Sabtu, 17 September 2022

Lelaki Tipeku

Bolehkah aku mengenalmu? Menyapamu saat di jalan? Memanggilmu ketika aku membutuhkanmu?

Alunan lagu "Taste in Men" dari Placebo berputar-putar di telingaku. Ini adalah salah satu lagu Placebo favoritku karena cukup enak didengar, tetapi materi lagunya sendiri terlalu berat untuk aku rekomendasikan ke orang lain, terutama ke lelaki yang kusuka. Yah, aku agaknya bakal menyembunyikan fakta bahwa aku penggemar musik rok meskipun mereka, sih, bisa terima-terima saja.

Itu juga yang menjadi masalahku. Ada lelaki yang aku suka yang juga menikmati lagu rok. Aku berusaha untuk menjembatani percakapan tentang lagu-lagu rok dan grup yang bisa jadi kami berdua sukai dengannya. Tapi, kapan? Dan pertanyaannya selalu: "Kapan?"

Aku ini orang yang pemalu, tetapi aku suka mengobrol dengan orang lain. Kenyataannya, aku tidak butuh tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk memulai obrolan dengan orang lain. Justru, ketika aku sedang merasa rendah-rendahnya, saat itu juga aku perlu mengobrol dengan orang lain agar aku bangkit lagi serta tahu "mengapa" dan "bagaimana" dalam menjalani hidup. Ada saat di mana aku merasa percaya diri, ada juga yang tidak. Nah, apa sebenarnya yang menghalangiku mengobrol dengan lelaki yang kusuka baik di saat aku percaya diri maupun di saat aku sedang tidak percaya diri? Aku harusnya bisa mengobrol di antara kedua waktu itu, bukan?

Begini, berdasarkan pengalamanku, waktu adalah elemen yang amat penting dalam sistem cinta. Waktu punya kekuatan untuk mengatur arah gerak ke mana keseluruhan sistem akan menuju. Kalau waktunya tidak tepat, ya, bisa hancur sistem cintanya. Mungkin aku trauma? Karena pernah satu-dua kali sistem cinta yang kubangun hancur? Yah, bukan hanya sebab masalah waktu, sih. Aku memang pernah gagal, maka aku mau belajar lebih banyak lagi.

Bagaimana caranya agar aku tahu kapan aku bisa mengobrol dengannya?

Toh, aku tahu apa yang harus kukatakan.

Aku ingin bilang kepada lelaki yang kusukai, "Bahwasannya kamu keren, kamu lucu, kamu pintar, itulah dirimu. Kamu adalah pemimpin. Aku menyukai kepemimpinanmu, tapi ada aspek-aspek lain yang ingin aku suka. Makanya, aku akan sangat menikmati berbincang denganmu agar aku paham dan mengerti. Karena kamulah lelaki tipeku. Aku menghormatimu, pasti. Jadi, bagaimana kalau kita mengobrol berdua saja? Kapan?"

Di saat tulisan ini selesai, aku masih mencari tahu caranya.

#KronikKepemimpinan

Sabtu, 10 September 2022

Sekuel Catatan Iseng Album-album Lagu Barat ...

Sebelumnya, aku telah menulis 15 album worth to binge-listening di sini dan sebaiknya kalian membaca yang pertama terlebih dahulu. Sekarang, aku ingin menambah daftar album-album yang enak untuk didengarkan dari awal sampai akhir sebanyak 15 album. Jadi, langsung saja untuk melanjutkan membaca.
(Mohon lanjutkan, biarkan Bill Clinton menikmati sendiri album-albumnya.)

  • The 2nd Law, Muse (2012)

Beberapa penggemar Muse mungkin tidak begitu menyukai album ini karena terdengar terlalu elektronik, padahal itulah esensi dari masa-masa eksperimental Muse. Ada dua alasan untuk mendengarkan album ini: 1) Kalian sedang bingung saat belajar termodinamika, dan 2) Kalian sedang patah hati. (Oke, untuk alasan kedua, aku mengarang karena kebetulan aku pribadi sedang patah hati saat mencoba mengulas album ini.) Namun, sekalipun album ini tampak serius, sebenarnya ini merupakan album yang menyenangkan, full of fun. Memang, ada bagian yang membuat patah hati, yaitu pada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Chris Wolstenholme, basis Muse, setelah mengalami penanganan mengatasi alkoholisme. Sekali lagi, mendengarkan The 2nd Law bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan.

  • Symphony Soldier, The Cab (2011)

Symphony Soldier penuh dengan lirik yang kreatif tentang perang, cinta, perjuangan, dan kepercayaan. Mendengarkan Symphony Soldier seperti merasakan sendiri menjadi malaikat di film City of Angels yang dibintangi Nicholas Cage dan Meg Ryan, hanya saja lebih berkonteks pada keadaan perang. Mungkin yang paling dikenal dari album ini adalah lagu "Angel with a Shotgun" yang dijadikan versi nightcore. Makanya, akan lebih lengkap rasanya kalau bisa mendengarkan semua lagu di album ini.
 
  • Go, Jónsi (2010)

Jika kalian menyukai suasana ambient, album Go dari Jónsi ini bisa menemani dari awal sampai akhir. Cocok untuk didengarkan saat bekerja karena dapat membuat bersemangat sekaligus tenang dan fokus. Lirik dari lagu-lagunya sendiri memang memotivasi (dan lumayan untuk belajar bahasa Islandia). Beberapa lagu dari album ini menjadi soundtrack film We Bought a Zoo.

  • Danger Days: The True Lives of the Fabulous Killjoys, My Chemical Romance (2010)

My Chemical Romance memang jagonya menyusun cerita dalam concept albums mereka, tidak terkecuali Danger Days ... ini. Berkisah tentang para Killjoys yang melawan sebuah perusahaan jahat di dystopian future California. Tiap lagu menggambarkan petualangan dan perjuangan para Killjoys untuk mencegah teror dan "kontaminasi" yang disebabkan perusahaan jahat tersebut. Gerard Way membuat komik khusus yang memaparkan kisah para Killjoys sebagai pelengkap album ini.

  • Riot on an Empty Street, Kings of Convenience (2004)

Bagi yang suka akustikan, aku merekomendasikan Kings of Convenience, terutama album ini. Riot on an Empty Street menyajikan cerita slice-of-life yang relatable dari lagu-lagunya. Ya, satu lagi album yang bisa didengarkan saat bekerja. Namun, aku tidak sepenuhnya menjamin kalian menjadi makin bersemangat, yang ada mungkin kalian malah menangis.

***

Selain Top 5 (tanpa urutan ordinal, hanya daftar) tadi pada post ini, aku bakal menambahkan 10 album lagi dengan deskripsi singkat.
  • We Don't Need to Whisper, Angels & Airwaves (2006)
Sebagai album pertama, We Don't Need to Whisper ini bisa dibilang prekuel dari I-Empire. We Don't Need to Whisper adalah petualangan yang memulai segalanya bagi Angels & Airwaves.
  • Death of a Bachelor, Panic! At the Disco (2016)
Death of a Bachelor merupakan usaha Brendon Urie mempertahankan grup musiknya dengan menjadi one man band. Meskipun sendirian, Brendon Urie berhasil membuat album ini layak dinikmati tanpa terputus-putus.
  • The Resistance, Muse (2009)
Penggemar cerita 1984 karangan George Orwell pasti akan menyukai album ini karena album ini disusun berdasarkan kisah tersebut. Tidak ada salahnya kalaupun ingin mendengar album ini secara santai. Dapat dipastikan bahwa Muse membuat album ini dengan sepenuh hati dan niat beserta inspirasi dari musik-musik klasik yang kental dalam The Resistance.
  • 35xxxv, ONE OK ROCK (2015)
ONE OK ROCK merupakan grup musik dari Jepang, tetapi mereka mulai dikenal lebih luas lagi dengan album ini. Terdapat dua edisi dari album ini, edisi standar dengan lagu-lagu berbahasa campur Inggris dan Jepang serta edisi mewah (deluxe) dengan lagu yang seluruhnya berbahasa Inggris yang ditargetkan untuk pendengar internasional. Keduanya menarik untuk didengarkan. (Kiri: Standar, Kanan: Deluxe)
  • Thick as Thieves, The Temper Trap (2016)
I dare say, this is Australian's finest indie band. The Temper Trap selalu punya cara unik dalam songwriting dan mengaransemen lagu mereka, terlebih pada album Thick as Thieves ini, dengan memanfaatkan materi yang tersedia. Tidak akan ada yang bisa disesali dari mendengarkan album ini selama sekitar 45 menit.
  • So Wrong, It's Right, All Time Low (2007)
Mendengarkan album ini seperti menjadikan pop punk American dreams nyata. Pergi merantau atau menetap di kota, tetap akan ada masalah atau petualangan yang harus dihadapi.
  • On Your Side, A Rocket to the Moon (2009)
Kalau butuh lagu-lagu yang melatari ketika gagal dalam romansa, silakan putar dengan volume penuh keseluruhan album ini. (Hanya sekitar 38 menit, kok.)
  • Sempiternal, Bring Me the Horizon (2013)
This is Sempiternal! Album ini memiliki narasi yang solid di tiap lagunya ataupun sebagai kesatuan album yang utuh. Cocok untuk didengarkan ketika nge-gym dari pemanasan peregangan hingga pendinginan.
  • AM, Arctic Monkeys (2013)
Nama albumnya sendiri bisa berarti banyak hal. 1) AM adalah singkatan dari Arctic Monkeys, 2) AM diambil dari amplitudo modulation (modulasi amplitudo) pada gelombang (radio), yaitu teknik mengubah amplitudo gelombang tanpa mengubah frekuensinya, makanya kover albumnya adalah gambar gelombang AM (dengan tepat di bagian tengah gelombang ada bentukan seperti huruf A dan M), dan 3) AM dapat berarti ante meridiem atau after midnight karena lagu-lagu pada albumnya memang menggambarkan kehidupan dari tengah malam hingga dini hari menjelang pagi. Begitulah dengan cerita yang ada pada AM dari awal hingga akhir yang Arctic Monkeys sajikan secara kreatif tetapi simpel. Meskipun bukan space rock, mendengarkan AM membawa kita mengangkasa. Ingin bersemangat? Dengarkan AM. Sedang lelah dan mau istirahat? Dengarkan AM juga.
  • Some Nights, fun. (2012)
Album yang sangat dikenal pada tahun 2010-an. Bahkan album ini mengubah persepsi para personel fun. yang tadinya tidak ingin menjadikan album ini sebuah concept album hanya dalam 'beberapa malam' saja.
 
***
 
Seperti pada post yang sebelumnya, aku tekankan bahwa rekomendasiku ini unreliable karena aku bukan ahli dalam mengulas sesuatu, aku sangat subjektif. Jika kalian punya album kesayangan kalian yang kalian suka dengarkan dari awal hingga akhir, boleh saja berbagi. Tentu aku juga mengharapkan segala masukan dari kalian. Buh-bye!
(Sudah, biarkan saja dia!)
(Kalau mau coba, bisa di billclintonswag.com.)

***

Oke, aku tambahkan 5 album lagi karena aku tidak tahan kalau meninggalkan kelima ini. Silakan dengarkan jika tertarik. Berikut kelima album tambahannya:
  • Blink-182 (untitled), Blink-182 (2003)
  • Under the Iron Sea, Keane (2006)
  • Only by the Night, Kings of Leon (2008)
  • American Beauty/American Psycho, Fall Out Boy (2015)
  • That's the Spirit, Bring Me the Horizon (2015)