Rabu, 10 Juli 2019

Mengapa Tidak Shalat? (III)

Mengatur Waktu Sedemikian Rupa

Allah berfirman, "Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah ditetapkan waktunya." (Q.S. An-Nisā' [4]: 103). Sesuai dengan firman Allah tersebut, shalat adalah kewajiban yang dibatasi waktunya. Dalam shalat wajib, ada batas awal dan ada batas akhir. Orang yang mengerjakan shalat setelah batas akhir statusnya batal, sebagaimana orang yang mengerjakan shalat sebelum masuk waktu juga batal. Jadi, hukum asal shalat wajib harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Dan, tidak boleh keluar dari hukum asal ini kecuali karena ada sebab yang diizinkan oleh syariat seperti alasan bolehnya menjamak shalat.

Waktu mempunyai kedudukan penting dalam berjalannya aktivitas di alam semesta ini. Islam sendiri memiliki konsep yang jelas tentang waktu. Konsep waktu dalam Islam ada lima hal. Konsep pertama adalah ajal. Ajal bermakna waktu memiliki batas yang ditetapkan. Segala sesuatu di dunia memiliki kecenderungan pada penetapan akan batas berlakunya. Tiap-tiap hal mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak pula mendahulukannya (ajal/batas waktu).
"Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."
(Q.S. Yunus [10]: 49)
Konsep kedua adalah dahr. Dahr bermakna waktu memiliki bentangan (rentang waktunya). Dalam Al-Qur'an banyak terdapat penjelasan mengenai bentangan waktu yang dilalui dunia dalam kehidupan, dimulai dari penciptaan alam semesta hingga datangnya hari kiamat/akhir.
"Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja."
(Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 24)
Konsep ketiga adalah waqt. Waqt bermakna waktu menentukan adanya kesempatan arau peluang. Kesempatan atau peluang yang ada memiliki batas akhir untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Kita mengetahui shalat adalah ibadah fardhu yang ditentukan waktunya. Kita sebagai orang beriman harus mematuhi dan melaksanakan shalat sesuai ketentuan. Bukankah dengan shalat tepat waktu kita menjadi merasa aman?
"Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(An-Nisā' [4]: 103)
Konsep keempat adalah `ashr. `Ashr bermakna waktu pasti dilalui. `Ashr artinya 'perasan'. Masa yang pasti dilalui akan menentukan hasil "perasan" sesuai fungsi waktu yang berlaku. Bagian pentingnya, apakah kita telah memanfaatkan fungsi waktu untuk menghasilkan sesuatu demi memenuhi kebutuhan kita sendiri?
(Q.S. Al-`Ashr [103]: 13)

Konsep kelima adalah waktu bersifat relatif. Dalam Al-Qur'an (Q.S. Al-Kahfi [18]: 926) terdapat cerita tentang pemuda Ashabul Kahfi yang tertidur selama lebih dari tiga abad (309 tahun) dalam sebuah gua dan ketika terbangun, mereka mengira hanya tidur selama sehari. Kisah tentang Ashabul Kahfi dapat dibuktikan melalui fisika modern dengan Teori Relativitas Einstein. Menurut teori ini, jika suatu benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka ia akan mengalami dilatasi waktu dan kontraksi panjang. Dilatasi waktu berarti pemekaran waktu. Aplikasi perhitungan rumus Teori Relativitas menyebutkan bahwa waktu yang berjalan di bumi lebih lambat dari waktu yang berjalan di ruang angkasa.

Rentang waktu 14 abad antara diturunkannya al-Qur'an dengan dijabarkannya Teori Relativitas merupakan bukti yang cukup bahwa al-Qur'an benar-benar firman Allah subhanahu wa ta`ala dan tidak ada keraguan untuk mengimaninya.
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa menguraikan Al-Qur'an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan."
(HR Ahmad)
Dari Ibnu `Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya."
(HR Ath-Thabarani)

Akal pikiran mengikuti dalil naqli atau akal pikiran mengikuti firman-Nya adalah
  1. Memahami dengan mendengarkan apa yang disampaikan oleh ulama-ulama bersanad ilmu tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam,
  2. Memahami dengan alat-alat bahasa seperti nahwu, sharaf, balaghah, makna majaz, dll., dan
  3. Memahami dengan akal qalbu. Akal pikiran mengikuti akal kalbu. Akal pikiran (otak/logika/memori) mengikuti qalbu yang telah diilhamkan oleh Allah `azza wa jalla.

Gunakanlah akal pikiran kita dengan bijak untuk memahami waktu. Di dalam Al-Qur'an, Allah sering bersumpah dengan waktu. Allah sudah membagi hari kita menjadi siang dan malam. Siang untuk beraktivitas dan bekerja, malam untuk beristirahat. Kemudian, terdapat lima waktu shalat dalam sehari. Dalam sehari, pembagian waktu dapat dibagi menjadi lima sesuai waktu shalat untuk memberikan gambaran pembagian waktu untuk kita. Beginilah pembagian hari dengan waktu shalat:
  1. Waktu subuh/fajar, menyiapkan dan melakukan persiapan untuk sehari. Jangan lupa untuk memohon kepada Allah agar hari kita dimudahkan.
  2. Waktu dzuhur, melakukan evaluasi kegiatan kita dari pagi hingga tengah hari, apakah sudah bermanfaat atau tidak.
  3. Waktu ashar, memastikan aktivitas yang dilakukan dengan keimanan dan telah meniatkan setiap kegiatan hanya dengan niat karena Allah agar menjadi amal salih.
  4. Waktu maghrib, memanfaatkan waktu yang tersisa untuk beribadah. Jangan sampai waktu kita habis sehingga tidak melakukan amal salih.
  5. Waktu isya', mengevaluasi secara keseluruhan kegiatan kita seharian. Waktu kita telah selesai dan berakhir untuk beribadah dalam satu hari.
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam senantiasa menjaga shalat lima waktunya ditambah shalat sunnah. Kita bisa meneladani Rasulullah dengan mencari tahu apa yang Rasulullah lakukan dalam setiap waktunya. Kita pun harus menjaga shalat kita. Kita terkadang lebih sering mencari waktu luang untuk beribadah, padahal seharusnya kita yang meluangkan waktu untuk beribadah. Shalat wajib hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit tiap kali shalat. Lima kali shalat berarti 25 menit. Dalam sehari terdapat waktu 24 jam atau 1440 menit. Masih ada waktu untuk melakukan aktivitas lain, bukan? Jadi, luangkanlah waktu sejenak untuk beribadah, ya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
(Q.S. Al-Hasyr [59]: 18)

Rujukan:
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2012/03/13/57484/waspadai-jebakan-waktu-luang.html
https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2014/09/18/29705/berburu-amal-dan-berpacu-dengan-waktu.html
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/prh6fn313/konsep-waktu-dalam-pandangan-islam

Sudah. Itu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar