran, lalap, campuran saus, isian pasta, asinan atau acar, dan sumber madu. Pada minuman, bunga borage dijadikan hiasan koktail, hiasan dalam es batu, dan teh/tisane untuk bunga keringnya. Bunga borage bermanfaat untuk pencernaan, pernapasan, peredaran darah, dan urinasi.

Passion flower (時計草, tokeisō) (Passiflora sp.)
Gambar 14. Passiflora edulis
(Sumber: rhsplants.co.uk)

Passion flower ada yang merupakan bunga dari markisa. Passion flower dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan minuman. Khasiat dari passion flower di antaranya adalah mampu meredakan insomnia dan kecemasan, meredakan gejala menopause, dan mencegah peradangan (antiinflamasi). Passion flower juga digunakan sebagai penyedap dalam olahan makanan dan minuman. Bunganya yang cantik dapat berperan sebagai hiasan makanan.

Bunga pepaya (Carica papaya)
Gambar 15. Bunga Pepaya Betina (kiri) dan Jantan (kanan)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bunga yang bisa dikonsumsi adalah bunga yang jantan (perhatikan gambar). Belum diketahui apakah yang betina juga bisa dikonsumsi. Aku menyukai bunga pepaya (jantan) ini. Bunga ini biasanya dijadikan tumis dengan ikan asin. Agar tidak terlalu pahit, bunga pepaya dimasak bersama daun jambu.

Sakura (桜, sakura) (Prunus serrulata)
Gambar 16. Asinan Sakura
(Sumber: justonecookbook.com)

Sakura adalah bunga dari tumbuhan pohon ceri. Buah ceri bisa dimakan, begitu juga bunganya. Bunga yang dikeringkan bisa dijadikan teh/tisane. Bunga yang masih segar dapat dicampur langsung dalam makanan dan minuman seperti kue, puding, dan jeli. Sakura konsumi bisa diawetkan menjadi asinan atau manisan lalu dicampurkan ke masakan.

Bunga viola (violet) (Viola odorata) dan bunga pansy (Viola tricolor)
Gambar 17. Kukis dengan Bunga Viola
(Sumber: Tastemade Indonesia)

Disatukan karena bunganya mirip dan masih satu genus. Yang membedakan adalah bunga pansy warnanya bisa lebih dari satu (seperti nama ilmiahnya, tricolor). Keduanya merupakan bunga yang cantik yang bisa digunakan untuk menghias makanan dan hiasan dalam es batu. Selain itu, kelopak-kelopak kedua jenis bunga tersebut bisa dimakan.

Bunga katakuri (dogtooth violet) (片栗, katakuri) (Erythronium japonicum)
Gambar 18. Jangan Salah Pilih Katakuri!
(Sumber: en.wikipedia.org dan onepiece.fandom.com)
 
Meskipun bernama dogtooth violet, bunga katakuri tidak dekat dengan bunga violet seperti yang sebelumnya. Dahulu, umbi katakuri dijadikan tepung yang bisa diolah menjadi makanan. Akan tetapi, jumlah tepung yang bisa diproduksi dari umbi katakuri ini hanya sedikit, jadi digantikan oleh tepung kentang (dan istilah katakuri-ko [片栗粉] yang secara harfiah berarti 'tepung katakuri' ditujukan juga untuk tepung kentang). Bunga katakuri juga dapat dimakan sebagai sayur bahan masakan, hiasan makanan, salad, dan bahan penganan manis, seperti permen atau kue, di Jepang.

Mawar/ros (Rosa sp.)
Gambar 19. Manisan Kelopak Mawar
(Sumber: leitesculinaria.com)

Mawar merupakan bunga yang serbaguna. Selain memiliki bentuk yang cantik dan aroma yang harum, bunga mawar bisa diolah untuk dikonsumsi. Kelopak mawar bisa menjadi bahan kue, bahan puding, bahan jeli, dan hiasannya dalam bentuk manisan atau kelopak segar. Pada minuman, kelopak mawar dijadikan hiasan koktail dan hiasan dalam es batu. Selain itu, kelopak mawar juga bisa dijadikan campuran dalam salad. Minuman teh/tisane dan sirup dari kelopak mawar yang diseduh umum ditemukan pula. Mungkin karena inilah ditemukan juga perisa makanan atau minuman rasa mawar.

Bunga sangitan (elderflower) (Sambucus sp.)
Gambar 20. Bunga Sangitan (Elderflower)
(Sumber: thetoughcookie.com) 
 
Sambucus javanica adalah spesies sangitan yang tumbuh di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan Sambucus nigra adalah spesies sangitan yang tumbuh di Eropa. Masih banyak lagi spesies sangitan yang dikenal. Sangitan, baik bunga maupun buahnya, bisa dijadikan bahan minuman, beralkohol atau tidak. Untuk diolah menjadi makanan atau minuman, bunganya dapat dikeringkan terlebih dahulu atau digunakan saat masih segar. Di halaman web ini bahkan ditunjukkan resep gorengan bunga sangitan. Sejauh ini, hanya bunga dan buahnya saja yang aman dimakan.

Selain bunga-bunga di atas, masih banyak lagi bunga yang bisa dimakan. Berikut ini daftar nama bunga dan penggunaannya.
  1. Kembang bawang (chives) (Allium sp.): bahan masakan dan bumbu
  2. Serunai/seruni/krisan (chrysanthemum) (Chrysanthemum sp.): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, dan minuman (teh/tisane dan minuman beralkohol)
  3. Anyelir (carnation) (Dianthus caryophyllus): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, dan minuman (teh/tisane, minuman beralkohol, dan sirup)
  4. Bunga sweet william (Dianthus barbatus): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, dan obat-obatan
  5. Bunga dahlia (Dahlia sp.), terutama Dahlia pinnata: bahan masakan dan hiasan makanan
  6. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis): bahan masakan, minuman (teh/tisane), dan pewarna alami (ungu)
  7. Bunga rosela (Hibiscus sabdariffa): bahan masakan, minuman (teh/tisane, sirup, dan minuman beralkohol), dan pewarna alami (merah)
  8. Bunga matahari (Helianthus annuus Linn): makanan olahan (kuaci), bahan masakan, dan hiasan makanan
  9. Bunga lilac (Syringa vulgaris): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, minuman (sirup, minuman beralkohol), dan obat-obatan
  10. Bunga angsoka (Pavetta indica): bahan masakan dan obat-obatan
  11. Bunga soka jawa (Ixora javanica): bahan masakan dan obat-obatan
  12. Bunga jintan/adas (pedas) (Foeniculum vulgare): bumbu, minuman, dan obat-obatan
  13. Bunga adas sowa (Anethum graveolens): bumbu, minuman, dan obat-obatan
  14. Bunga adas manis (Pimpinella anisum): bumbu, minuman, dan obat-obatan
  15. Bunga geranium (Geranium sp.): hiasan makanan/minuman dan minuman (sirup)
  16. Bunga snapdragon (Anthirritum majus): hiasan makanan/minuman
  17. Bunga begonia (famili Begoniaceae): bahan masakan dan hiasan makanan/minuman
  18. Bunga torenia/wishbone/bluewings (Torenia fournieri): bahan masakan dan hiasan makanan
  19. Bunga kenop (Gomphrena globosa): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, minuman, dan obat-obatan
  20. Bunga kalendula/marigold (calendula) (Calendula officinalis dan Calendula arvensis): hiasan makanan/minuman, bumbu, dan pewarna alami (kuning)
  21. French marigold (Tagetes patula): hiasan makanan/minuman, bumbu, dan pewarna alami (kuning)
  22. Bunga nasturtium (Tropaeolum majus): bahan masakan dan hiasan makanan/minuman
  23. Bunga daylily (Hemerocallis lilioasphodelus): bahan masakan dan hiasan makanan (DAPAT MENIMBULKAN REAKSI ALERGI)
  24. Bunga apel (Malus sp.): bahan masakan dan hiasan makanan/minuman (HATI-HATI TERHADAP KANDUNGAN RACUN SIANIDANYA)
  25. Tulip (Tulipa sp.): bahan masakan dan hiasan makanan
  26. Anggrek (famili Orchidaceae): bahan masakan dan hiasan makanan/minuman
  27. Bunga labu (Cucurbita sp.): bahan masakan
  28. Bunga zukini (Cucurbita pepo): bahan masakan
  29. Melati (Jasminum sambac, Jasminum officinale, dan Jasminum polyanthum): bumbu, hiasan makanan, minuman (teh/tisane)
  30. Lavender (Lavandula sp.): hiasan makanan, bumbu, minuman (teh/tisane), dan obat-obatan
  31. Bunga safron (Crocus sativus): bahan masakan, hiasan makanan, pewarna alami (kuning), bumbu, obat-obatan, dan minuman (teh/tisane) (TIDAK BOLEH BERLEBIHAN KARENA DAPAT MENJADI RACUN JIKA TERLALU BANYAK)
  32. Jombang (dandelion) (Taraxacum officinale): bahan masakan, hiasan makanan, minuman, dan obat-obatan
  33. Kamomil (chamomile) (Anthemis nobilis dan Matricaria chamomilla): minuman (teh/tisane), bahan masakan, hiasan makanan, dan obat-obatan
  34. Gerbera/herbras (Gerbera jamesonii): hiasan makanan/minuman (DAPAT MENIMBULKAN REAKSI ALERGI)
  35. Daisy (English daisy) (Bellis perennis): bahan masakan dan hiasan makanan/minuman
  36. Blue wood aster (Symphyotrichum cordifolium atau Aster cordifolius): obat-obatan
  37. New England aster (Symphyotrichum nova-angliae atau Aster nova-angliae): obat-obatan
  38. Bunga yucca (Yucca filamentosa, Yucca aloifolia, dan Yucca elata): bahan masakan, hiasan makanan, dan bumbu
  39. Bunga feverfew (Tanacetum parthenium): bahan masakan, bumbu, dan minuman (teh/tisane)
  40. Bunga arugula (Eruca vesicaria): bahan masakan, hiasan makanan, dan bumbu
  41. Bunga kamperfuli (honeysuckle) (Lonicera sp.): bahan masakan, hiasan makanan/minuman, minuman (teh/tisane, sirup, dan minuman beralkohol) (Buahnya juga bisa dikonsumsi, PILIH SPESIES YANG BISA DIKONSUMSI)
  42. Bunga gladiol (Gladiolus sp.): bahan masakan dan hiasan makanan
  43. Bunga rosemari (rosemary) (Rosmarinus officinalis): hiasan makanan dan bumbu
  44. Coneflower/echinacea (Echinacea purpurea, Echinacea angustifolida, dan Echinacea pallida): hiasan makanan, minuman, dan obat-obatan
  45. Bunga pacar air (Impatiens balsamina dan Impatiens walleriana): hiasan makanan/minuman dan bahan masakan (salad)
  46. Bunga hollyhock/mallow (葵, aoi) (Alcea sp.): obat-obatan, hiasan makanan/minuman, dan bahan masakan (salad)
  47. Bunga rose geranium (Pelargonium graveolens): bumbu, obat-obatan, minuman, hiasan makanan/minuman, dan bahan masakan
  48. Bunga brokoli (Brassica oleracea var. italica) dan kembang kol: bahan masakan dan hiasan makanan
  49. Bunga cornflower (Centaurea cyanus): bahan masakan, bumbu, hiasan makanan/minuman, minuman, obat-obatan, dan pewarna alami (biru)

Untuk tambahan jenis-jenis bunga lain yang bisa dimakan dapat dilihat di sini atau www.eattheweeds.com dan telusuri "edible flowers". Perhatikan peringatan akan zat yang bersifat racun atau menimbulkan alergi.

Bunga baik dikonsumsi langsung setelah dipetik. Jangan lupa untuk mencuci tanamannya terlebih dahulu setelah dipetik agar pestisida dan pupuk kimiawi yang berbahaya untuk tubuh dapat hilang dari tanaman sebelum dikonsumsi (atau kalau mau amannya, carilah yang organik). Jika ingin disimpan, simpanlah seperti menyimpan sayuran biasanya di dalam tempat penyimpanan dingin dan/atau atmosfer terkontrol tanpa dicuci dahulu, baru dicuci saat akan dipakai. Usahakan untuk menyimpan bunga secara utuh dengan bagian tanaman lainnya (tangkai bunga atau batangnya).  Akan lebih baik jika tersedia pengemasannya dengan plastik bahan PE atau PP dengan permeabilitas gas yang tepattidak terlalu mentransmisikan gas agar bunga tidak kering karena kehilangan air dan tidak juga menghambat agar bunga tidak busuksehingga terlindungi dari faktor eksternal yang dapat merusak bunga, seperti benturan/tekanan (mekanis), suhu (fisik), dan mikroba (mikrobiologis). Jika hanya kelopak atau bagian lain pada bunga yang disimpan, sediakan wadah tertentu untuk memisahkannya dari benda-benda lain dalam tempat penyimpanan.
Bunga yang Dikemas untuk Memudahkan Peyimpanan
(Sumber: m.happyfresh.my)

Demikian bunga-bunga yang bisa dikonsumsi. Pernahkah kalian mencoba satu atau lebih dari jenis bunga-bunga tersebut? Adakah yang kalian suka? Silakan tambahkan jenis bunga lain yang bisa dikonsumsi yang kalian suka. Sekian dan terima kasih.
 
Daftar Pustaka 
Landi, M., Ruffoni, B., Combournac, L., & Guidi, L. (2018). Nutraceutical value of edible flowers upon cold storage. Italian Journal of Food Science, 30(2), 336347.
 
Landi, M., Ruffoni, B., Guidi, L., Savona, M., & Salvi, D. (2015). Cold storage does not affect ascorbic acid and polyphenolic content of edible flowers of a new hybrid sage. Agrochimica, 59(4), 348357.