Minggu, 25 Agustus 2019

How to Make a Sustainable Relationship

HOW TO MAKE A SUSTAINABLE RELATIONSHIP


Ini serius. Kalian tidak salah baca judul. Yak, biarpun saya sendiri belum/tidak pernah pacaran, saya sering memperhatikan orang-orang yang sedang dalam hubungan tertentu dan inilah yang saya dapat meskipun mungkin hanya sekedar teori belaka serta masih sangat umum.

  • Memakai 'head-start'.
Sudah, tidak perlu takut nge-stalk selama tahu batasan (dan tidak ketahuan, hhe). Well, kalau dari 'stalking' didapatkan input, harus ada output-nya, dong. Jangan cuma pendam-pendam sendiri tetapi tidak ada tindakan lebih lanjut.

Saya beri contoh. Misalkan kamu tahu pasanganmu alergi coklat. Namun, kamu (X) tetap menghadiahkan coklat untuk pasanganmu (A).
A: "Hah, coklat? Kok kamu ngasih coklat sih?"
X: "Iya. Itu coklat buat kamu tapi aku yang makan."
A: "Kenapa kamu yang makan?"
X: "Soalnya aku tahu kamu alergi coklat. Makanya, coklatnya aku yang makan biar kamu nggak sakit. Maaf ya, aku ngasih kamu sesuatu tapi kamu tetep nggak dapet apa-apa."
A: "Ah, nggak juga. Aku dapet perhatian dan kasih sayang kamu, kok...." (Sambil nge-blush.)
Setidaknya, dengan mengetahui latar belakang seseorang, kita bisa mengambil langkah-langkah selanjutnya dengan lebih hati-hati tetapi tidak membatasi kita untuk lebih saling kenal. Mengetahui latar belakang seseorang juga menyebabkan kita menjadi pribadi yang lebih peka.
  • Mengadakan konflik.
Lho, kok? Iya, benar! Konflik diibaratkan sebagai bumbu dari masakan; kalau kurang, hambar rasanya. Dari konflik bisa dimunculkan rasa persaingan yang sehat, inovasi-inovasi dalam pemecahan masalah, dan kekohesian. "Berapa kadar konflik yang dibutuhkan?" Ya, tentu saja tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Kalau kalian sama-sama ingin berkembang, seharusnya konflik bisa membuat kalian saling berkomunikasi dengan baik.

Konflik di sini dibagi dua, konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang muncul di dalam hubungan dan disebabkan oleh salah satu atau kedua orang dalam hubungan. Konflik eksternal adalah konflik yang muncul dari luar hubungan lalu memengaruhi hubungan kalian. Baik internal maupun eksternal, kuncinya sama: komunikasi. Jika kalian menyadari adanya masalah dalam hubungan kalian, segera komunikasikan kepada "significant other" kalian itu lalu hadapi masalah yang ada bersama.
  • Saling mendukung agar cita-cita masing-masing tercapai.
Mengapa saya bilang "cita-cita masing-masing"? Kalian tidak harus punya mimpi yang sama dengan pasangan. Saya yakin, setiap orang sesungguhnya punya ambisinya masing-masing. Menyambung poin sebelumnya, persaingan yang sehat dengan pasangan bisa membuat seseorang lebih mandiri dalam menghadapi permasalahan, apalagi menyangkut mimpinya sendiri. Jadi, walaupun cita-cita pasangan kalian berbeda dengan cita-cita kalian, tidak ada salahnya untuk didukung selama itu baik. Silakan saling berbangga saat pasangan kalian telah meraih cita-citanya!
  • Mendekati keluarga pasangan.
Nah, ini langkah krusial kalau kalian benar-benar serius dengan pasangan kalian. Bahkan, bila akhirnya hubungan kalian kandas di tengah jalan, ada sebuah keluarga yang bisa memercayai kalian dan yang kalian percayai. Mendekati keluarganya juga menunjukkan bahwa kalian sudah cukup dewasa untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Jika kalian berhasil, kalian sudah siap menerima keluarga pasangan sebagai keluarga kalian juga. Jika tidak, kalian pun masih bisa beramah-tamah dengan keluarga pasangan sambil silaturahim.
  • Tidak terlalu sering kontak-mengontak.
Saya ulangi, TIDAK TERLALU SERING. Ingat, yang berlebihan itu tidak baik. Saya pernah dengar bahwa "a relationship which starts fast will end fast" dan itulah yang ingin saya bawa. Ingat juga poin nomor 3. Kalian punya mimpi masing-masing yang harus diwujudkan. Kalian harus saling mendukung tetapi jangan terlalu bergantung pada pasangan. Lagipula, terlalu sering bertemu malah berpotensi mengakibatkan kebosanan, bukan? Selow ae. Berilah kesempatan untuk pasangan kalian mencari banyak pengalaman baru dan banyak teman baru (di satu sisi, kalian harus yakinkan diri kalian sendiri dan pasangan kalian kalau kalianlah teman terdekat alias sahabat pasangan kalian, heu). Lalu, begitu kalian bertemu, kalian bisa saling cerita sambil menumpahkan kerinduan. Ea ea ea.
  • Banyak berdoa.
Kalau kalian percaya bahwa di atas ada Yang Maha Pengatur, sudah jelas kalian akan kembali kepada-Nya.
Begitulah caranya kalau ingin memiliki hubungan yang tahan lama. Saya tegaskan, ini belum tentu benar dan ini sebagian besar dalam bentuk saran. Jadi, kalau ada sesuatu yang konkret yang pernah terjadi dalam hubungan tetapi tidak tertulis di sana, silakan beri masukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar