Selasa, 30 Agustus 2016

Emfisema Kontribusi

Pernahkah Anda mengalami sesuatu yang begitu buruk?
Pernahkah Anda merasa bahwa hidup ini sangat zalim, sangat tidak adil?
Anda kebingungan, pergi tak menentu.
Anda ingin lari tetapi tidak tahu ke mana.
Anda tidak tahu arah dan tersesat dalam rimba ke-transenden-an.
Cahaya pun sirna; Anda tidak bisa melihat apa-apa dalam kegelapan.
Anda berharap agar semua ini segera berakhir.

Di tengah hujan yang ramai, Anda berpayung sepi.
Anda sendirian. Ya, Anda sendirian. Sendirian.
Anda duduk memeluk lutut, menekuri kaki-kaki yang rapuh.
Ketakutan Anda begitu fana sehingga Anda takut pada ketakutan Anda sendiri.
Anda takut semua ini menghancurkan Anda.

Dan, sebelum Anda sadari, Anda sudah berdiri.
Anda berlari, tiba-tiba berlari.
Anda menerobos semua yang Anda bisa terobos.
Anda menghampiri semua yang Anda bisa hampiri.
Anda memukul, menonjok, mematahkan apapun yang ada di depan Anda.
Anda tendang dan tendang sesuatu yang Anda juluki "kesialan".
Setelah dirasa cukup, Anda berjalan perlahan-lahan.

Sambil menangis, Anda berjalan, berjalan, dan berjalan....

Tunggu dulu!

Apa itu?

Ada suatu titik yang terang. Sangat terang.
Titik itu menjelma menjadi sebilah sinar.
Anda mengikuti berkas itu.
Titik itu terus mengelevasi dirinya sendiri.
Seiring dengan itu, langit menjadi lebih terang.
Warna jingga, kuning, dan putih memenuhi pemandangan.

Sekarang, hati Anda mengharu biru.
Sang Surya telah terbit dan bersinar sejauh penglihatan Anda.
Luka-luka di tangan hanya perlu menunggu waktu sembuh.
Kaki yang penuh lebam dan memar tinggal dikompres petualangan.

Seolah melawan gravitasi, sudut bibir Anda memanjat dengan sendirinya.
Anda berlutut lalu menundukkan kepala.
Seuntai doa mengutas semesta dimensi trial and error.

Ada satu hal yang Anda sesali: Anda menyesal telah menyesal.

《Bandung, 30 Agustus 2016》

Sudah. Itu saja.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 45–46)

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Inna lillāhi wa innā ilaihi rāji`ūn". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 153–157)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S. Al-Insyirah [94]: 5–6)

Sabtu, 27 Agustus 2016

Mengapa Tidak Shalat (I)


Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan video dari kanal TheMercifulServant yang berjudul "MUSLIMS WHO DO NOT PRAY - MUST WATCH". Setelah saya menonton, saya jadi mengerti apa saja penyebab muslim tidak shalat padahal shalat adalah kewajiban setiap muslim dan merupakan amal yang paling pertama dihitung.

Jika Anda ingin tahu, Anda bisa membuka video di atas. Namun, jika Anda tidak mau menontonnya, saya sudah (berusaha) menerjemahkan apa yang Nouman Ali Khan paparkan dalam video di atas.

Bismillāhi washshalātu wassalāmu `alā rasūlillāh.

Sebenarnya, ada dua pernyataan yang merupakan dua masalah yang berbeda. Masalah pertama adalah "Aku tidak bisa shalat lima kali dalam sehari. Aku tidak bisa melakukannya.". Sekarang, aku tidak percaya padamu. Siapapun yang berkata "aku tidak bisa melakukannya", aku tidak mempercayaimu. Kamu tahu mengapa? Karena aku mempercayai Allah. Dan, aku tidak bilang aku percaya pada Allah. Aku bilang, aku mempercayai Allah. Ada perbedaan, bukan? Aku percaya pada Allah berarti aku percaya bahwa Dia ada. Aku percaya pada-Nya. Namun, saat aku bilang aku mempercayai Allah, itu berarti aku percaya apa yang Dia katakan. Dia (subhānu wa ta-`ala) berkata, "Lā yukallifullāhu nafsan illā wus`a`hā (Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya)." Allah berkata bahwa Dia tidak membebani siapapun dengan banyak tanggung jawab kecuali mereka sanggup menangguhkan beban tersebut. Itu yang Dia katakan. Kamu bilang, kamu tidak bisa berbuat sesuai dengan sebuah tanggung jawab yang Allah berikan kepadamu. Tidakkah itu benar? Kamu berkata, "Aku tidak bisa shalat lima waktu. Itu terlalu banyak!" Lalu, Allah berkata, "Ya, kamu bisa!" Jadi, aku punya pilihan antara mempercayaimu dan mempercayai Allah. Jika kau tidak menyadari hal ini, mungkin kamu berbohong pada dirimu. Mungkin kamu meyakinkan dirimu karena kemalasanmu dan kurangnya keinginan untuk shalat lima kali (dalam sehari). Harus. Aku tidak mau menghakimimu. Aku tidak tahu apa masalahmu, tetapi mungkin kamu canggung untuk shalat di depan nonmuslim. Orang bisa merokok 15 menit saat istirahat kerja, benar? Mereka bisa istirahat, jalan-jalan sambil mengobrol, dll. sementara kamu tidak bisa shalat lima waktu. Subhanallah. Pada bagian di dunia ini, aku pernah bekerja di Kota New York. Aku pernah melihat muslim shalat di segala tempat. Di tengah 5th Avenue, di pinggir jalan, ada orang sedang shalat karena sudah waktunya. Atau, kamu tahu, di universitas, kamu pergi ke ruang fotokopi di dalam perpustakaan dan melihat tiga orang sedang shalat. Muslim akan shalat. Jika sudah waktunya, mereka akan melaksanakannya. Itu dia. Jadi, hal pertamanya adalah Allah berkata bahwa kamu bisa (shalat). Jadi, Allah memberikan beban ini kepadamu dan memang benar begitu adanya, maka kamu bisa. Yakinkanlah dirimu akan hal itu, berserah dirilah, dan Dia akan memudahkannya untukmu.

Pertanyaan kedua adalah "Apakah Dia peduli kalau aku shalat atau tidak?". Sekarang, pertanyaannya lebih seperti "Apakah Dia membutuhkan shalatku atau tidak?". Kamu lupa kalau shalatnya tersebut bukan untuk Allah. Itu untukmu. Itu bukan untuk Allah. Jika semua orang di dunia ini, jika semua yang mereka lakukan dengan hidup mereka adalah shalat (beribadah) kepada Allah, itu tidak akan membuat-Nya lebih kaya. Itu tidak akan menambah apa-apa ke kerajaan-Nya karena Dia telah memiliki semua kerajaan. Dan, jika tidak ada yang menyebut (asma) Allah subhānu wa ta`ala lagi, itu tidak mengurangi kekuasaan-Nya, kerajaan-Nya, dan kemuliaan-Nya. Dia (Allah) tidak membutuhkan kita. Kita membutuhkan-Nya. Kita membutuhkan-Nya. Jadi, pertanyaannya, apakah kita merasa butuh shalat? Apakah kita merasa bahwa itu adalah kebutuhan dalam hidup kita? Dan, jika tidak, jika kamu merasa terbebas dari meminta Allah akan bantuan-Nya, beralih, dan mendahului sebelum firman-Nya, itu adalah permasalahan serius. Kamu menjadi lemah dan pertanyaan muncul karena kami jauh dari Allah sekian lamanya sehingga syetan dapat datang dan berkata, "Ya, aku tahu, kamu merasa tidak enak tentang meninggalkan shalat. Sebaiknya, buang rasa tidak enak itu dan gantikan dengan mengapa kami bahkan harus shalat." Itu adalah gangguan selanjutnya dari penyakit itu. Di bagian pertama, kamu sudah terdiagnosis, tetapi kamu merasa tidak enak dan ada perasaan bersalah. Itu hadiah dari Allah. Namun, saat perasaan bersalah hilang, kamu berkata, "Ah, Allah tidak membutuhkan shalatku. Tidak apa." "Selama aku baik-baik saja" dan itu adalah bagian terakhir yang ingin kubicarakan. Bagian selama-aku-baik-baik-saja ini. Siapa yang mendefinisikan 'baik'? Ada dua macam 'baik' di dunia ini. Tolong ingat ini. Ada dua macam 'baik'. Ada 'baik' yang etis. "Aku baik ke tetangga. Aku jujur saat bekerja. Aku ramah pada orang-orang. Aku tidak mencuri. Aku tidak curang." Itu berkenaan dengan etika. Etika dasar, bukan? "Aku memberitahukan kebenaran. Aku jujur. Aku membayar pajak. Aku jujur dalam bisnis." Semua itu adalah kebenaran etis. Lalu, ada 'baik' yang agamis. "Aku pergi haji. Aku berzakat. Aku shalat lima waktu dalam sehari. Aku berpuasa di bulan Ramadhan." Semua itu bukan dalam etika tetapi dalam agama. Hal 'baik' yang etis dan hal 'baik' yang agamis, itu moral di alam. Yang banyak terjadi dengan muslim dan nonmuslim, terutama yang muslim, adalah terciptanya perbedaan di antara kedua hal itu. Jadi, di kalangan muslim, kamu akan menemukan orang-orang yang secara moral 'baik'. Mereka baik kepada keluarga. Mereka merawat anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka ramah kepada tetangga. Mereka jujur saat bekerja. Orang-orang baik. Akan tetapi, tanpa agama. "Aku tidak butuh agama untuk menjadi baik," begitu kata mereka. Dan, di sisi lain, kamu menemukan orang-orang yang shalat, pergi haji, berzakat, memelihara jenggot, berpakaian takwa, tetapi mereka buruk kepada keluarga, curang dalam bisnis, benar-benar imoral dan tidak etis. Jadi, yang terjadi adalah kita sudah memisahkan dua dimensi kebaikan. Kebaikan moral, kebaikan etis, dan kebaikan agamis. Yang Allah lakukan dalam Al-Qur'an adalah menyatukan keduanya dalam satu ayat ini, yaitu ayātul birr. Ayat kebaikan. Apa maksudnya menjadi baik? Kalau kamu mempelajari ayat itu, itu adalah kombinasi dari dua hal. Itu adalah kombinasi dari prinsip etis, seperti memenuhi janji, sabar, dan istikamah, dan juga kebaikan agamis, seperti mendirikan shalat dan memberi zakat, benar? Jadi, itu adalah kombinasi kedua hal tersebut dalam satu tempat. Jadi, jika kamu berpikir kamu berada di posisi untuk menentukan apa yang 'baik', sangat mungkin kamu berpegang kepada kebaikan moral dan merusak kebaikan agamis seperti ritual yang Allah ajarkan kepada kita. Namun, yang Allah mau adalah agar kita mempunyai keduanya dalam waktu yang sama. Inilah di mana seseorang betul-betul baik. Selainnya, kamu tidak amat baik. Kamu sudah mendefinisikan baik kepada dirimu dan menolak definisi Allah tentang itu. Namun, kita berpaling kepada Allah untuk petunjuk karena kita tidak bisa mendefinisikan sesuatu sendiri. Kita mau Dia mendefinisikannya untuk kita. In syā Allahu ta-`ala.

Sudah. Itu saja.

Pergi Membunuh Cicak

Gambar dari OA Line@ MSTEI ITB (ID Line: @muslimstei)

Bismillāhirrahmānirrahīm.

Cek cek cek cek cek cek... begitulah bunyinya.

Mungkinkah kalian tahu salah satu cerpen Dewi Lestari dalam Recto Verso? Atau, mungkin juga kalian mengenal lagu anak-anak yang bernada sol-mi-sol-mi-mi-fa-sol... fa-re-fa-la-sol-fa-mi... la-fa-la-fa-la-si-do... do... mi-fa-mi-re-do?

Jujur, saya pribadi membenci cicak, binatang tengil, gelap, dan menempel-nempel. Ew! Yha, hal itu berlaku kalau saya melihat cicak asli, sih, bukan cicak digambar.
Hhhhhhh....
Ampun, dah.

Dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cecak

Tahukah kalian kalau membunuh cicak itu mendapat pahala?
  • Dari Ummu Syarik radhiyallāhu `anha, ia berkata, "Rasulullah shallallāhu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, "Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim `alaihis salam."" (HR Bukhari, no. 3359)
  • Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallāhu `alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus kebaikan, dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari pahala pertama. Dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala lebih kurang dari yang kedua." (HR Muslim, no. 2240)
Imam An-Nawawi (14: 210 s.d. 211) dalam Syarh Shahih Muslim dengan judul bab "Dianjurkannya Membunuh Cicak" yang membawakan hadits Sa'ad bin Abi Waqqash (ada di bagian bawah) berkata bahwa dalam satu riwayat disebutkan bahwa membunuh cicak akan mendapatkan seratus kebaikan dan dalam riwayat lain disebutkan tujuh puluh kebaikan. Imam An-Nawawi berkesimpulan bahwa semakin besar kebaikan atau pahala dilihat dari niat dan keikhlasan juga dilihat dari makin sempurna atau kurang keadaannya. Seratus kebaikan yang disebut adalah jika sempurna, tujuh puluh jika niatannya untuk selain Allah.

Hadits-hadits di atas cukup membuat saya mengidamkan pistol sniper untuk menembak cicak. Namun, sebelum saya pergi ke tukang senjata, kita cari tahu ada apa dengan reptil yang satu ini.

Cicak Mana-mana

Nah, kalian yang suka Biologi pasti tahu kalau cicak itu bermacam-macam jenisnya. Cicak, bersama dengan tokek, termasuk ke dalam suku Gekkonidae. Dilansir dari Wikipedia, cicak yang biasa kita jumpai di sekitar kita adalah
  • cicak tembok (Cosymbotus platyurus),
  • cicak kayu (Hemidactylus frenatus),
  • cicak gula (Gehyra mutilata), dan
  • cicak batu (Cyrtodactylus marmoratus).

Cicak biasanya memakan serangga terbang, seperti nyamuk. Akan tetapi, cicak gula bisa memakan gula dan nasi, makanan yang manis-manis.
Asdfghjkl!@#$/^&*()

Dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cecak

Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri, seperti di daerah Timur Tengah pun ditemukan cicak. Cicak yang ditemukan di negara Arab adalah Stenodactylus sp.. Kaki cicak Arab lebih panjang dan jari-jarinya berselaput. Mereka juga merayap di pasir atau tanah, bukan di tembok. Dengan ambil contoh cicak Hemidactylus sp., kita bisa tahu bahwa cicak Indonesia berbeda dengan cicak Arab.

Cicak Stenodactylus sp. ini aktif mencari makan di malam hari. Pada malam harilah mereka biasa membuang air sembarangan. Kalau Stenodactylus sp. masuk rumah, seringkali mereka mengotori hidangan yang disimpan di lantai. Perlu diketahui bahwa Stenodactylus sp. membawa bakteri Salmonella sp. dan itulah yang menjadi masalah. Mereka itu seperti hama di zaman Nabi dulu dan menyebabkan infeksi serta penyakit.

Di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara zaman sekarang? Cicak memakan nyamuk. Cicak Indonesia malah bisa membasmi hama (yha, mungkin tidak dengan Gehyra mutilata yang mencuri gula). Jadi, cicak Indonesia berbeda karakteristiknya dengan cicak Arab.

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Nabi shallallāhu `alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak (al-wazagh), beliau menyebut hewan ini dengan hewan yang fasik (fuwaisiq).
(HR Muslim, no. 2238)
Yang dimaksud dengan al-wazagh pada hadits di atas ini adalah Stenodactylus sp. alias cicak Arab tersebut.

Jadi, kalau lihat Hemidactylus frenatus atau Cosymbotus platyurus merayap di tembok rumah, coba pertimbangkan lagi, deh, keputusan membunuhnya. Perhatikanlah manfaat dan mudarat yang dibawa oleh cicak-cicak Indonesia. Kalau sudah membahayakan rumah, seperti membuang kotoran di dalam rumah sehingga mengotori atau terlampau banyak populasinya sehingga berisik dan mengganggu, kita memang dianjurkan untuk membunuh mereka. Semoga kita terlindungi dari segala bentuk ke-jahil-an dan mau meng-kaji ilmu-ilmu Islam lebih dalam.

*brb beli sniper dan pergi ke Arab (duitnya mana?)

Wallāhu a`-lam.
Sudah. Itu saja.

Bandung, 27 Agustus 2016
(Tulisan ini ditulis di lantai 2 rumah sambil mendengar bunyi cicak bersahut-sahutan.)

Kamis, 11 Agustus 2016

OneRepublic: Ke Manapun Aku Pergi ;)

Karena akhir-akhir ini, saya cukup hooked up dengan lagu "Wherever I Go" dari OneRepublic, apalagi pada bagian "No easy love could ever make me feel the same... make me feel the same... make me feel the same-same-same~", saya mencoba untuk me-review video klipnya yang sangat "breaking through", cocok dengan iramanya.

Ulasan Video Klip "Wherever I Go"

Judul: Wherever I Go
Artis: OneRepublic
Sutradara: Joseph Kahn
Produser: Jil Hardin
Pemeran: Kenneth Choi, Yvonne Lu, dan OneRepublic (Ryan Tedder, Drew Brown, Brent Kutzle, Eddie Fisher, dan Zach Filkins)

Ada dua versi dari video klip "Wherever I Go", yaitu versi resmi dan versi performance. Saya akan membahas keduanya. (Disarankan untuk menonton kedua video klipnya terlebih dahulu.)

Pada versi resmi, terdapat narasi visual tentang seorang pria (Kenneth Choi) yang menjalani rutinitas ke kantor yang "biasa-biasa saja", monoton, dan membosankan. Semua di sekitarnya hanya hitam-putih-abu-abu. Pada akhirnya, ia mencoba untuk "memberontak" setelah naik satu elevator dengan wanita idamannya (Yvonne Lu). Ia meletakkan koper kerjanya, mendatangi meja rekan-rekan kerjanya dan mengganggu mereka, menari-nari, serta melakukan hal-hal aneh lainnya dengan cepat. Awalnya, rekan-rekan kerjanya terkejut, tetapi mereka akhirnya ikut menari seperti pria itu. Si pria di atas kursi beroda didorong si wanita idaman ke sebuah ruangan rahasia tempat OneRepublic bermain musik. Setelah beberapa saat ia menonton OneRepublic bermain, ia mundur kembali ke ruangan kerjanya lalu sekitarnya berubah menjadi cerah dan lebih berwarna dalam sekejap. Di akhir video, ia berdiri di dalam elevator dan menyadari bahwa tadi itu hanyalah khayalan serta melihat wanita idamannya pergi keluar dari elevator.

Cerita di dalam video klip versi resmi memfokuskan kita kepada si pria dan kehidupannya sehari-hari. Si pria bangun tidur, gosok gigi, sarapan, dan bahkan memakai sepatu diperlihatkan dalam cut-cut dengan durasi standar yang tidak terlalu lama untuk menunjukkan bahwa hal-hal itu biasa dilakukan setiap hari. Komposisi peletakan si pria yang ada di tengah frame membuat kita tidak perlu mencari ke mana-mana untuk mengetahui nasib si pria.

Kenneth Choi memerankan tokoh utama pria dan itu membuat kita tahu bahwa di video klip versi resmi, dialah bintangnya. OneRepublic-nya sendiri hanya muncul sebentar. Namun, OneRepublic memegang bagian yang penting pula. Jadi, kita hanya difokuskan kepada storyline-nya. Begitulah video klip ini.

Satu hal anehnya adalah layar komputer-komputer para karyawan yang hitam. Jika para karyawan ingin terlihat sibuk, seharusnya komputer-komputernya menyala. Poin inilah yang menyebabkan mudah ditebaknya para karyawan yang akan mengikuti si pria menari.
Komputernya tidak menyala....

Video klip ini memiliki kesan bersemangat yang menyertai alunan "Wherever I Go" yang funky. Akan tetapi, kalau dilihat dari keseluruhan video, gambaran ceritanya tidak sesuai dengan isi lirik lagu OneRepublic yang satu ini. Apa hubungan antara pria Korea pekerja kantoran berjoget-joget dengan obsesi mencari kebenaran (cinta)? (Lirik lagu "Wherever I Go": http://genius.com/Onerepublic-wherever-i-go-lyrics)

Pada versi performance, diperlihatkan hanya OneRepublic yang bermain musik di dalam ruangan rahasia pada versi resmi. Jika pada versi resmi, kita mengikuti cerita pria kantoran yang ingin bebas, kita hanya menonton OneRepublic pada versi ini. Kita bisa melihat personel-personel membawakan lagu dengan amat enerjik. Ryan Tedder, sang vokalis, mendapat focusing shoot paling banyak, mungkin sengaja agar ia menjadi point of interest-nya. Akan tetapi, bagi saya, mengapa malah Drew Brown si gitaris yang jadi point of interest? Setelah saya teliti, ternyata itu disebabkan permainan gitar Drew Brown yang sering di-close up dan dalam pandangan subjektif saya, ia memang "menarik". #IYKWIM
(Sudah cukup. Lupakan saja....)

Yang menjadi kejanggalan adalah tidak adanya pemain piano atau mungkin kibor dalam video klip versi performance (dan versi resmi juga). Padahal, saya mendengar suara piano/ kibor pada intro lagunya.
Well, (mungkin) memang ada. Dari https://en.m.wikipedia.org/wiki/Wherever_I_Go_(song).
Mungkin akan lebih masuk akal jika ada pemain piano (atau salah satu sebangsanya piano) dalam video klip, contohnya seperti pada awal-awal video klip versi performance, ada Ryan Tedder memainkan kibor karena Ryan Tedder bisa bermain piano.
Ryan Tedder di Awal Video Klip Versi Performance

Jadi..., di mana piano Anda, Tuan?

Ryan Tedder terlihat sangat bright dalam video klip "Wherever I Go", baik pada versi resmi maupun pada versi performance. Saya jadi terheran-heran dengan rambut Ryan Tedder yang tetap rapi walaupun Ryan Tedder berputar-putar, lompat-lompat, dan jejingkrakan. Ryan Tedder dalam video klip ini juga mengingatkan saya pada pemeran Profesor Moriarty dalam film Sherlock Holmes: A Game of Shadows.
Di sini, Ryan Tedder mirip Jared Harris "Profesor Moriarty" dari film Sherlock Holmes: A Game of Shadows.

Kedua versi sama-sama energetic terlihat pada orang-orang yang disyuting dalam video klipnya. Namun,jika saya harus memilihsaya lebih suka versi performance-nya karena propertinya yang vintage (berwarna hitam, putih, dan keemasan) sehingga terlihat keren dan sederhana tetapi menarik. Saya juga bisa melihat personel-personel OneRepublic berpakaian dominan hitam yang tampan-tampan dengan jelas. Saya pun terbawa dengan performa personel-personel OneRepublic yang bebas berekspresi. Dalam skala 1 s.d. 5, saya beri nilai 3,9 untuk versi resmi dan 4,2 untuk versi performance.
Sudah. Itu saja.