Selasa, 09 Maret 2021

Dalam Kecemasan

Aku membuka mataku saat bangun tidur. Baru saja melek, aku merasa segalanya terasa berat. Kelopak mataku, badanku, kakiku. Semuanya. Dengan susah payah, aku pergi ke kamar mandi. Setidaknya, suara air akan lebih efektif untuk membangunkanku. Kemudian, aku berangkat untuk kuliah yang tidak begitu kusukai. Hei, aku sangat menyukai ilmu yang harus kutimba. "Sistem" menimbanya itu, lho. Tugas bertumpuk, praktikum berjejalan, dan presentasi kelompok yang penuh friksi.
 
Aku bertanya-tanya mengapa aku harus melakukan ini. Aku merasa sangat lelah. Aku tidak punya tenaga untuk melakukan apapun. Jadwal lari pagi yang aku susun malah berantakan karena aku bangun kesiangan dan sesudah bangun harus segera menyelesaikan PR-ku. Lucunya, aku rasa aku sudah banyak tidur, tetapi mengapa aku merasa tidurku kurang lama hingga aku terlambat bangun?

Ah! Aku merasa damai saat tidur. Aku mengetahui bahwa tidur adalah mati sementara. Jadi, kalau aku mau selalu merasa damai, haruskah aku selalu tidur? Haruskah aku ... mati? Well, mungkin aku akan merasakan kedamaian jika aku mati sebagai orang yang baik dan adil sementara belum tentu aku seperti itu. Inikah yang disebut dengan "hidup segan, mati tak mau"? Entahlah. Aku butuh senjata, seperti pistol atau pisau, di dekatku untuk melindungi diri, termasuk dari diriku sendiri.

Mungkinkah aku harus menceritakan masalahku ini? Namun, kepada siapa? Kawan-kawan yang kuketahui mau mendengarkanku berada jauh dariku. Tentu saja mereka punya kesibukan masing-masing. Orang tuaku bekerja dan ada saudara-saudaraku yang harus diurus juga. Lagipula, aku menunjukkan bahwa diriku baik-baik saja walaupun aku tidak merasa begitu. Siapa yang mau mendengarkanku? Aku yang bungkam punya banyak hal untuk dikatakan.

Hanya saja, makin lama, aku semakin merasa terseok-seok. Aku jadi membenci siapapun, teman-temanku, orang di luar sana, bahkan diriku sendiri. Aku hendak mengkritisi segala sesuatu yang ada di hadapanku. Jari ini ingin menunjuk, tapi ke mana? Kepada siapa? Pada apa? Eh, tiba-tiba saja aku malah merasa tidak berdaya. Aku tidak dibutuhkan, aku tidak dicintai. Lingkungan sekitarku seharusnya menjadi mendingan tanpa diriku. Tiada lagi diriku. Tiada.

Oh. Aku masih hidup. Aku masih hidup?

Tentunya, aku harus mencari bantuan sebelum terlambat. Sebelum keadaan memburuk. Sebelum semua terasa lebih berat. Langkah besar untuk perubahan menuju arah yang lebih baik harus diambil. Aku bukan orang lemah, tetapi aku sudah menjadi kuat terlalu lama. Kini, aku berusaha bertarung melawan diriku sendiri dengan diriku sendiri bersama diriku sendiri untuk diriku sendiri.

- Dalam Kecemasan -
Dibuat pada 9 September 2019
 



(Visit healthyplace.com for more!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar