Revolusi
industri sudah dimulai pada akhir abad ke-18 M di Inggris, Britania Raya. Revolusi industri pertama dimulai
dengan adanya mesin uap dan mekanisasi, kedua ditengarai dengan adanya sistem
transportasi, pelistrikan, dan pemanufakturan, ketiga diinisiasi dengan adanya
digitalisasi dan otomatisasi, hingga yang sekarang sedang mengalami eskalasi
adalah revolusi industri keempat, atau biasa disebut Industri 4.0. Revolusi
industri seperti ini sendiri ada demi memudahkan manusia dalam produksi barang secara masal. Saat ini, Industri 4.0 memudahkan
manusia dengan munculnya internet dan konsep fisik yang disajikan secara
virtual di dunia maya[1].
Perkembangan
industri yang pesat menuntut manusia-manusia yang ada di bumi ini untuk turut
menyesuaikan diri. Hal itulah yang mendorong manusia saat ini untuk memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakter yang mumpuni[2]. Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia pun
merumuskan penilaian khusus kesiapan Indonesia menghadapi Industri 4.0 dalam Indonesia Industry 4.0 Readiness Index
(INDI 4.0) sebagai peta jalan Making
Indonesia 4.0.
Dengan adanya INDI 4.0, masyarakat Indonesia bisa menyiapkan apa saja yang
diperlukan dalam menghadapi Industri 4.0 pada segala aspek[3]. Making Indonesia 4.0 dapat berjalan jika
didukung oleh masyarakatnya yang berkontribusi demi kemajuan Indonesia. Untuk
mengasah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakter, lima perkara sederhana
tetapi esensial yang dipaparkan di bawah ini dapat dilakukan demi menghadapi
Industri 4.0 baik oleh setiap individu maupun oleh organisasi besar.
Berikut adalah kelima perkara tersebut:
5 Perkara untuk Menghadapi Industri 4.0
- Mencari pengalaman sebanyak mungkin
Generasi
milenial seringkali mengeluarkan biaya untuk pergi jalan-jalan ke suatu tempat ketimbang berinvestasi untuk aset[4]. Hal itu bukanlah sebuah masalah, melainkan suatu peluang. Pergi
jalan-jalan membantu untuk mempelajari banyak budaya dan bahasa baru di setiap
tempat yang dikunjungi, baik budaya daerah lokal maupun
budaya asing. Selain itu,
pergi jalan-jalan juga dapat melatih soft
skill dan menjalin hubungan dengan manusia lain[5].
Metode pembelajaran yang efektif adalah
dengan terjun langsung ke lapangan dan merasakan sendiri apa yang dialami[6]. Tidak
mengapa jika pada suatu ketika seseorang
mengalami kegagalan karena kegagalan bukanlah halangan untuk mencapai
kesuksesan. Seorang pelaku industri harus dapat memegang nilai-nilai penting
demi keberjalanan apapun yang diusahakannya meskipun banyak rintangan yang akan
dilalui[7]. Oleh karenanya, menjalin hubungan dengan banyak entitas industri
menjadi penting untuk dilakukan dalam rangka mewujudkan Industri 4.0.
- Meningkatkan keamanan cyber
Keberadaan
big data sangat memudahkan untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan. Internet
of Things (IoT) dan Internet
of Services (IoS) memungkinkan
manusia untuk terus terkoneksi satu sama lain tanpa batas waktu dan tempat. Namun,
dunia maya pun tidak terlepas dari adanya bahaya. Bahaya yang
sering mengintai adalah virus malware
(perangkat perusak), file CAD
spionase, dan pencurian data melalui Human-Machine
Interfaces (HMI) oleh pihak tidak bertanggung jawab sehingga disalahgunakan[8].
Pelaku industri perlu untuk
meningkatkan keamanan bersama tim IT-nya, memastikan keamanan teknologi dari
penyuplai gawainya, serta melakukan segregasi antara jaringan lokal dan peranti
IoT-nya. Semakin luas jaringan, semakin terekspos data-data pribadi dan besar
kemungkinannya untuk dicuri. Penggunaan sandi unik yang kuat akan mengunci
data-data agar tidak terjadi “kebocoran” baik bila memanfaatkan server cloud atau server lokal. Selain itu,
sistem keamanan cyber pada industri
perlu untuk diperbarui secara berkala. Kebiasaan untuk mengutamakan keamanan informasi
pada industri harus diterapkan[9].
- Mendalami sektor-sektor industri penting
Gambar 1. Matriks Sektor Prioritas di Industri 4.0 (Sumber: Atmawinata, 2018) |
Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia menyatakan adanya lima sektor penting yang urgen untuk
dikembangkan di Indonesia, yaitu industri makanan dan minuman,
industri tekstil dan produk tekstil, industri otomotif, industri elektronik,
dan industri kimia. Kelima sektor tersebut dikedepankan karena sektor-sektor
itulah yang dapat meningkatkan pemasukan negara untuk produk domestik bruto[10]. Maka dari itu,
masyarakat Indonesia butuh mencari-cari informasi terkini mengenai kelima
sektor tersebut karena masyarakat Indonesia-lah yang nantinya menjadi pelaku industri
yang meliputi kelima sektor. Jika masyarakat mendalami dan mengetahui
sektor-sektor penting ini, bukankah masyarakat bisa turut andil demi
kesejahteraan negara pada Industri 4.0?
- Menjaga kelestarian lingkungan dan alam
Walaupun
zaman sudah lebih canggih, alam masih membutuhkan perhatian dari
makhluk-makhluk hidup. Reduksi emisi karbon, pemakaian energi
terbarukan, pembuangan sampah dan limbah, deforestasi, serta bencana alam
adalah isu-isu lingkungan hidup yang disorot terutama di Indonesia[11]. Di era sekarang,
untuk mengomersialkan sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan energi
fosil dijadikan urgensi. Dengan adanya IoT dan IoS, tidakkah informasi untuk
melacak sumber energi terbarukan akan selalu tersedia? Selain itu, kecanggihan
teknologi informasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan alam dan lingkungan
lainnya.
Revolusi industri ada antara untuk
membantu manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk mengubah lingkungan
agar manusia bisa hidup di lingkungan tersebut. Industri 4.0 seharusnya
membantu menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Di sinilah tugas manusia
untuk tetap mengembangkan perindustrian tanpa merusak lingkungan dan alam. Manusia
hidup dari alam, oleh alam, dan untuk alam serta merupakan bagian dari alam itu
sendiri.
- Lebih memanusiakan manusia
Manusia, sebagai makhluk yang berpikir,
adalah alasan mengapa revolusi industri ada, yaitu untuk memudahkan kehidupan
manusia. Tenaga manusia yang terbatas dalam menghasilkan produk dan jasa menjadi
penyebab adanya alat-alat bantu, mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks, contohnya seperti robot canggih yang memiliki kecerdasannya sendiri
untuk belajar.
Tentunya,
keberadaan AI (artificial intelligence)
perlu diseimbangkan dengan penyosokan manusia sesungguhnya. Jika seluruh
pekerjaan dilaksanakan oleh mesin-mesin, apa esensi manusia yang sebenarnya
memulai revolusi industri itu sendiri? Ke mana para manusia? Bagaimana bila yang
terjadi adalah kemunduran karena beberapa faktor pada masa revolusi industri
keempat ini sebagai akibat dari tidak adanya manusia?
Sudah mulai muncul gambaran mengenai
Industri 5.0, yaitu human-centered
society atau Society 5.0.
Industri 5.0 akan menghasilkan masyarakat yang lebih humanis dalam beraktivitas
dan melakukan sesuatu yang melibatkan apa yang telah dibangun dalam Industri
4.0. Dengan kata lain, manusia dan alat-alat canggih yang dibuatnya akan
bekerja sama[12]. Inovasi-inovasi mutakhir yang manusiawi dibutuhkan supaya
dapat menjembatani Industri 4.0 dengan Industri 5.0. Sebagai head start, alangkah baiknya kita mulai menelusuri revolusi industri kelima dari sekarang dengan memanusiakan
manusia.
Penutup
Penutup
Industri 4.0 berpotensi untuk membawa
masyarakat Indonesia menuju arah yang lebih baik. Namun, perihal tersebut tidak
menutup kemungkinan untuk segera mempersiapkan apa yang akan terjadi di masa
mendatang setelah waktu revolusi industri ke-4. Masyarakat Indonesia perlu
menerapkan budaya yang baik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan pada masa
Industri 4.0. Seperti kata pepatah, “Bisa karena biasa.” Hal-hal besar dimulai
dari membiasakan hal-hal kecil. Ke depannya, Industri 4.0 dapat mengantar
Indonesia ke dalam persaingan kelas dunia dengan ditopang oleh sumber daya
manusianya yang berkualitas.
Referensi
[1] Prasetyo, H.,
& Sutopo, W. (2018). Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah
Perkembangan Riset. Jurnal Teknik
Industri, 13(1), 17—26.
[2] McKinsey &
Company. (2016). Industry 4.0 after the initial hype: Where manufacturers are
finding value and how they can best capture it. [Online]. https://www.mckinsey.com/~/media/mckinsey/business%20functions/mckinsey%20digital/our%20insights/getting%20the%20most%20out%20of%20industry%204%200/mckinsey_industry_40_2016.ashx (diakses pada
15 April 2019 pukul 19.46 WIB)
[3] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2019).
Menilai Kemampuan Industri di Era Digital, Kemenperin Siap Luncurkan INDI 4.0.
[Online]. http://www.kemenperin.go.id/artikel/20129/Menilai-Kemampuan-Industri-di-Era-Digital,-Kemenperin-Siap-Luncurkan-INDI-4.0 (diakses pada
14 April 2019 pukul 19.08 WIB)
[4] Susanto, E. A.,
Pertiwi, G., & Tjokro, H. (2018, Februari). Spring of Life: Millennials dan
‘Jaman Now’. Slice of Life from
Eastspring Investments, 1—9.
[5] Hermawan, H.,
& Hendrastomo, G. (2017) Travelling
Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Yogyakarta. Jurnal
Sosiologi E-Societas, 6(2), 1—15.
[6] Afandi, M., Chamalah, E., &
Wardani, O. P. (2013). Model dan Metode
Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA Press.
[7] Manson, M.
(2019). Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo
Amat. Jakarta: Penerbit Grasindo.
[8] Spadafora, A.
(2019). Industry 4.0 suffering major security issues. [Online]. https://www.techradar.com/amp/news/industry-40-suffering-major-security-issues (diakses pada
5 April 2019 pukul 9.29 WIB)
[9] Sunblad, W.
(2019). Security Is Key To The Success Of Industry 4.0. [Online]. https://www.forbes.com/sites/willemsundbladeurope/2019/04/11/security-is-key-to-the-success-of-industry-4-0/amp/ (diakses pada 5
April 2019 pukul 9.29 WIB)
[10] Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia. (2019). Jadi Prioritas Indutri 4.0, Lima Sektor Ini Berkontribusi 60
Persen untuk PDB. [Online]. http://www.kemenperin.go.id/artikel/19231/Jadi-Prioritas-Indutri-4.0,-Lima-Sektor-Ini-Berkontribusi-60-Persen-untuk-PDB (diakses pada
15 April 2019 pukul 17.50 WIB)
[11] Guntoro, J. (2017). Masalah Lingkungan Hidup
di Indonesia dan Dunia Saat Ini. [Online].
https://lingkunganhidup.co/masalah-lingkungan-hidup-di-indonesia-dan-dunia/ (diakses pada
15 April 2019 pukul 18.38 WIB)
[12] Alim, M. (2019). 4 Prediksi Gambaran Revolusi
Industri 5.0. [Online]. http://www.jurnas.com/artikel/47248/4-Prediksi-Gambaran-Revolusi-Industri-50/ (diakses pada 15 April 2019 pukul 20.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar