Jumat, 02 Juni 2017

Cemburu


Enaknya menjadi dirimu
Sungguh menyenangkan
Bisa pulang malam, bisa pergi pagi
bebas beraktivitas

Dihormati bawahan, disayangi atasan
Semua mengenalmu

Setiap seruan tolong, kaubalas dengan uluran tangan
Masing-masing tugas kaukerjakan dengan baik

Bak harum odekolonye,
pengaruhmu menyebar luas
Engkau seperti suar
Indah, memikat, mengajak

Aku? Aku terbelenggu di sini
Hanya melihat
dari kaca jendela ke-gabut-an
Ke mana kakiku yang selama ini
menapak tanah?
Kurang memasyarakatkah aku?
Minuskah politikku?

Bolehkah kukatakan bahwa aku cemburu?

Aku cemburu
Ya, aku cemburu

Bukan, bukan karena popularitasmu
Walaupun
Aku memang ingin dihormati
Aku sangat butuh disayangi

Bukan pula karena wajah rupawanmu
Itu hal yang bagus, kutahu
Namun, hal itu tidak penting
sama sekali
Tetapi satu: kepemimpinanmu

Ah, ghirah ini semakin menjadi-jadi
Terus-menerus membakar
membumihanguskan emosiku
Luluh lantak sudah pikiranku
Kuingin perubahan
Takmau menjadi sama lagi

Pundak-pundakmu
Pemikul beban itu
adalah oasis inspirasiku

Makanya, aku sempat heran
Ada alasan kaubahagiakan semua orang
Mengapa kaulaksanakan pekerjaanmu
seperti itu

Kau menjelaskan kepadaku
nikmat jundi mengikuti pemimpin,
punya mimpi mandiri untuk saling membantu
dan gotong royong
Mimpimu adalah mimpi orang-orangmu
Sama dengan kaurelakan
mimpi pribadimu
(Atau, justru itukah mimpi pribadimu?)

Kaulakukan banyak hal itu untuk meyakinkanku
Kauingin aku menjadi pemimpin. Begitukah?!
Apa yang ingin kauikuti?
Kau bahkan memercayaiku menjadi amir
Setidaknya untuk diriku sendiri
Waktu itu

Kaubilang, kau berubah karenaku. Padahal,
aku yang berubah karenamu sebenarnya.

Jadi, siapa yang cemburu?

《Bandung, 2 Juni 2017 (8 Ramadhan 1438)》
Marhaban ya Ramadhan! Selamat berpuasa.
*Gambar atas asal comot. Hhe. Pinterest, deng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar