Sudah lama aku ingin membahas perbandingan kedua tokoh anime yang sama-sama
menjadi sosok panutan tetapi begitu berbeda. Monkey D. Luffy dari "One Piece"
dan Bruno Bucciarati dari "JoJo's Bizarre Adventure Part 5: Golden Wind (Vento
Aureo)" adalah dua karakter pemimpin bagi orang-orang yang dipimpinnya dalam
cerita mereka masing-masing. Keduanya sering diperbincangkan sebagai contoh
kepemimpinan yang patut ditiru dalam komunitas anime. Lalu, bagaimana keduanya
bisa sama-sama bekerja dengan cara yang berbeda? Aku di sini mencoba mengupas
kepemimpinan mereka.
(Peringatan: Mungkin mengandung spoilers.)
Persamaan
Sebelum membahas perbedaan mereka, ada baiknya kita membahas persamaan mereka
terlebih dahulu.
Anti-hero
Aku selalu menganggap bahwa Luffy adalah seorang anti-hero, seseorang yang
chaotic good. Luffy adalah bajak laut yang mengejar mimpinya menjadi manusia
paling bebas dengan menjadi raja bajak laut. Luffy akan menolong siapapun yang
berada dalam masalah yang disebabkan ketidakadilan pemerintah dunia atau
kekejaman bajak laut lain yang jahat meskipun harus membuat lawan-lawannya
babak belur. Secara hukum, yang dilakukan Luffy tidak seluruhnya benar karena
ia hanya melakukan apa yang sesuai baginya (menjadi bajak laut pun begitu). Jika ia menyesuaikan dirinya untuk
melakukan hal baik, ia akan melakukan hal baik. Jika ia menyesuaikan diri
melakukan hal buruk, ia akan melakukan hal buruk. Apapun itu asalkan tujuannya
sendiri tercapai. Luffy terkadang mementingkan dirinya sendiri pula (lihat video di bawah).
Sementara itu, Bruno dan kawan-kawan di timnya termasuk di dalam kelompok
mafia Italia yang pada dasarnya adalah orang-orang yang jauh dari norma hukum.
Dari dalam kelompok mafia, mereka berusaha menekan penjualan narkoba untuk
anak-anak demi masa depan generasi muda Italia yang lebih baik. Mereka juga
menolong anak perempuan bos kelompok mafia mereka dari ayahnya yang ternyata
memiliki rencana jahat dan egois. Bruno, bersama timnya, juga anti-hero.
Mereka melawan dan menghajar anggota mafia yang mendukung perdagangan narkoba
dan bos mafia mereka yang manipulatif bukan main bahkan jika itu artinya
mereka memberontak terhadap kelompok mafia mereka demi tercapainya tujuan yang
mereka bawa.
(Sumber: jojo.fandom.com)
Luffy dan Bruno adalah anti-hero. Mereka memberi cahaya dari kegelapan.
Sosok Panutan bagi Orang-orang yang Dipimpin
Luffy adalah orang yang berkehendak melakukan apapun demi menolong
teman-temannya. Ia menganggap orang-orang dalam krunya setara dan tidak
menganakemaskan satupun. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Luffy masih memiliki
beban tanggung jawab terhadap anggota timnya. Maka dari itu, Luffy bersikap
loyal dan peduli kepada teman-temannya. Luffy akan menjadi orang terdepan bila
menghadapi masalah yang menghadang karena itulah tanggung jawabnya dalam
melindungi teman-temannya. Hal tersebut yang membuat teman-temannya, terutama
anggota-anggota krunya, merasa bahwa kehidupan mereka menjadi lebih baik
karena kehadiran sosok Luffy.
Sama seperti Luffy, Bruno juga peduli dan loyal terhadap orang-orang yang
dipimpinnya. Bruno merekrut orang-orang yang pernah terkena masalah untuk
menjadi anggotanya dan memberi mereka kesempatan kedua dalam hidup. Bruno
memiliki energi merawat, memandu, dan memikat mereka untuk percaya kepadanya
dan mengikuti apa yang dimintanya. Rasa simpati dan pengasihannya membuatnya
menjadi sosok "orang tua" di timnya. Bruno bertanggung jawab terhadap anggota
timnya dan sejauh ini, ia dapat membagi-bagi tugasnya untuk menjalankan misi
mereka dengan baik. Tidak mengherankan jika Bruno dianggap pemimpin yang
kapabel dan anggota-anggotanya dapat bergantung kepadanya.
(Sumber: jojo.fandom.com)
Luffy dan Bruno dijadikan panutan oleh teman-teman mereka karena mereka membuat teman-teman mereka lebih baik.
Ruang untuk Berkembang
Luffy dan Bruno memang memiliki kapabilitas dalam memimpin. Namun, itu tidak
menghalangi mereka untuk mendapatkan akses pembelajaran dari tiap kejadian
yang mereka lewati. Mereka perlu evaluasi untuk kepemimpinan mereka agar
tujuan mereka tercapai. Dengan begitu, Luffy dan Bruno bisa berubah menjadi
pemimpin yang lebih baik. Mereka membutuhkan improvisasi dalam memimpin
karena, ya, hanya satu cara memimpin akan membuat keadaan menjadi stagnan dan
membosankan. Itu juga akan berpengaruh untuk orang-orang yang mereka pimpin
jika pemimpin dan orang-orang yang dipimpin saling mengembangkan satu sama
lain.
(Gambar dari https://www.opfanpage.com/2020/03/23/real-world-nationalities-of-the-straw-hat-pirates-3/ dan https://jojo.fandom.com/wiki/Team_Bucciarati dengan editan)
Perbedaan Luffy dan Bruno
Cara Mengayomi
(Sumber: amazon.com)
Luffy adalah pemimpin yang termasuk ke dalam kategori kepemimpinan laissez
faire. Luffy sangat memercayai krunya serta menghormati kemampuan dan kekuatan
semua anggota krunya, terlebih karena tiap anggota krunya merupakan ahli di
bidang masing-masing (pendekar pedang, koki, navigator, arkeolog, dokter/medik,
penembak ulung, pemusik, dan teknisi kapal). Maka dari itu, Luffy pun memberi
ruang untuk anggota krunya berkembang untuk mewujudkan mimpi mereka dan
mencoba membawa anggota-anggota krunya mengembangkan potensi terbaik mereka
tetapi tetap bertanggung jawab sebagai kapten dalam mengusahakan keselamatan
mereka (contoh: membubarkan sementara krunya selama dua tahun). Sebaliknya,
para anggota kru Luffy termotivasi untuk membantu kapten mereka dengan terus
mengasah kemampuan mereka dan melindungi kapten mereka. Luffy membutuhkan para
anggota krunya seperti para anggota kru Luffy membutuhkan Luffy dengan adanya
fondasi kebebasan yang kokoh yang dibangun oleh Luffy untuk krunya. Luffy
adalah orang yang jujur, penuh humor, percaya diri, positif, dan kreatif.
Itulah sebabnya para anggota kru Luffy begitu mempercayai Luffy. Kharisma yang
dimiliki Luffy juga membuat siapapun orang yang ditemui Luffy bisa diyakinkan
untuk menjadi teman atau sekutunya.
Bruno adalah pemimpin yang cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
otoriter/autokratis. Bruno memiliki parameter ketercapaian tujuannya (tidak
ada penjualan narkoba di Italia untuk melindungi anak-anak dan warga lainnya),
menetapkan tujuan jangka pendek yang diturunkan dari perintah atasannya
(mengawal dan melindungi anak perempuan bos meskipun, ya, menemui penyingkapan
mengejutkan di akhir), dan membuat keputusan final. Ia dapat benar-benar
mengontrol anggota tim yang baginya dirasa kurang disiplin (Narancia?). Hal tersebut
disebabkan pekerjaan mafia yang begitu urgen dan penuh tekanan. Sisi
demokratis Bruno dapat terlihat ketika ia tahu bahwa orang-orang dalam timnya
juga berhak memperoleh kebebasan individual. Orang-orang dalam tim Bruno yang
merasa berhutang budi pada Bruno pun banyak memberi masukan strategi pemecahan
masalah demi mewujudkan Italia yang bebas penjualan narkoba. Bruno yang
simpatetik menghargai orang-orang dalam timnya pula. Bruno memberi kesempatan
orang-orang dalam timnya untuk memilih apakah mereka mau mengikutinya melawan
si bos mafia atau tidak. Terkadang, Bruno, dibantu timnya, menolong warga
lokal jika sedang ada masalah dan itulah yang membuat Bruno begitu dikenal di
wilayahnya.
Gaya kepemimpinan Luffy adalah kepemimpinan laissez faire karena Luffy percaya kepada kemampuan teman-temannya, begitu sebaliknya.
Gaya kepemimpinan Bruno adalah otoriter/autokratis karena Bruno sering memberi arahan langsung kepada timnya untuk memenuhi tugas tertentu.
Tujuan Mereka, Nilai di Dalamnya, dan Metode Mencapainya
Luffy adalah orang yang memegang konsep "di belakang kebebasan, ada tanggung
jawab yang mengikuti". Konsep itulah yang membuat Luffy sangat loyal dan
peduli kepada kru bajak lautnya. Karena Luffy orang yang mengejar kebebasan,
ia pun mengharapkan kebebasan untuk para anggota krunya juga. Tentu saja,
Luffy menginginkan krunya membantu dalam meraih tujuannya dan memang krunya
mau membantu. Hanya saja, tujuan menjadi raja bajak laut cuma akan diraih oleh
Luffy seorang. Itulah sebabnya Luffy perlu menghargai mimpi-mimpi yang
dimiliki para anggota krunya sebagai bentuk tanggung jawabnya karena tujuan
yang ingin digapainya cenderung intrapersonal (walaupun bisa saja keadaan
dunia di "One Piece" berubah menjadi lebih baik dengan Luffy menjadi raja
bajak laut). Luffy harus membuat dirinya dan krunya lebih tangguh dari segi
kekuatan dan dominasi pengaruh mereka di dunia daripada bajak laut lainnya.
Idealisme dan mimpi tentang kebebasannya, baik bila Luffy berhasil
mewujudkannya maupun tidak, akan menjadi suatu warisan yang dapat diturunkan
di kalangan bajak laut.
Bruno adalah orang yang memiliki ketetapan hati yang lurus dan kuat. Nilai
inti yang dimilikinya tidak tergoyahkan sehingga ia dapat mempertahankan
resiliensi sosial di tempat sekitarnya dan ia (merasa) bertanggung jawab akan hal itu. Bruno tergabung dalam kelompok mafia,
tetapi ia tidak menyukai mafia menjual narkoba untuk anak-anak. Begitu ia
sadar menjadi bagian dari kelompok mafia tidak sepenuhnya mengurangi keburukan
yang terjadi di Italia dan justru menjadi penyebabnya, Bruno membuat
rencananya dan merekrut orang-orang yang dapat dipercaya yang dapat
meringankan tantangan menuju cita-citanya. Bruno mengetahui bahwa memberantas
penjualan narkoba tidak bisa ia lakukan sendiri. Hanya melakukannya sendirian
tidak mampu menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Itulah mengapa visinya
semakin jelas ketika bertemu Giorno yang memiliki tujuan yang sama. Bersama
Giorno dan anggota tim lainnya, Bruno berusaha mengalahkan bos mafia mereka.
Bruno memiliki tujuan yang interpersonal. Karena memegang nilai yang sama,
anggota timnya dapat mewujudkan tujuan mereka dalam kelompok mafia dari nilai
yang telah ditularkan Bruno.
Tujuan Luffy bersifat intrapersonal. Luffy menjadikan kebebasan dirinya sebagai jalan menunaikan tanggung jawabnya atas mimpinya, teman-temannya, dan mimpi teman-temannya. Luffy dan krunya harus menjadi lebih kuat daripada bajak laut lainnya.
Tujuan Bruno bersifat interpersonal. Nilai yang dimilikinya menjadikannya merasa bertanggung jawab atas resiliensi masyarakat Italia terhadap masalah yang terjadi, terutama dari mafia. Bruno dan timnya harus mengatasi masalah masyarakat Italia dari narkoba dan membenahi kelompok mafia mereka.
Latar Belakang Mimpi Mereka
(Gambar dari https://onepiece.fandom.com/wiki/Shanks)
Saat Luffy masih kecil, Luffy terinspirasi oleh Shanks, seorang bajak laut
yang kuat yang menyelamatkan nyawa Luffy suatu ketika. Luffy pun menjadikan
Shanks sebagai teladannya untuk suatu hari menjelajahi lautan dan menikmati
perjalanannya sendiri. Kemudian, Luffy diasuh oleh para bandit gunung dan
dilatih dengan sangat keras oleh kakeknya yang merupakan orang angkatan laut.
Pelatihan yang diberikan kakeknya sangat berat dan berbahaya (yang bahkan bisa
dibilang penyiksaan bagi anak). Selain itu, ia sering terlibat masalah di
pusat kota terdekat bersama kakak-kakaknya. Karena keinginan untuk bebas dan
bertahan hidup yang dimiliki Luffy begitu kuat, Luffy memiliki tendensi untuk
menjadi sangat egois. Namun, seiring berjalannya waktu, Luffy belajar
mendewasakan diri dan menjadi lebih bertanggung jawab demi mewujudkan
mimpinya. Luffy percaya jika ia tidak menyerah dalam membuat dirinya menjadi
lebih kuat setiap saat, ia bisa menjadi raja bajak laut kelak.
Bruno adalah seorang anak pelayan yang tinggal di sebuah pesisir. Untuk
seorang anak pelayan sederhana, Bruno adalah anak yang pintar dan dewasa
karena didikan yang baik dari orang tuanya. Perceraian kedua orang tuanya
merupakan prekursor dalam pendewasaan dirinya. Ia memilih untuk tinggal
bersama ayahnya karena ia meyakini ibunya dapat bertahan hidup di kota
sendiri. Sehari-hari, ia membantu ayahnya bekerja demi mencari biaya untuk
sekolahnya. Suatu tragedi terjadi ketika ayahnya ditembak penjahat karena
menyaksikan transaksi penjualan narkoba lalu ayah Bruno dilarikan ke rumah
sakit. Bruno pun berupaya melindungi ayahnya dari buruan penjahat yang
melakukan perdagangan narkoba. Maka dari itu, ia meminta perlindungan lebih
dari mafia karena menurutnya, hukum di Italia saja tidak cukup untuk
melindungi ayahnya. Oleh karenanya, ia pun tergabung ke dalam kelompok mafia
tersebut demi memberantas perdagangan narkoba dari dalam.
Memang, mimpi keduanya terbentuk karena keadaan yang mereka alami saat masih
kecil, tetapi dengan cara yang berbeda. Luffy ingin menjadi raja bajak laut
karena inspirasi yang ia dapat dari lingkungan luarnya. Bruno ingin
memberantas penjualan narkoba karena nilai yang dibangunnya sendiri dari
insiden-insiden yang menimpanya. Mungkin dengan ini cukup untuk kukatakan
bahwa Luffy adalah orang extrovert dan Bruno adalah orang introvert (?).
***
Itulah sedikit pembahasan dalam perbandingan kepemimpinan Monkey D. Luffy dan
Bruno Bucciarati. Menurutku, tidak ada satupun dari mereka yang lebih baik
daripada yang lainnya, mereka berdua sama saja baiknya. Walaupun begitu, aku
merasa lebih mirip Luffy kalau dilihat dari masalah gaya kepemimpinan (laissez
faire). Aku juga memiliki prinsip yang sama seperti Luffy, yaitu "di belakang
kebebasan, ada tanggung jawab yang mengikuti". Ini bukan berarti aku tidak
setuju dengan Bruno, toh, aku punya kemiripan sifat juga dengan Bruno. Aku
menyukai keduanya, itulah mengapa aku membahas mereka berdua sedari awal.
Mengenai aku sendiri, jujur, aku tidak/belum pernah menonton "One Piece" dan
"JoJo's Bizarre Adventure" secara keseluruhan. Jadi, pembahasanku di sini
mungkin sangat umum atau kurang mendetail dan kurang akurat sesuai dengan
ceritanya karena aku melakukan pembahasan ini menurut opiniku dan poin-poin
penting yang aku tangkap. Aku membuat ini secara subjektif. Maka dari itu, aku
membutuhkan masukan dan koreksi karena sepertinya menyenangkan kalau bisa
berdiskusi lebih lanjut.
Yak, saya ucapkan terima kasih kepada yang telah membaca. ;)
Di bawah ini, aku sertakan tautan video yang membahas kedua karakter
tersebut.
Luffy:
- One Piece Analysis - Monkey D. Luffy: The Best Shounen Protagonist [60FPS] https://youtu.be/I4-074xfNqE
- Why LUFFY is Actually a Great Leader | One Piece Character Analysis https://youtu.be/a8Qu24nLrdo
Bruno:
- Bruno Bucciarati is a True Leader in JoJo's Bizarre Adventure Part 5: Golden Wind https://youtu.be/QlPvAChVJv4
- Responsibility, Resolve, and Resilience | The Psychology of Bruno Bucciarati https://youtu.be/PC0vhV-LsYE
Bacaan lanjut:
- Carnegie, D. (1981). How to Win Friends and Influence People. New York: Gallery Books.
- Maxwell, J. C. (2010). Leadership 101: Hal-hal yang Harus Diketahui oleh Para Pemimpin. Surabaya: MIC Publishing.
- Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behaviour. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.
- What's Your Leadership Style? https://www.mindtools.com/pages/article/leadership-style-quiz.htm
(Sumber: opfanpage.com)
#KronikKepemimpinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar