Anak-anak muda di Indonesia diembani amanah di pundak
mereka, yakni memimpin bangsa ini di kemudian hari. Anak-anak muda merupakan
ujung tombak berbagai pergerakan untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik.
Berdasarkan pasal 1 Ayat 1 UU No. 40 Tahun 2009, pemuda adalah orang yang
berusia kisaran 16—30 tahun. Pada umur 16—30 tahun diyakini sebagai umur
anak-anak muda sedang dalam masa-masa produktifnya. Maka dari itu, anak-anak
muda Indonesia memiliki peran yang memadai dalam memajukan bangsa karena mereka
masih memiliki modal yang cukup untuk berkontribusi, seperti waktu, tubuh yang
kuat, dana, dan semangat yang tinggi. Semua anak muda di Indonesia memiliki
potensi yang bisa diasah disebabkan modal-modal yang anak-anak muda miliki
tersebut.
Ada hal
yang patut dipegang oleh anak-anak muda Indonesia, yaitu memahami iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi) dan politik agar mengetahui kondisi negeri ini
sesungguhnya. Perlu diketahui bahwa negeri ini terdiri dari tidak hanya
kota-kota besar, tetapi juga banyak desa. Di desa-desa, gerakan-gerakan
pemberdayaan masyarakat sudah mulai bermunculan. Gerakan-gerakan
pemberdayaan masyarakat tersebut bisa dalalm bentuk antara lain kelompok tani
untuk penanganan dan pengolahan hasil panen, gerakan pemberdayaan kesejahteraan
keluarga, koperasi desa, dewan kemakmuran masjid atau remaja masjid untuk
mendalami ilmu agama, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sinergisitas warga
desa bisa terbina karena kolaborasi untuk memajukan daerahnya. Ini menyatakan bahwa penduduk desa
bisa menyamai penduduk kota bila mereka paham iptek dan politik. Bahkan Mohammad
Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan dan wakil presiden pertama Indoensia,
pernah berkata bahwa Indonesia tidak akan bercahaya karena obor di Jakarta,
tetapi Indonesia baru akan bersinar karena lilin-lilin di desa. Hal tersebut menunjukkan
semangat yang tidak akan pernah padam jika ditularkan kepada satu sama lain.
Saat masa penjajahan dan semenjak Indonesia
merdeka pada tahun 1945, pemuda-pemuda di Indonesia masih terkendala banyak
faktor dalam mengenyam pendidikan yang dibutuhkan untuk memberdayakan negara. Pendidikan yang seharusnya merata di
seluruh penjuru Indonesia memang penting agar pemuda-pemudanya dapat menempa
diri mereka. Namun, sebelum membahas tentang pendidikan formal, ada baiknya
seluruh pemuda di Indonesia sadar akan politik dan iptek. Mempelajari
politik dan iptek sudah merupakan bentuk pendidikan itu sendiri.
- Mengerti Politik
“Buta
terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya
hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung pada
keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada
dan berkoar: ‘Aku benci politik!’. Sungguh bodoh dia, yang tidak mengetahui bahwa karena dia
tidak mau tahu politik, akibatnya pelacuran, anak terlantar, perampokan,
dan—yang terburuk—korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan
negeri.” (Bertolt Brecht, penyair dan
dramawan Jerman)
Politik tidak selamanya buruk. Politik memang terlihat
kotor, tetapi jika kita tidak berani melawan kekotoran, bagaimana bisa kita
membersihkan yang kotor? “Berani kotor itu baik,” begitulah salah satu jargon yang kita
kenal. Jika kita tidak berani menghadapi
politik, perpolitikan tidak akan dipenuhi orang-orang baik. Ingat, kezaliman
akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat, tetapi karena diamnya
orang-orang baik.
Agar mengerti politik, anak-anak muda harus banyak membaca
buku dan mencari banyak informasi. Informasi tentang politik yang didapat bisa
dari media cetak, media elektronik, radio, atau televisi. Tentu saja informasi
yang didapat harus dipilah dan dipilih supaya tidak termakan hoaks (berita
palsu) lalu turut menyebarkannya. Selain itu, anak-anak muda perlu banyak
bertukar pikiran dengan orang-orang dari bermacam-macam latar belakang agar
mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Wawasan luas
dibutuhkan untuk mengerti politik. Pemuda yang mengerti politik bisa menjadi
agen pengkritik pemerintahan untuk memberikan masukan demi kemajuan negeri.
Jika sudah waktunya, sistem pemerintahan di Indonesia dapat menjadi lebih baik
karena pemudanya paham politik.
- Menjunjung Iptek
“Hanya
ilmu pengetahuan sajalah yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan
kemiskinan, insanitasi dan buta aksara, takhayul dan hilangnya adat istiadat,
habisnya sumber daya, atau sebuah negeri kaya yang didiami oleh penduduk
miskin…. Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan iptek sekarang ini?
Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya.... Masa depan
ditentukan oleh iptek dan orang-orang yang bersahabat dengannya.” (Jawaharlal Nehru, perdana menteri
pertama India)
Politisi—siapapun yang berkecimpung di dunia politik—perlu
ada yang mengajukan program iptek. Akan tetapi, semua pemuda zaman sekarang pun memiliki kesempatan
yang sama untuk memakmurkan iptek di Indonesia. Kebanyakan pemuda sedang
menjalani masa pendidikan formal dan pendidikan tinggi sehingga bisa
memperdalam iptek. Terlebih, anak-anak muda sekarang adalah bakal calon ilmuwan
yang suatu hari dapat melakukan penelitian demi pengembangan negara.
Mutu sebuah bangsa dilihat dari mutu orang-orangnya,
termasuk anak muda. Pada zaman ini, kualitas sumber daya manusia lebih
berpengaruh dibandingkan dengan kuantitasnya. Kekuatan otak, imajinasi,
inovasi, pengetahuan, dan teknologi akan menjadi kunci strategis kemakmuran
bangsa. Menurut Lester C. Thurow (1996) dalam The Future of
Capitalism, akan terjadi pergeseran kekayaan dari negara-negara dengan
pendapatan sumber daya alam karena harga komoditasnya akan semakin murah dan
bisa turun lagi hingga 60% pada 2020. Orang yang memahami iptek akan tahu kalau
sumber daya alam Indonesia yang melimpah bisa dikelola dengan baik dan benar
jika sumber daya manusianya baik.
Sayangnya, minat anak-anak muda Indonesia terhadap iptek
masih minim. Padahal, fasilitas yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi iptek
banyak tersedia. Jika anak-anak muda Indonesia mau mendalami iptek, anak-anak
muda akan memiliki dasar yang cukup kuat untuk membangun dan memimpin bangsa serta
dengan mudah meminimalisasi hoaks yang beredar. Semangat dan optimisme anak-anak muda Indonesia perlu
dipantik karena merekalah yang dapat memajukan bangsa. Kesadaran anak-anak muda
untuk menelusuri iptek harus ditingkatkan.
- Dimulai dari Hal-hal Kecil
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.
Dibutuhkan kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat untuk belajar dan mengamalkan ilmu. Dengan
adanya ilmu, kemerdekaan Indonesia bisa terjaga hingga nanti. Perlunya masyarakat
membedakan antara fakta atau hoaks untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
apalagi setiap lima tahun sekali ada saja daya dan usaha yang mengancam keamanan
negara dari dalam. Memahami politik dan iptek adalah upaya untuk kesejahteraan
bangsa. Tentu saja hal tersebut harus dibiasakan agar menjadi budaya.
Indonesia perlu membentuk pola pikir bahwa kita bisa membawa
negeri kita ini ke kancah internasional. Jika kita memegang kedua hal itu—politik
dan iptek—dengan baik, silakan merasa yakin bahwa Indonesia bisa bersaing di
tingkat global. Indonesia dapat mengukir prestasi di dunia dengan politik
dan iptek. Siapapun
bisa berkontribusi untuk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar