Senin, 19 Agustus 2019

Indonesia Melek Politik dan Iptek

Anak-anak muda di Indonesia diembani amanah di pundak mereka, yakni memimpin bangsa ini di kemudian hari. Anak-anak muda merupakan ujung tombak berbagai pergerakan untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik. Berdasarkan pasal 1 Ayat 1 UU No. 40 Tahun 2009, pemuda adalah orang yang berusia kisaran 16—30 tahun. Pada umur 16—30 tahun diyakini sebagai umur anak-anak muda sedang dalam masa-masa produktifnya. Maka dari itu, anak-anak muda Indonesia memiliki peran yang memadai dalam memajukan bangsa karena mereka masih memiliki modal yang cukup untuk berkontribusi, seperti waktu, tubuh yang kuat, dana, dan semangat yang tinggi. Semua anak muda di Indonesia memiliki potensi yang bisa diasah disebabkan modal-modal yang anak-anak muda miliki tersebut.
Ada hal yang patut dipegang oleh anak-anak muda Indonesia, yaitu memahami iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan politik agar mengetahui kondisi negeri ini sesungguhnya. Perlu diketahui bahwa negeri ini terdiri dari tidak hanya kota-kota besar, tetapi juga banyak desa. Di desa-desa, gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat sudah mulai bermunculan. Gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut bisa dalalm bentuk antara lain kelompok tani untuk penanganan dan pengolahan hasil panen, gerakan pemberdayaan kesejahteraan keluarga, koperasi desa, dewan kemakmuran masjid atau remaja masjid untuk mendalami ilmu agama, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sinergisitas warga desa bisa terbina karena kolaborasi untuk memajukan daerahnya. Ini menyatakan bahwa penduduk desa bisa menyamai penduduk kota bila mereka paham iptek dan politik. Bahkan Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan dan wakil presiden pertama Indoensia, pernah berkata bahwa Indonesia tidak akan bercahaya karena obor di Jakarta, tetapi Indonesia baru akan bersinar karena lilin-lilin di desa. Hal tersebut menunjukkan semangat yang tidak akan pernah padam jika ditularkan kepada satu sama lain.
Saat masa penjajahan dan semenjak Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemuda-pemuda di Indonesia masih terkendala banyak faktor dalam mengenyam pendidikan yang dibutuhkan untuk memberdayakan negara. Pendidikan yang seharusnya merata di seluruh penjuru Indonesia memang penting agar pemuda-pemudanya dapat menempa diri mereka. Namun, sebelum membahas tentang pendidikan formal, ada baiknya seluruh pemuda di Indonesia sadar akan politik dan iptek. Mempelajari politik dan iptek sudah merupakan bentuk pendidikan itu sendiri.

  • Mengerti Politik
“Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung pada keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar: ‘Aku benci politik!’. Sungguh bodoh dia, yang tidak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan—yang terburuk—korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri.” (Bertolt Brecht, penyair dan dramawan Jerman)

Politik tidak selamanya buruk. Politik memang terlihat kotor, tetapi jika kita tidak berani melawan kekotoran, bagaimana bisa kita membersihkan yang kotor? “Berani kotor itu baik,” begitulah salah satu jargon yang kita kenal. Jika kita tidak berani menghadapi politik, perpolitikan tidak akan dipenuhi orang-orang baik. Ingat, kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat, tetapi karena diamnya orang-orang baik.
Agar mengerti politik, anak-anak muda harus banyak membaca buku dan mencari banyak informasi. Informasi tentang politik yang didapat bisa dari media cetak, media elektronik, radio, atau televisi. Tentu saja informasi yang didapat harus dipilah dan dipilih supaya tidak termakan hoaks (berita palsu) lalu turut menyebarkannya. Selain itu, anak-anak muda perlu banyak bertukar pikiran dengan orang-orang dari bermacam-macam latar belakang agar mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Wawasan luas dibutuhkan untuk mengerti politik. Pemuda yang mengerti politik bisa menjadi agen pengkritik pemerintahan untuk memberikan masukan demi kemajuan negeri. Jika sudah waktunya, sistem pemerintahan di Indonesia dapat menjadi lebih baik karena pemudanya paham politik.

  • Menjunjung Iptek
“Hanya ilmu pengetahuan sajalah yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan kemiskinan, insanitasi dan buta aksara, takhayul dan hilangnya adat istiadat, habisnya sumber daya, atau sebuah negeri kaya yang didiami oleh penduduk miskin…. Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek sekarang ini? Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya.... Masa depan ditentukan oleh iptek dan orang-orang yang bersahabat dengannya.” (Jawaharlal Nehru, perdana menteri pertama India)

Politisi—siapapun yang berkecimpung di dunia politik—perlu ada yang mengajukan program iptek. Akan tetapi, semua pemuda zaman sekarang pun memiliki kesempatan yang sama untuk memakmurkan iptek di Indonesia. Kebanyakan pemuda sedang menjalani masa pendidikan formal dan pendidikan tinggi sehingga bisa memperdalam iptek. Terlebih, anak-anak muda sekarang adalah bakal calon ilmuwan yang suatu hari dapat melakukan penelitian demi pengembangan negara.
Mutu sebuah bangsa dilihat dari mutu orang-orangnya, termasuk anak muda. Pada zaman ini, kualitas sumber daya manusia lebih berpengaruh dibandingkan dengan kuantitasnya. Kekuatan otak, imajinasi, inovasi, pengetahuan, dan teknologi akan menjadi kunci strategis kemakmuran bangsa. Menurut Lester C. Thurow (1996) dalam The Future of Capitalism, akan terjadi pergeseran kekayaan dari negara-negara dengan pendapatan sumber daya alam karena harga komoditasnya akan semakin murah dan bisa turun lagi hingga 60% pada 2020. Orang yang memahami iptek akan tahu kalau sumber daya alam Indonesia yang melimpah bisa dikelola dengan baik dan benar jika sumber daya manusianya baik.
Sayangnya, minat anak-anak muda Indonesia terhadap iptek masih minim. Padahal, fasilitas yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi iptek banyak tersedia. Jika anak-anak muda Indonesia mau mendalami iptek, anak-anak muda akan memiliki dasar yang cukup kuat untuk membangun dan memimpin bangsa serta dengan mudah meminimalisasi hoaks yang beredar. Semangat dan optimisme anak-anak muda Indonesia perlu dipantik karena merekalah yang dapat memajukan bangsa. Kesadaran anak-anak muda untuk menelusuri iptek harus ditingkatkan.

  • Dimulai dari Hal-hal Kecil
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dibutuhkan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan mengamalkan ilmu. Dengan adanya ilmu, kemerdekaan Indonesia bisa terjaga hingga nanti. Perlunya masyarakat membedakan antara fakta atau hoaks untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, apalagi setiap lima tahun sekali ada saja daya dan usaha yang mengancam keamanan negara dari dalam. Memahami politik dan iptek adalah upaya untuk kesejahteraan bangsa. Tentu saja hal tersebut harus dibiasakan agar menjadi budaya.
Indonesia perlu membentuk pola pikir bahwa kita bisa membawa negeri kita ini ke kancah internasional. Jika kita memegang kedua hal itu—politik dan iptek—dengan baik, silakan merasa yakin bahwa Indonesia bisa bersaing di tingkat global. Indonesia dapat mengukir prestasi di dunia dengan politik dan iptek. Siapapun bisa berkontribusi untuk Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar