Kamis, 30 Juni 2022

Taman Bunga Misterius

Saat ini, aku sedang berada di Jombang, Jawa Timur, rumah keluarga besarku dari sisi ibu. Rumah keluarga besarku ini terletak di blok yang tidak terlalu besar dengan neighbourhood yang tidak terlalu banyak juga. Nah, ada satu rumah yang cukup dekat dari rumah keluarga besarku ini yang dari depan tidak terlalu kelihatan besar, tetapi ke belakangnya luas. Di pelatarannya ditanami bunga-bunga kembang kertas Zinnia dan bunga matahari. Sebagai penyuka bunga matahari, aku selalu mengagumi bunga-bunga matahari yang ditanam di halaman depannya, yang dekat dengan pagar rumahnya. Satu hal lagi yang kuketahui adalah rumah itu dihuni seorang pria yang sering merawat tamannya sambil bertelanjang dada.

Suatu ketika, aku baru saja berjalan balik ke rumah dari jalan-jalan sore di sekitar perumahan keluarga besarku. Tidak lupa aku mengamati bunga-bunga matahari itu sambil jalan. Tiba-tiba, ada seorang ibu tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah keluarga besarku terlihat memanggilku agar mendekat. Aku mendekati si ibu yang berdiri di depan rumahnya. Beliau mengatakan sesuatu kepadaku dalam bahasa Jawa. Aku tidak begitu ingat lengkapnya dan aku tidak sepenuhnya jago bahasa Jawa. Namun, aku coba transliterasikan sebisaku, begini katanya:

"Pria yang tinggal di [rumah kecil dengan taman bunga itu] tampaknya gila. Dia pernah membawa kresek-kresek besar berisi kresek-kresek lagi. Anak-anak kecil yang mendekati rumahnya sering disahutinya (maaf, di kalimat ini, aku tidak yakin apa yang dimaksud si ibu untuk diterjemahkan). Ya sudah, setelahnya, aku tidak berani menyapanya lagi."

Aku mendengarkan kata-katanya lalu aku izin pamit dan meninggalkan si ibu. Di rumah keluargaku, aku memikirkan yang kualami tadi. Hal pertama yang terlintas di benakku adalah "Kalau pria itu memang gila, mengapa tamannya cukup terawat?" Jangankan tamannya yang terawat, sekadar tamannya ada saja sudah cukup aneh. Aku mengerti satu-dua hal mengenai berkebun dan aku mengamati bahwa tanah tempat bunga-bunganya tumbuh bukanlah tanah yang subur dan gembur (bukan tanah, pasir malahan!). Menanam bunga di media tanam seperti itu pasti butuh kerja keras agar dapat tumbuh dan mekar berbunga. Yah, aku tidak tahu, sih, apakah bunganya hasil stek batang atau dari biji, tetapi bunganya cukup sehat sehingga bunga yang kuncup mekar dan yang kecil membesar. Terakhir kulihat, pria itu juga masih sedang merawat tamannya.

Aku tidak tahu soal kresek-kreseknya, tetapi aku juga menyimpan kresek-kresek dalam kresek. Sekilas aku teringat meme plastic bag-ception yang pernah kulihat di 9gag (dasar otaknya penuh meme!). Mungkin kreseknya untuk persediaan?

Kalau tentang anak-anak, aku rasa, pria itu tidak ingin tanamannya diganggu oleh anak-anak. Secara, anak-anak masih sangat aktif dan belum terlalu terkontrol. Sementara aku, yang sudah 20 tahunan hanya memandangi untuk mengagumi tanpa merusak ataupun menyentuh bunganya. Jadi, aku aman-aman saja, bunganya pun aman.

Mengenai bertelanjang dada, yah, mungkin memang begitu nyamannya. Toh, itu masih aman kalau dilihat dari sisi aurat laki-laki. Perawakannya agak seram, jadi wajar kalau ada rasa takut. Akan tetapi, sejauh ini, aku belum pernah diganggu pula olehnya.

Satu lagi yang membuatku terkejut, ternyata memang masih ada saja budaya "bisik-bisik tetangga" yang sangat kentara. Mungkin karena aku tinggal di kompleks yang orang-orangnya cukup ramah dan jarang menghakimi selama ini. Mungkin pria itu memang bukan orang yang ramah dan kalau kita memilih untuk tidak menyapanya juga bukan masalah. Dariku sendiri, aku mengapresiasi taman bunganya yang indah dan kemampuan pria itu merawat tamannya meskipun hampir-hampir tidak akan berinteraksi langsung.

Kesimpulanku, jika intuisi kita meminta kita untuk jangan langsung percaya sesuatu, coba ikuti dulu saja. Setelah itu, kita ber-tabayyun, mencari tahu lebih lanjut. Bahkan di bidang hukum ada yang namanya "praduga tak bersalah". Bukankah kita dianjurkan untuk berprasangka baik terlebih dahulu?

Yah, semoga saja taman dan bunga-bunganya tetap terawat hingga aku kembali lagi ke rumah keluarga besarku. Kalau tetap terawat, dugaanku mengenai pria itu belum tentu gila bisa jadi benar. Mungkin bukan gila, melainkan lebih ke eksentrik, ya.

Cukup sekian dariku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar