Sabtu, 20 Mei 2017

Bingkisan Kebahagiaan untuk Mahasiswa TPB ITB

TPB merupakan singkatan dari tahap persiapan bersama.

Mungkin kalian tahu kalau kepanjangan dari TPB sering dipelesetkan menjadi Tahap Paling Bahagia atau Tahap Paling Baper. Mengapa? Mengapa? Saya pun tidak tahu.

Sesuai dengan judul, tulisan ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan saya dan (mungkin juga)  kita semua sebagai mahasiswa TPB ITB.

Apa kita ingat saat kita pertama kali menginjakkan kaki di kampus kita ini? Bagaimana rasanya? Senang? Bangga? Wajar kalau kita merasakan seperti itu.

Saya (dan kita semua) yakin bahwasannya apa yang kita usahakan akan sebanding dengan apa yang kita dapatkan.

Namun, hal-hal seperti itu bisa menyebabkan kita terjebak dalam euforia. Tidak, tidak, saya tidak melarang kita semua untuk ber-euforia. Justru, saya menganjurkan kita semua untuk ber-euforia. Euforia memberikan kita kenyamanan secara internal dari dalam diri terhadap kampus kita. Masak, sih, kita tidak boleh merasa nyaman di kampus yang akan menjadi rumah dan tempat peraduan kita ini? Yang menjadi pertanyaannya adalah "Sampai kapan?".

Sudah lebih dari sebulan saya berkuliah dan sangat disayangkan bahwa masih ada beberapa belum "bangun tidur". Ini membuat saya berpikir apakah kita semua lupa alasan kita masuk ke kampus kita ini. Apa azam kita masuk ke ITB?

"Setiap amal bergantung niatnya."

Ada yang ingin IPK-nya bagus, yang mengejar popularitas, yang mencari jabatan, dan lain-lain.

Saya pernah dengar seorang teman berkata, "Sudahlah, gak usah terlalu serius sama pelajaran dan tugas-tugas. Yang diperlukan masyarakat itu yang jago ngomong. Ngapain IPK bagus-bagus kalau gak bisa bersosialisasi?"

Teman saya yang lain pernah berkata, "Ah, aku gak mau ikut organisasi (unit dsb.). Aku takut nggak punya waktu buat belajar, datang ke kajian, dan aku jadi futur."

Memang, setiap pribadi punya prioritasnya masing-masing. Akan tetapi, kita seolah-olah tidak ingat bahwa kita harus menjadikan kebaikan sebagai kepentingan kita.

Oke, maafkan saya atas penghakiman saya. Akan tetapi, saya bisa bilang bahwa apa yang dinyatakan dari kedua teman saya kurang benar. Well, tendensi orang berbeda-beda, tetapi menyeimbangkannya adalah suatu keharusan.

Kemudian, apa maksudnya dengan euforia-euforia yang saya maksud di awal? Kawan, sekali lagi saya nyatakan, saya menganjurkan kalian, eh, kita semua ber-euforia. Nah, ingat-ingat lagi kalau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Masih ingin terjebak euforia?

Kalau masih ingin, silakan, belajarlah sekeras-kerasnya, ikutlah kepanitiaan sebanyak-banyaknya, atau duduk berzikirlah di masjid yang lama, tetapi semua risikonya ditanggung oleh kita. Lari dari tanggung jawab? Lari saja sekalian dari kampus kita ini.

Ini bukan hal yang seharusnya saya khawatirkan, tetapi..., ya, saya peduli.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. Al-Ashr [103]: 13)

Kita semua harus seimbang dalam 3B: Belajar, Bersosialisasi, dan Beribadah. Semua itu menunjang kehidupan kita semua di kampus kita.

Saya juga harus belajar menghargai waktu dan tidak mudah terkena pantangan dari luar.

Akhir kata, saya mohon maaf apabila ada salah kata. Saya tidak berniat untuk menyindir siapapun sama sekali.

Yha, kalau kita bisa seimbang antara akademik dan kemahasiswaan, mengapa tidak? ;)

Aisy Diina Ardhantoro
SITH-R 2016

(Tulisan sudah lama, sih, ini. Ingin dikemarikan aja. Hhe.)
(Sudah. Itu saja.)

Jangan Hanya Mendengarkan Apa yang Ingin Didengar

Truth may be painful. Atau…, benarkah? Mungkin itu hanya perasaan kita sendiri saja. Lalu, mengapa kita ingin kabur dari kenyataan-kenyataan yang ada? Kenyataan bahwa banyak orang yang berkeluh-kesah di sekitar kita. Kenyataan bahwa banyak orang yang membutuhkan bantuan. Kenyataan bahwa kita "gatal" untuk memakmurkan tolong-menolong dalam kebajikan dan gotong-royong.

Memang, kita tidak bisa mengulurkan tangan untuk semua yang butuh. Kita pun harus bisa memilah dan memilih untuk siapa uluran tangan kita ini. Memang, kita seharusnya mengadukan segala kesusahan dan kesedihan kita hanya kepada Tuhan. Akan tetapi, jika itu berkaitan dengan tanggung jawab sosial, tidak bisakah kita mendahulukan orang lain? Tidak bisakah kita mendengarkan?

Jika kita hanya mendengarkan apa yang kita mau, kita tidak akan bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Jika kita hanya mau mendengar yang enak-enak saja, kita tidak akan berkembang. Tidak akan ada perubahan di sekitar kita.

Dengarlah, bahkan biarpun kita hanya mencuri dengar. Semua yang kita dengar tidak selalu menyenangkan, tidak bisa membahagiakan. Namun, bila tercetus ide untuk memperbaiki, terutama memperbaiki diri sendiri, kontribusi kita akan berpengaruh luas. Semua itu dari mendengarkan.

Dengarlah agar kita dicintai dan mencintai karena Tuhan, Sang Pemilik Cinta.

Saya selalu ingin mengingatkan bahwa orang tahu cara memimpin dari mengetahui cara dipimpin. Bukan, itu bukan dogma sembarangan. Ketahuilah, pemimpin adalah pelayan untuk suatu kelompok yang dipimpinnya. Pelayan yang harus bisa mendengar suara hati atasannya, yakni rakyatnya. Pelayan yang berempati terhadap sekitarnya dari mendengarkan. Pelayan yang punya ambisi untuk membuat lingkungan dalam jangkauannya lebih baik. Dan, pelayan tidak harus berada dalam sorotan.

Kalau kita tidak mau memahami; kalau kita tidak mau mendengarkan, adakah pekerjaan kita nanti saat menjadi pemimpin?

Somewhere out there, someone just wants to be heard.

Hasil gambar untuk sad man cartoon images

Saya tutup tulisan saya di atas dengan sebuah puisi buatan saya.

ORATOR

Belajarlah mendengarkan; siapa yang tahu
suatu saat nanti?
Engkau menjelma
menjadi tulang punggung
menemukan tulang rusuk kiri yang paling atas,
mengatur guliran dadu
dan berwicara disaksikan seluruh insan

#BukanKode
#ntms
#RenunganMalam

23.00
27-11-2016

(Sudah. Itu saja.)

Sekilas Pandang Mengenai Politik

Take me to the top! Take me to the top!
Take me to the top, take it (whoa)
Take me to the top! Take me to the top!
Bring me up to pull me down

Take me to the top! Take me to the top!
Take me to the top, take it (whoa)
Take me to the top! Take me to the top!
You're the one to push me over

I'm never what you really needed
You won't stop, you can't stop, can't let go
Everybody knows
Come with me and listen close
Take me now; I'll take you home

Di atas adalah penggalan lirik lagu "Take Me to the Top" dari One Ok Rock. Ada yang tahu lagunya barangkali? (Kalau nggak banyak yang tahu, hipster beut saya. T-T) Bisa dibilang, liriknya cukup cocok dengan apa yang mau saya bahas. Ini sesuai dengan keinginan banyak orang: take me to the top, bawa aku ke puncak.

"Trus, maksudnya apa?" Ya, karena begitu banyak kepentingan yang saling berbenturan. Semua orang berebut untuk berada di puncak. Kudu at the top-lah. Lalu, segala cara benar-benar diupayakan agar bisa mencapai tujuan masing-masing. Bahkan, itu berarti kita bisa lakukan apa saja yang mungkin menghalangi kepentingan-kepentingan lainnya. And, it really is politics.

"Lho? Lho? Politik? Politik kentang atau politik singkong?" (Itu keripik, woy!) Hmmm, di umur-umur yang mendekati kepala dua, tidak ada salahnya belajar politik sedikit demi sedikit. "Politik itu, kan, jahat, kejam, dan kotor. Kok kita harus belajar tentang hal ini?" Karena kita semua butuh politik. Memang, politik itu tampak "buruk" pada awalnya. Namun, dengan mempelajari politik, kita bisa tahu kapan diri kita dijahati dan dikotori. Well, itu bukan berarti kita jadi bisa balas menjahati dan mengotori, tetapi politik berpengaruh kepada hal-hal yang akan kita lakukan atau bahkan yang sudah kita lakukan. Bukankah seseorang harus berilmu terlebih dahulu sebelum beramal?

Salah satu definisi politik yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara bertindak dalam menghadapi dan menangani suatu masalah (kebijaksanaan). Artinya, politik sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Permainan politik ada dalam dinamika sosial yang terjadi untuk pemenuhan nilai-nilai tertentu. Jadi, politik memang ada di mana-mana. Walaupun begitu, kita tidak bisa begitu saja menyatukan politik dengan kehidupan nyata. Mengapa? Karena tidak semua tujuan yang ingin kita capai saat berpolitik bisa "ditarik" dan dibawa ke kehidupan nyata. Ada waktunya bagi kita memainkan permainan yang kita mainkan. (Duh, maaf belibet. -_-) Kalau kita sedang bermain game, ada dua kemungkinan hasil yang didapatkan: game over (kalah) atau mission accomplished (menang). Namun, toh, kita tidak selamanya bermain game. Memang, imbasnya, respon spektator permainan terhadap sebuah isu di lapangan bisa berbeda. Yha, mungkin sudah saatnya kita tidak menjadi penonton lagi tetapi menjadi seorang pemain. Dengan menjadi pemain, kita benar-benar tahu apa yang terjadi di lapangan dan kitalah yang menggerakkan massa. Cara bergerak bersama harus diambil dengan penuh kehati-hatian.

Bring me up to pull me down. Strategi-strategi memang harus disusun untuk mencapai tujuan. Ambil contoh dari para Rasul. Rasul diberi mukjizat oleh Allah saat mendakwahi suatu kaum. Untuk apa diberi mukjizat? Agar kaum yang didakwahi percaya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan mereka, para Rasul, adalah utusan Allah. Inilah tantangan dalam berpolitik. Kita harus mengembangkan suatu metode tanpa menghilangkan nilai-nilai yang ingin disampaikan. Kalau sekarang, sih, bisa dilihat dari banyaknya persaingan di mana saja. Contohnya ada di sekolah-sekolah. Siswa-siswa, siapapun itu, berlomba-lomba untuk mendapatkan peringkat tertinggi di sekolah. Cara untuk mendapatkan peringkat tertinggi adalah belajar dengan giat sehingga bisa mendapat nilai yang bagus. Ditambah lagi, kita juga melakukan pendekatan dengan guru suatu mata pelajaran tertentu agar lebih memahami cara menilai dari guru yang bersangkutan, wataknya, dan pengajaran dari guru tersebut. Akhirnya, kita bisa mendapat peringkat tertinggi di sekolah. Itu pun sudah termasuk berpolitik. It's all about winning and losing.

"Nah, apakah kita bisa menggunakan politik untuk kebaikan?" Tentu saja bisa! Kalian tahu bahwa kezaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik? Kezaliman memang akan terus ada, tetapi jumlahnya bisa ditekan. Jika orang-orang baik tidak ada yang memenuhi ranah politik, ranah politik akan dipenuhi orang-orang yang tidak baik atau bahkan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak menginginkan adanya orang baik. Tidak ada alasan untuk menghindarinya. Oleh karena itu, mari kita belajar politik sambil meningkatkan kualitas diri masing-masing. So, brace yourself and get ready for it!

Pesan dari saya: banyak baca dan bergeraklah!

Sudah. Itu saja.

Misteri dari Lagu 3xxxv5

Jadi, "3xxxv5" adalah lagu instrumental dari One Ok Rock yang menjadi pembukaan untuk album 35xxxv (baik yang edisi biasa (Jepang) maupun yang deluxe (international) edition). Harus saya akui, ini adalah lagu instrumental yang keren dengan aransemennya yang (kalau dalam bahasa saya, sih) macho bingits! Sangat sulit untuk di-cover, yakin, deh.
Dan, kalian bisa mendengar suara atraktif nan seksi Takahiro Moriuchi berkata-kata di situ. Ya, lagu  ini memang dimaksudkan untuk menjadi instrumental, tetapi kata-kata Taka-kun yang ngomong di situ sudah seperti lirik lagunya. By the way, satu hal yang unik tentang lagu ini adalah kalian bisa mendengar dua vokal Taka-kun, yang satu berbahasa Jepang dan yang satu berbahasa Inggris. Wah, siap-siap pastikan speaker berfungsi dengan baik agar bisa mendengar keduanya!

One Ok Rock - "3xxxv5" dari 35xxxv

One Ok Rock - "3xxxv5" dari 35xxxv (Deluxe Edition)

(Yang warna dasar kavernya merah itu 35xxxv. Yang warna dasar kavernya hitam itu 35xxxv (Deluxe Edition). Lagu "3xxxv5" di kedua albumnya itu sama saja.)

  • Yang bahasa Jepang

Kanji:
今、その気持ちに嘘をついた
その心はひどく苦しんでいる
僕の体の中にはもう一匹いる
そう、それは形を変えて外に出ようとする
心の奥に潜む暗闇は過去を餌に
到底僕に抑えきれないほど生き延びてしまう
でもそれを捨ててまで、手に入れたいものが今はある

And I can't even speak

So, I scream (4×)

Rōmaji:
Ima, sono kimochi ni uso wo tsuita
Sono kokoro wa hidoku kurushindeiru
Boku no karada no naka ni wa mou ippiki iru
Sou, sore wa katachi o kaete soto ni deyou to suru
Kokoro no oku ni hisomu kurayami ya kako o esa ni
Tōtē boku ni wa osae kirenai hodo ikinobite shimau
Demo sore o sutete made, te ni iretai mono ga ima wa aru

And I can't even speak

So, I scream (4×)

Terjemahan bahasa Inggris:
Now, I lie to my own feeling
My heart is suffering so much because of it
There's another existence inside my body
Yes, and this being changes shape and tries to come out
It feeds on the darkness and the past that's hidden deep down in my mind
And it lives out to the point where it is impossible for me to control
But now, I can even toss that out because there's something else I want in my hand

And I can't even speak

So, I scream (4×)

  • Yang bahasa Inggris

To tell the truth, I guess I lied
But in the end, at least, I tried
There’s something inside me, a foreign name
Say it’s trying to break free
The perfect face paint: a foreign name
I felt it grew into something I cannot control
There’s something beyond me
Reaching for something to reach for

And I can’t even speak

So, I scream (4×)

Yha, kira-kira begitu kata-katanya. Bagian And I can't even speak sampai akhir termasuk ke dalam kedua bagian. Ini saya cocokkan dari sumber-sumber dan pendengaran saya sendiri dan saya rasa, ini yang paling mendekati. (Mungkin ada yang bisa koreksi.)

Sudah. Itu saja.

Mengapa Tidak Shalat? (II)

Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad. (HR Tirmidzi, no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Shalat adalah tiang agama. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan shalat. Yang namanya tiang suatu bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan bangunan Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pernah berkata, "Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat."

Baiklah, kalau masih ada yang bingung dengan apa saja yang diperlukan untuk shalat, saya akan beri tahukan syarat-syaratnya.
Syarat wajib shalat:
  • Islam. Setiap orang yang beragama Islam diwajibkan untuk shalat, tetapi nonmuslim tidak diwajibkan shalat.
  • Baligh (mencapai usia dewasa). Perempuan dikatakan baligh apabila telah keluar darah haid. Laki-laki dikatakan baligh ketika berusia 15 tahun atau telah keluar sperma.
  • Berakal. Yang tidak berakal sehat tidak diwajibkan untuk shalat.
  • Tidak dalam keadaan haid atau nifas.
  • Telah sampai dakwah tentang shalat kepadanya.
Syarat sah shalat:

  • Suci dari hadas kecil dan hadas besar.
  • Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari berbagai macam najis.
  • Menutup aurat. Aurat laki-laki yaitu antara pusar sampai lutut, sedangkan aurat perempuan adalah semua anggota badan kecuali muka dan telapak tangan.
  • Menghadap kiblat.
  • Sudah masuk waktu shalat.

Lalu, bagaimana dengan cara shalat itu sendiri?
Allah berfirman, "(Dan) dirikanlah shalat. tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 43) Memang, tata cara shalat tidak dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur'an. Namun, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat." Dinukil dari hadits-hadits, tata cara shalat adalah sebagai berikut:

  1. Niat;
  2. Takbiratul ihram;
  3. Berdiri Kepada orang yang mampu;
  4. Membaca Al-fatihah;
  5. Ruku dengan thuma'ninah;
  6. I'tidal dengan thuma'ninah;
  7. Sujud I dengan thuma'ninah;
  8. Duduk di antara dua sujud dengan thuma'ninah;
  9. Sujud II dengan thuma'ninah;
  10. Tasyahud awal (untuk shalat wajib yang jumlah rakaatnya 3--4 rakaat);
  11. Tasyahud akhir;
  12. Duduk setelah tasyahud;
  13. Membaca shalawat;
  14. Membaca salam;
  15. Tertib.

Muslim yang Tidak Terkena Kewajiban untuk Shalat

Adakah orang yang tidak diharuskan untuk melaksanakan shalat wajib yang lima waktu?
Ada tiga kelompok yang terbebas dari hukum. Yaitu, orang yang tidur sehingga bangun, anak-anak sehingga dewasa, dan orang yang hilang ingatan sehingga sadar. (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim)
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa orang-orang itu terlepas dari kewajiban sampai mereka memenuhi syarat untuk menunaikan kewajiban shalat. Mereka yang sudah dikenai kewajiban shalat lima waktu haruslah menjaga shalatnya.
Barangsiapa menjaga shalat lima waktu, menjaga wudhunya, menjaga waktu-waktunya, menjaga rukuk-rukuknya, dan menjaga sujud-sujudnya, yakin bahwa shalat adalah hak Allah atasnya, dia diharamkan dari neraka. (HR Ahmad no. 17882 dari Hanzhalah al-Asadi radhiyallahu `anhu)
Akan lebih baik jika mereka yang dikenai kewajiban shalat melaksanakan shalat berjamaah, terutama pria, di masjid. Imam Muhammad al-Ghazali pernah ditanya oleh seorang pemuda. "Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat berjamaah?" Maka, ia pun menjawab, "Hukumnya ialah kauambil tangannya dan ajak dia ke masjid."
:D

Sudah. Itu saja.