Selasa, 27 Juni 2017

Anima-nya

Suatu hari, saya pernah mengatakan bahwa laki-laki bisa PMS (premenstruation syndrome). Laki-laki memang tidak bisa menstruasi, tetapi mereka bisa mengalami sensitivitas perasaan tinggi pada waktu tertentu ekuivalen dengan PMS-nya perempuan yang dikenal dengan istilah irritable man syndrome, disingkat IMS. Coba lihat ayah, saudara laki-laki, teman, atau pacar kalian yang mungkin sedang mengalami perubahan mood secara drastis pada suatu waktu. Selama tidak berlebihan, itu masih wajar.

Oke. Mungkin kalian penasaran dengan arti kata 'anima' di judul dan apa hubungannya dengan mukadimah saya. Anima didefinisikan sebagai sifat wanita pada alam bawah sadar kolektif pria. (Jadi, judul tulisan ini dalam bahasa Inggris adalah "His Anima".) Pasangannya adalah animus. Animus didefinisikan sebagai sifat pria pada alam bawah sadar kolektif wanita. "Kok kolektif?" Karena banyak--nyaris semua--orang mempunyainya: anima pada laki-laki dan animus pada perempuan. Anima dan animus ini disebut syzygy. Syzygy adalah individualisasi diri yang bertentangan dengan diri kita sekarang yang berhubungan dengan transformasi diri berdasarkan yang dicetuskan Carl Gustav Jung, seorang psikoanalis dari Swiss (1875--1961). Menurut Carl Gustav Jung, kita semua biseksual secara psikologis (walaupun badan kita merepresentasikan salah satu kelamin secara biologis).

  1. Sumber: http://changingminds.org/explanations/identity/jung_archetypes.htm

Yak, cukup berputar-putarnya. Saya akui, saya sering memperhatikan lawan jenis saya, yakni laki-laki. Laki-laki itu... apa ya? Tangguh? Kuat? Saya yakin, mau seribu atau lebih masalah yang menimpa mereka, mereka akan bangkit lagi untuk kesekian kalinya. Tidak, saya tidak memuji secara berlebihan. Benar juga apa yang disebut dalam Q.S. An-Nisā' ayat 34[1]. Namun, semakin saya memperhatikan, semakin saya mengerti sesuatu. Kita, perempuan, juga diberi kesempatan untuk memimpin. Terlebih, seseorang tahu cara memimpin dari mengetahui cara dipimpin, tidak?

"Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan, seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya."" (HR Bukhari no. 4789)

Itulah mengapa saya mengulik tentang anima dan animus ini. Dan, saya menemukan kalau, ya, laki-laki punya sisi perempuannya seperti perempuan punya sisi laki-lakinya. Kita pernah melihat seorang pria yang begitu terharu melihat adegan emosional dalam suatu film atau seorang wanita yang bisa berpikir rasional. Yap, laki-laki punya perasaan biarpun se-stoic apapun mereka. Satu hal, mereka butuh menyeimbangkan anima mereka agar tidak terlalu perempuan. "Caranya?" Sebenarnya, setiap laki-laki berbeda-beda perlakuannya. Semua itu dipengaruhi faktor internal (hormon) dan faktor eksternal (budaya dari luar diri). Yang mengetahui diri mereka masing-masing adalah diri mereka sendiri. Bagaimana peran perempuan dalam hal ini? Kita hanya perlu mengingatkan mengenai pencarian jati diri mereka. Tidak usah takut, toh, itu untuk kebaikan mereka sendiri.

Perempuan juga harus menjaga agar animus-nya tetap "sehat". Well, saya sendiri adalah seorang perempuan yang agaknya kaku dan tidak begitu mementingkan perasaan, entah karena animus dalam diri saya cukup mendominasi atau pembawaan saya yang seperti itu. Yang jelas, ini mengingatkan saya kalau saya pun harus bisa seimbang dan saya sendiri masih dalam tahap pencarian jati diri. Dengan adanya animus/anima yang ada dalam tiap jenis yang bersangkutan, diharapkan laki-laki dan perempuan bisa saling mengerti dan berempati. Semoga saja berguna saat sudah memiliki pasangan hidup nanti.

Awal-awal, lucu juga melihat seorang laki-laki bisa lebih berperasaan ketimbang perempuan. Namun, semakin lama, saya semakin terbiasa juga. Namanya juga kolektif, saya jadi bisa melihat sebuah pola dari mereka--para laki-laki. Nah, perempuan yang sudah punya significant other harus memaklumi jika malah pasangannya yang bermanja-manja ke mereka, bukannya mereka yang bermanja-manja ke pasangan. Di saat seperti itu, perempuan punya tugas untuk merawat significant other-nya dengan benar. Saling mengayomilah. Itu berlaku juga untuk yang belum punya significant other (termasuk saya *ceileh). Sebabnya, anima dalam diri laki-laki dapat membuat perempuan bercermin dan merefleksikan diri serta memahami diri seorang laki-laki lebih dalam. Memahami diri seorang laki-laki lebih dalam, memahami diri seorang perempuan sendiri lebih dalam juga.

Jadi, kalian, para perempuan, jangan sewenang-wenang menyatakan bahwa laki-laki "tidak peka"-lah atau "kasar"-lah karena itu sama sekali tidak benar. Mungkin kalian yang harus lebih mengasah animus pada diri kalian, baru kalian paham bahwa kalian sendiri yang seperti itu--tidak peka dan kasar. Dengan begitu, kalian akan mengerti laki-laki. Sayangilah mereka seperti kalian menyayangi diri kalian sendiri sebab di dalam diri mereka adalah diri kita juga (literally and philosophically).

Catatan kaki:
[1] "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz-nya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Q.S. An-Nisā' [4]: 34)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar