Minggu, 29 September 2019

Pergi Bersama

Aku sering bertanya-tanya apa yang kamu lakukan di akhir minggu. Apakah kamu sedang mengkaji topik favoritmu, menyetrika pakaian, atau belajar untuk ujian hari esok? Aku yakin, kamu sebenarnya punya banyak hal untuk dikatakan. Yah, aku tidak akan menyalahkan pilihanmu untuk tetap membungkam mulutmu. Itu adalah absurdisitas yang masih dapat kuterima. Mungkin saat ini, kamu juga menganggapku sebagai anomali terbesar dalam hidupmu. Aku sadar bahwa kita sangat dekat, tetapi nyatanya, sangat jauh.

Aku senang menjelajah, bermobilisasi, pergi ke satu tempat ke tempat lainnya. Berpergian membuatku memahami bahwa besaran jarak seharusnya berbanding lurus dengan stabilitas emosi yang kumiliki. Namun, menjauh dari hal apa? Aku bak daun gugur dari pohon yang baru saja meranggas. Aku tidak berada di tempat asalku, hampir mati, dan, oh, bahkan sepertinya aku akan mati. Akan tetapi, kematianku menambah zat hara untuk kesuburan tanah. Pohonnya akan bertumbuh semakin menjulang tinggi. Aku ingin melihatmu menjadi dirimu sendiri dalam versi terbaik. Itu akan membuatku bahagia jika kamu bahagia.

Kamu belum pernah kemari, bukan? Di sini, kamu bisa menjadi sosok yang tidak hanya profesional, tetapi juga manusiawi. Mara bahaya yang akan kita lewati bakal menjadikan kita manusia. "Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk," begitu kata orang-orang. Kita bergerak bersama dan nikmati itu. Kita pergi bersama.

And if you have a minute, why don't we go 
Talk about it somewhere only we know 
This could be the end of everything 
So, why don't we go 
Somewhere only we know 
(Keane - "Somewhere Only We Know")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar