Jumat, 10 September 2021

(Dibuat pada tanggal 2 September 2021)

"Prita, tolong bawa berkas yang kemarin ke kantor, ya. Saya mau koreksi dulu. Ditunggu sampai waktu jam makan siang."
 
Begitu kata suara bosku yang menelepon pukul 8 pagi tadi. Aku membelalakkan mata. Hah? Jadinya hari ini? Berkas yang dimaksud adalah berkas kontrak dengan seorang klien investor yang akan meneken kontraknya minggu depan (kami sudah janjian). Oh, iya, "kemarin" yang dimaksud adalah selumbari, Senin. Hari ini hari Rabu. Jadwalku masuk kantor adalah hari Senin dan Kamis, sisanya WFH. Senin lalu, bosku bilang untuk menyelesaikan dan bawa berkasnya waktu aku masuk lagi ke kantor, yaitu besok. Mengapa jadi harus hari ini?
 
Untunglah aku biasa bangun pagi dan sebenarnya, berkasnya sudah tinggal tahap koreksi sedikit-sedikit. Aku pun segera membuka laptopku dan mulai mengerjakan berkasnya. Aku hanya butuh sekitar 1 jam untuk menyelesaikannya. Setelah selesai, aku segera mandi dan berpakaian untuk ke kantor.
 
Pukul 9 pagi. Aku sebenarnya sudah sarapan, tetapi aku sangat mudah untuk merasa lapar lagi. Maka, aku selalu mampir ke kedai kopi untuk membeli sesuatu yang bisa dijadikan santapan brunch. Saat aku masuk, owh, yang sedang mengantre cukup banyak. Antrean yang berjarak pun menambah kesan "berjibun" dalam kedai kopi. Sekali lagi, untunglah orang-orang yang memesan tidak bisa mengonsumsi pesanannya di kedai, harus dibungkus, jadi kedai tidak perlu penuh sesak dan seharusnya itu mempercepat antrean berkurang.
 
Akhirnya, aku mendapatkan pesananku setelah 30 menit mengantre. Aku segera keluar kedai. Aku menyimpan pesananku, pai labu manis ukuran sedang dan kopi mochaccino di tempat tertentu di dashboard mobil. Aku menyalakan mobil dan kembali melaju.
 
Sampai akhirnya, di suatu titik menuju persimpangan jalan yang cukup besar, banyak kendaraan yang tidak bergerak di depanku. Macet. Aku terkejut melihat kemacetan ini. Lantas aku berhentikan mobilku. Ada seorang pedagang asongan lewat samping mobilku. "Ada apa ini?" tanyaku.
 
"Ada kecelakaan di perempatan gara-gara kabel lampu lalu lintasnya putus," jelas bapak pedagang asongan. "Lagi ditangani polisi dan petugas jalanan buat betulin lampu lalu lintas dan kondisi jalan."
 
Aku berterima kasih kepada bapak pedagang asongan dan menaikkan kaca jendela mobilku. Kecelakaan? Aku mengutak-atik aplikasi peta di gawaiku, tetapi seluruh alternatif jalan pun berwarna merah, menunjukkan penuhnya jalan tersebut. Aku menghela napas. Aku rasa, aku akan terjebak di sini hingga masalah kecelakaan teratasi. Jalan yang biasa aku lalui ini adalah jalur tercepat.
 
Tiiiin! Tiiiin!
 
Astaga! Aku rasa, aku tertidur sambil mengantukkan kepalaku di setir mobil hingga akhirnya klakson mobilku berbunyi. Aku melihat jam. Pukul 10.45. Waktu berlalu cepat sekali, ya, kalau ketiduran? Aku agak panik karena sebentar lagi pukul 11 dan aku belum sampai kantor. Untuk menenangkan diri, aku memakan seluruh paiku dan minum mochaccino yang kubeli tadi.
 
Tiiiin! Tiiiin!
 
Kali ini, suara klaksonnya dari mobil lain. Kendaraan sudah mulai berjalan lagi, pertanda masalah kecelakaannya sudah beres dan lalu lintas lancar lagi. Aku segera membersihkan kedua tanganku dan kembali menyetir (lagi-lagi, untunglah, aku sudah menyalakan mesin mobil agar panas kembali sembari makan). Aku membawa mobilku dengan agak mengebut ke kantorku supaya cepat sampai. Pukul 11.15, aku melesat masuk ke dalam gedung kantor, menaiki lift, dan berjalan cepat ke ruangan bosku.
 
Namun, nihil.
 
Aku mendekati meja kerja bosku. Bosku biasanya meletakkan laptopnya di atas meja, tetapi tidak ada apa-apa di mejanya. Tas laptopnya bahkan tidak terlihat di mana pun. Aku keluar ruangan bos diiringi tatapan bingung teman-teman karyawanku yang sedang masuk kantor. Mungkin mereka bingung mengapa aku ada di kantor hari ini. Aku pergi ke tempat resepsionis dan bertanya soal bosku.
 
"Pak Ardhi? Wah, saya tidak lihat. Para manajer yang masuk dan keluar harus absen di sini," kata mbak resepsionis sambil menunjuk mesin absen khusus para bos atau atasan lainnya yang ada di mejanya.
 
Aku kebingungan. Setelah mengucapkan terima kasih, aku mencari tempat untuk menelepon bosku. Akan tetapi, nomor yang kutuju selalu tidak dapat kuhubungi berkali-kali. Aku mencoba menghubungi lewat aplikasi chatting, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa pesanku dibaca. Akhirnya, aku pun pulang ke rumah setelah membeli frappuccino untuk menghibur diriku.
 
Keesokan harinya, aku datang pagi-pagi ke kantor. Aku menunggu bosku datang untuk memberitahukan semuanya. Bosku juga biasa datang pagi. Pak Ardhi cukup senang aku menyelesaikan tugasku dengan baik, tetapi beliau pun terheran-heran mendengar ceritaku.
 
"Menelepon kemarin pagi? Saya tidak menelepon Anda, Prita."
 
Aku, yang tidak percaya, mengambil gawaiku dan hendak menunjukkan history telepon kemarin ... tetapi tidak ada.
 
History telepon pukul 7 hari Rabu kemarin tidak ada, tidak tercatat. Akan tetapi, aku benar-benar yakin aku ditelepon oleh nomor Pak Ardhi kemarin. Aku pun mengecek Whatsapp karena aku ingat aku juga mengirim pesan kemarin. Ternyata, pesanku yang kukirim juga tidak ada, hilang begitu saja. Lagipula, kalau aku menghapus pesan Whatsapp yang telah kukirimkan, pasti masih ada balon katanya dengan keterangan tertentu, bukan?
 
Setelah aku menjelaskan semuanya, Pak Ardhi berkata, "Mungkin Anda sedang gelisah karena klien kita, investor yang bekerja sama dengan kita itu, adalah orang yang penting. Anda jadi ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat. Ya, saya lihat itu benar. Hasil kerja Anda juga sangat bagus. Tapi, ingat, Anda tidak boleh sampai stres saat kerja, terutama di masa pandemi ini. Selain itu, saya rasa, Anda harus mengurangi konsumsi kafein, Prita, supaya tidak kebingungan."
 
Pak Ardhi memang tahu kegemaranku meminum kopi. Pak Ardhi menerima hasil kerjaku untuk dikoreksi lebih lanjut dan memintaku untuk kembali ke tempat kerjaku. Aku berterima kasih kepada Pak Ardhi dan pamit undur diri. Di meja kerjaku, aku masih terheran-heran. Apa sebenarnya yang terjadi kemarin? Apakah aku salah?
 
Aku menggelengkan kepalaku. Kehidupanku harus tetap berlanjut. Yah, yang kemarin itu sudah berlalu. Sekalipun itu ternyata hanya mimpi. Meskipun begitu, selagi melanjutkan pekerjaanku, aku pun bertanya-tanya. Apakah yang kemarin itu hanya mimpi? Atau bukan?

(Dibuat pada tanggal 1 September 2021)

Meski sunset tidak terlihat semburat merahnya.
Walau malam tanpa bulan dan tak berbintang.
 
Aku ada di sini. Aku memandangimu dan di kepalaku penuh dengan segala deskripsi tentang dirimu. Aku tidak akan berpaling darimu. Lesap sudah keraguan yang ada pada dirimu. Awalnya, kamu merasa tidak akan pernah sebening mata air dan bermusuhan dengan cermin. Gunung berapi dalam dadamu sudah melontarkan lahar yang akhirnya meresap ke tanah tempat tumbuh dan munculnya flora dan fauna yang hidup di dalam semesta ini serta tempatku berpijak kini.
 
Aku ulangi, aku tidak akan berpaling darimu. Aku ingin menikmati pagi yang sejuk karena embun dan hangat karena cahaya matahari denganmu. Tidak mengapa jika kamu merasa hancur karena dari kehancuran bisa lahir sesuatu yang baru. Biarkan aku bernaung di bawah langit ini bersamamu sambil mengamati segala kelahiran yang terdapat di bumi pertiwi. Seluruh harap dan tanya merujuk ke suatu pernyataan yang tentu bakal menenangkan. Aku milikmu dan kamu milikku.
 
Kamu memang tidak sempurna, tetapi aku akan tetap mengagumimu, mengasihimu, dan mencintaimu.

Rabu, 21 Juli 2021

My Favourite Scenes and Dialogue in Movies

It's time to write this because I want to share it. Pardon, because I'm an Indonesian and the subtitles in the videos are in Indonesian. I try to make this short. So, without further ado, here they are.
 
(Caution: May contain spoilers)
 

Doctor Strange (2016)


Doctor Strange: "I'm not ready."
The Ancient One: "No one ever is. We don't get to choose our time."
The Ancient One: (Grabs Strange's hand)
The Ancient One: "Death's what gives life meaning, to know that your day is numbered. Your time is short." 

The Matrix Reloaded (2003)


Neo: "But if you already know, how can I make a choice?"
The Oracle: "Because you didn't come here to make the choice. You've already made it. You're here to try to understand why you made it."
*
The Oracle: "We're all here to do what we're all here to do."
*
The Oracle: "We can never see pass the choices [that] we don't understand."
Neo: "Are you saying I have to choose whether Trinity lives or dies?"
The Oracle: "No. You've already made the choice. Now, you have to understand it."

V for Vendetta (2005)


V: "You said you wanted to live without fear. I wish there'd been an easier way, but there wasn't."
*
V: "I know you may never forgive me, but nor will you understand how hard it was for me to do what I did. Everyday, I saw in myself everything you see in me now. Everyday, I wanted to end it. But, each time you refused to give in, I know I couldn't."
*
V: "You could have ended it, Evey. You could have given in, but you didn't. Why?"
Evey: "Leave me alone! I hate you!"
V: "That's it! See, at first, I thought it was hate too. Hate was all I knew. It built my world, imprisoned me, taught me how to eat, how to drink, how to breathe. I thought I'd die with all the hate in my veins. But then, something happened. It happened to me just as it happened to you."
Evey: "Shut up! I don't want to hear your lies!"
V: "Your own father said that artists use lies to tell the truth. Yes, I created a lie. But, because you believed it, you found something true about yourself."
*
Evey: "I can't feel anything anymore!"
V: "Don't run from it, Evey, you've been running all your life."
*
V: "This may be the most important moment of your life. Commit it to it."
*
V: "The only thing you had left was your life, but it wasn't."
Evey: "Oh, please."
V: "You found something else. In that cell, you found something that mattered more to you than life. Because when they threatened to kill you unless you gave them what they wanted, you told them you'd rather die. You faced your death, Evey. You were calm. You were still."
*
Evey: "God is in the rain."
*
(And then, Evey finds her newfound courage and forgives V seemingly.)

I wanted to highlight all dialogues in that scene, but it would be too long, so I picked some that I think is more relevant. :))


Passengers (2016)


Arthur: "Well, say you could snap your fingers and be wherever you wanted to be. I bet you'd still feel this way: not in the right place. Point is, you can't get so hung up on where you'd rather be that you forget how to make the most of where you are."


Kung Fu Panda 1 (2008), Kung Fu Panda 2 (2011), and Kung Fu Panda 3 (2016)

All of the scenes and dialogues, duh! I mean, it's my comfort movie saga with many valuable lessons.

***

And that's all from me. What are yours?

Rabu, 23 Juni 2021

Pembicaraan di Cermin

"Aku belum siap."

Itu yang kaukatakan seraya memasang muka datar. Aku membalas omonganmu.

"Tidak ada yang salah dalam menjadi belum siap. Namun, kamu tetap harus mengomunikasikan dengan dirimu sendiri apakah kamu siap atau tidak untuk menghadapi yang satu ini."

Kamu mengangkat sebelah alis. "Apa yang akan kuhadapi?"

"Kematian. Kematian yang membuat hidupmu mengandung arti dan waktu yang kaupunya terbatas. Tidak ada yang tahu kapan kamu mati, termasuk dirimu."

"Ini terlalu banyak untukku."

"Untukku juga."

"Aku tidak punya kapasitas mental yang cukup dan mumpuni dalam hal ini."

"Sama."

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

Aku menepuk pundakmu walaupun telapak tanganku membentur permukaan bening yang keras. Yah, masih kalah keras dengan realita saat ini, sih. Akan tetapi, aku tersenyum sambil berkata dengan cukup meyakinkan. "Kita masih punya satu sama lain."

- Pembicaraan di Cermin -
#KronikKepemimpinan

Selasa, 25 Mei 2021

Poliamori (Bagian 1)


 



Kamu, yang dingin dan isis dengan adanya rasa manis-pahit dari kepingan-kepingan coklat yang kecil seperti es krim mint chocolate chip. Kamu, yang manis dengan selai stroberi ditambah kejutan rasa potongan dan serpihan kue keju yang tidak terduga seperti es krim strawberry cheesecake. Kamu, yang terasa asam, menyengat, tetapi menyegarkan seperti es krim lemon. Kamu, yang dapat mengasuh tiga rasacoklat, vanila, dan stroberisekaligus sehingga tampak komplit dan triwarna seperti es krim neapolitan. Kamu, es krim yang mengandung paduan rasa beri-berian, entah stroberi, bluberi, rasberi, atau lainnya, yang membuatku tersenyum karena keenakannya. Kamu, es krim rasa permen kapas, dan kamu, es krim rasa permen karet, yang menjadikanku mampu merasakan rasanya makan permen tanpa harus benar-benar memakan permen. Kamu, yang mampu menjaga keautentikan nilai-nilai masa kecil dan kenangan tradisional bak es krim kacang hijau, es krim ketan hitam, es krim durian, es krim nangka, dan es krim kopyor.

Kamu. Kamu semua. Kalian. Semuanya rasa es krim kesukaanku.

Aku harus pilih yang mana?

#KronikKepemimpinan
#SeriPoliamori



Minggu, 23 Mei 2021

Kilang Hayati pada Perairan

Aktivitas kilang hayati tidak hanya terbatas pada biomassa pada daratan saja. Kilang hayati dikenal sebagai melakukan kegiatan yang terintegrasi antara proses konversi biomassa untuk menghasilkan produk-produk tertentu  bahan bakar, dan bahan-bahan kimia dari biomassa sebagai koproduk kimia. Hal tersebut sangat mungkin dilakukan dengan biomassa yang bersumber dari perairan. Perlu diketahui bahwa 71% permukaan bumi tertutup oleh air dengan < 1% merupakan air tawar. Berdasarkan luas lahan, biomassa dari perairan akan menjadi lebih banyak daripada biomassa di daratan. Biomassa yang tersedia terdiri dari tanaman laut: mikroalga dan makroalga serta hewan laut: ikan, krustasea, dan moluska. Ada beberapa keuntungan dari kilang hayati pada perairan, di antaranya adalah limbah yang tidak akan dikonsumsi manusia, mengurangi kendala lahan pertanian, pertumbuhan lebih cepat, kondisi pertumbuhannya tidak perlu banyak syarat, dan komponen yang memiliki banyak manfaat. Tentunya, kilang hayati untuk perairan ini masih harus menekan jumlah buangan (zero waste), meningkatkan nilai hasil produk sampingan, meminimalkan konsumsi energi, dan mengoptimalkan efisiensi proses kilang hayatinya.

Berikut ini adalah pemanfaatan biomassa perairan.

Alga
Alga adalah tanaman berklorofil yang hidup  dalam air laut atau air tawar. Alga termasuk dalam divisi Thallophyta dan mengandung klorofil-a. Karena berklorofil, alga mampu mengubah karbondioksida menjadi biomassa dengan bantuan cahaya (fotosintesis). Alga terbagi menjadi mikroalga dan makroalga. Mikroalga merupakan organisme uniseluler dan prokariotik/eukariotik. Makroalga merupakan organisme multiseluler dan eukariotik. Rumput laut termasuk alga (makroalga) sebagai organisme plant-like. Makroalga terbagi menjadi alga coklat (Phaeophyceae), alga merah (Rhodopyceae), dan alga hijau (Chlorophyceae). Alga coklat mengandung pigmen xantofil (fukosantin) dan karotena yang membuatnya coklat, alga merah mengandung pigmen fikoeritrin yang membuatnya merah, dan alga hijaulah yang mengandung paling banyak pigmen klorofil (klorofil-a dan klorofil-b).
Perbandingan ukuran makroalga: Phaeophyceae > Rhodopyceae > Chlorophyceae
 
Contoh-contoh alga coklat:
  • Alaria sp.
  • Saccharina sp.
  • Saccorhiza sp.
  • Sargassum sp.
  • Undaria sp.
  • Famili Fucaceae
  • Famili Laminariaceae
Contoh-contoh alga merah:
  • Gracilaria sp.
  • Gelidium sp.
  • Gelidiella sp.
  • Hypnea sp.
  • Eucheuma sp.
  • Porphyra sp.
  • Kappaphycus sp.
  • Palmaria sp.
Contoh-contoh alga hijau:
  • Ulva sp.
  • Caulerpa sp.
  • Codium sp.
  • Monostroma sp.
Contoh mikroalga (hijau): Chlorella sp.

Rumput laut mengandung karbohidrat, protein, dan mineral-mineral sebagai nutrisi mayornya serta lipid dan vitamin-vitamin sebagai nutrisi minornya. Kandungan karbohidrat pada rumput laut dapat mencapai 76%. Karbohidrat hidrokoloid yang terkandung dalam rumput laut di antaranya adalah agar-agar, alginat, karagenan, fukoidan, dan laminaran. Yang merupakan polisakarida food grade adalah agar-agar (agarosa dan agaropektin), alginat, dan karagenan yang biasa ditemukan sebagai bahan makanan. Yang merupakan non-food grade polisakarida adalah fukoidan dan laminaran yang digunakan sebagai zat nutraceutical yang bermanfaat sebagai prebiotik. Selain itu, tentunya rumput laut juga memiliki kandungan serat yang tinggi. Kemudian, protein yang ditemukan pada rumput laut berupa protein aktif (lektin dan fikobiliprotein) dan asam amino (esensial: lisin, treonin, triptofan, metionin; non-esensial: sistein, glutamat, glisin, arginin, dan alanin).

Kandungan-kandungan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk, baik pangan maupun nonpangan. Karbohidrat pada rumput laut bisa diolah menjadi bahan bakar alami bioetanol. Lipid pada rumput laut, meskipun tidak banyak, dapat dijadikan bahan bakar alami biodiesel selain bahan pakan. Jika ditemukan sisa rumput laut dari suatu pemrosesan, daripada dijadikan limbah tak berguna yang dibuang percuma, dari rumput laut dapat dibuat produk sampingannya. Memang, ada juga rumput laut dan alga yang dibudidayakan untuk keperluan bahan bakar dan mikronutrien lain yang dapat diekstrak dari rumput laut dan biasanya, mikroalgalah yang dibudidayakan untuk itu karena cenderung lebih mudah diolah. Untuk makroalga, biasanya makroalga perlu dikeringkan, dikecilkan ukurannya, dan disterilisasi sebagai bentuk pretreatment.

Berikut adalah pemrosesan rumput laut dari panen hingga penyimpanan beserta standar-standar untuk rumput laut konsumsi lalu proses kilang hayati untuk mengolah rumput laut yang tidak lolos standar konsumsi.
Gambar 1. Diagram Proses Pascapanen Rumput Laut
(Sumber: DJPB, 2015)

Gambar 2. Contoh Alat Pengering Rumput Laut Bertenaga Surya
(Sumber: Kadam dkk., 2015)

Gambar 3. Standar Mutu Rumput Laut Berdasarkan SNI 2690-2015

Gambar 4. Parameter Kualitas Rumput Laut
(Sumber: DJPB, 2015)
 
 Gambar 5. Proses Produksi Biofuel dari Mikroalga
(Sumber: Medipally dkk., 2015)
 
 Gambar 6. Biokonversi Mikroalga Menjadi Banyak Produk (Berlaku Juga untuk Makroalga)
(Sumber: Medipally, 2015)

Moluska dan Krustasea
Moluska dan krustasea adalah binatang yang memiliki cangkang keras untuk melindungi bagian tubuhnya yang lunak. Di dalam cangkangnya terdapat bagian daging yang tentunya bisa dimakan. Bagian cangkang yang tidak bisa dimakan ini masih bisa dimanfaatkan agar tidak menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Kebanyakan cangkang moluska dan krustasea mengandung protein, kapur (CaCO3), dan kitin. Protein dari cangkang dapat diolah menjadi pakan hewan (darat dan laut), suplemen makanan, bumbu, dan obat-obatan. Kapur dari cangkang dapat diolah menjadi bahan bangunan dan ATK. Kitin dari cangkang dapat diolah menjadi kitosan yang digunakan dalam penelitian (mikro)organisme dan material tertentu.
Gambar 7. Produk Kilang Hayati Cangkang
(Sumber: Slide PPT Mata Kuliah Teknologi Kilang Hayati)
 
Proses pembuatan kitosan dari kitin yang terbuat dari cangkang:
  1. Dekolorasi
  2. Demineralisasi: Menghilangkan mineral, terutama kapur, dari cangkang dengan menggunakan larutan asam encer
  3. Deproteinasi: Mengurangi kadar protein dengan menggunakan larutan alkali encer dan pemanasan
  4. Deasetilasi: Melepaskan gugus asetil dari kitin

Ikan-ikanan
Ikan-ikan di perairan seringkali dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi. Sebagian besar ikan yang dikonsumsi terdapat di laut, lainnya di air tawar. Namun, pengolahan ikan sebagai bahan makanan tentu menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan menjadi produk sampingan supaya limbahnya tidak terbuang percuma. Baik ikan yang dibudidayakan maupun ikan liar yang ditangkap dapat diolah untuk menghasilkan produk-produk dari kilang hayati. Adapun ikan-ikan berkualitas rendah yang tidak bisa dikonsumsi dan tidak diterima pasaran pun bukannya tidak bisa dimanfaatkan dalam kilang hayati perairan.

Limbah-limbah ikan dapat diambil komponen makro (protein dan lipid) dan mikronya. Caranya adalah dengan melakukan hidrolisis enzimatik dan sentrifugasi agar didapatkan komponen yang diinginkan. Dari situ bisa didapatkan daging lumatan untuk surimi, protein hidrolisat, kolagen, gelatin, peptida, asam amino, enzim-enzim, dan minyak ikan. Minyak ikan ini dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alami, suplemen nutrisi, atau pakan hewan (darat atau laut).

Protein yang menjadi salah satu komponen yang terkandung banyak dalam ikan dapat dibuat menjadi fish protein hydrolysate (FPH). FPH adalah protein aktif dari penguraian protein ikan dengan konversi enzimatik.  Proses pembuatan FPH dilakukan dengan hidrolisis enzimatis menggunakan enzim papain menjadi peptida yang lebih sederhana. FPH mengandung asam amino, vitamin, dan mineral yang baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan untuk pakan ternak, pupuk tanaman, dan suplemen makanan. Salah satu ikan yang menjadi sumber pembuatan FPH adalah ikan manyung/catfish (Arius thalassinus).

Ekstraksi FPH dari ikan manyung dilakukan dengan pengecilan ukuran dan pengeringan daging ikan. Ikan manyung berkualitas rendah disiapkan dan dibuat menjadi filet. Kemudian, filet ikan manyung direbus pada suhu 100°C. Daging ikan dicuci menggunakan air panas dan air dingin untuk menghilangkan bagian lemak. Selanjutnya, daging ikan diperas menggunakan alat white cloth mesh agar air dari daging keluar lalu digiling. Daging ikan yang telah digiling dicampurkan dengan enzim papain agar terjadi proses hidrolisis pada temperatur dan waktu tertentu. Setelah dihidrolisis, sampel daging dipanaskan pada suhu 75—800°C untuk menghentikan aktivitas enzim papain. Sampel daging dikeringkan dengan oven vakum. Setelah kering, sampel dihancurkan agar menjadi serbuk lalu diayak agar ukuran serbuk sama semua. Serbuk FPH disimpan dan dikemas dalam kemasan plastik polietilen yang bersegel.
Gambar 8. Diagram Alir Metode Ekstraksi FPH dari Ikan Manyung
(Sumber: Abraha dkk., 2017)
 
***
 
Begitulah gambaran kilang hayati pada perairan. Harapannya, pengetahuan mengenai kilang hayati pada perairan ini dapat membantu untuk mengurangi limbah produk dari perairan. Semoga implementasi kilang hayati pada perairan ini dapat menjadi nyata dan dikomersialkan di masa depan demi terlaksananya keberlanjutan lingkungan hidup.

Daftar Pustaka

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. (2015). Standar Nasional Indonesia: Rumput Laut Kering (SNI 2690-2015). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. (2015). Petunjuk Praktis Mengelola Pasca Panen Rumput Laut. Diakses dari http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/265/PETUNJUK-PRAKTIS-MENGELOLA-PASCA-PANEN- pada 16 Mei 2021 pukul 21.00 WIB.

[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. (2015). Cara Praktis Memanenan Rumput Laut yang memenuhi Standar Kualitas. Diakses dari http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/261/CARA-PRAKTIS-MEMANENAN-RUMPUT-LAUT-YANG-MEMENUHI-STANDAR-KUALITAS/ pada 16 Mei 2021 pukul 21.00 WIB.

Abraha, B., Mahmud, A., Samuel, M., Yhdego, W., & Kibrom, S. (2017). Production of Fish Protein Hydrolysate from Silver Catfish (Arius thalassinus). MOJ Food Processing and Technology, 5(4), 329—335.

Kadam, U. K., Alvarez, C., Tiwari, B. K., O'Donnell, C. P. (2015). Processing of Seaweeds. In Seaweed Sustainability: Food and Non-Food Applications, (pp. 61—78). San Diego, USA: Academic Press.

Kim, J. K., Yarish, C., Hwang, E. K., Park, M., & Kim, Y. (2017). Seaweed aquaculture: cultivation technologies, challenges and its ecosystem services. Algae, 32(1), 1—13.

Medipally, S. R., Yusoff, F. M., Banerjee, S., & Shariff, M. (2015). Microalgae as sustainable renewable energy feedstock for biofuel production. BioMed research international, 2015, 1—13.

Kilang Hayati Terintegrasi: Tiga Jenis Tanaman

Materi Mata Kuliah PP3103 Teknologi Kilang Hayati


Indonesia kaya akan sumber daya hayati seperti bermacam-macam flora. Flora di Indonesia memiliki berbagai fungsi untuk pangan, papan, dan sandang. Flora-flora mengandung lignoselulosa, yakni komponen organik yang menyusun struktur tanaman. Lignoselulosa merupakan sumber daya alam yang terbarukan. Dalam industri, lignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biomassa yang memiliki potensi dan nilai manfaat yang sangat tinggi. Akan tetapi, dalam proses pemanfaatannya terdapat banyak limbah yang terbuang, padahal lmbah-limbah dari pemrosesan masih banyak mengandung lignoselulosa. Tidak adanya pengolahan yang baik terhadap limbah menyebabkan sumber daya yang berpotensi tersebut terbuang dan terdegradasi secara percuma dalam tempat pembuangan. Maka dari itu, dibutuhkan suatu sistem terintegrasi yang dapat dibuat untuk memperkecil adanya limbah yang dihasilkan oleh suatu pemrosesan tanaman menjadi produk utama. Sistem terintegrasi tersebut terdiri daei mata-mata proses yang disebut integrated industrial biorefinery chains. Integrated industrial biorefinery chains adalah rantai keseluruhan dari industri yang mengolah lignoselulosa secara penuh dengan pengolahan yang terpisah atau terpusat. Inti kegiatan tersebut adalah pengilangan biomassa dan kunci kegiatan adalah teknologi konversi bahan baku biomassa. Sistem yang terintegrasi juga dapat membantu untuk menurunkan kebutuhan energi dalam suatu proses. Tentunya, sistem kilang hayati industri (industry biorefinery) ini perlu memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan dari limbah industri lignoselulosa dan menerapkan prinsip zero waste. Adanya suatu sistem industri yang terintegrasi dan kilang hayati industri diharapkan mampu untuk menjawab kebutuhan Indonesia akan pengoptimalan penggunaan sumber daya alam yang ada.

Sebagai negara tropis yang dihuni beragam jenis tanaman penghasil lignoselulosa, kita perlu mengenal juga macam tanaman yang akan dimanfaatkan agar mengetahui proses kilang hayati yang dibutuhkan. Kilang hayati lignoselulosa terintegrasi diperlukan karena biomassa lignoselulosa sulit untuk digunakan secara langsung dan rute produksi yang tepat dengan teknologi yang efisien harus dibentuk. Pengolahan hemiselulosa dan lignin sangat jarang dilakukan, padahal tiap komponen lignoselulosa dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan produk yang bernilai. Oleh karenanya, diperlukan pretreatment untuk penyediaan bahan baku, biasanya berfokus pada hidrolisis dan fermentasi selulosa. Di sini akan dibahas kilang hayati terintegrasi tiga jenis tanaman: tanaman herba, softwood, dan hardwood.

Tanaman Herba
Gambar 1. Atas ke Bawah: Tanaman Jagung, Bambu, dan Rami

Tanaman herba adalah tanaman yang tidak memiliki batang berkayu di atas tanahnya. Tanaman herba juga disebut tanaman monokotil. Istilah ini biasanya digunakan untuk tanaman semusim atau tahunan. Tanaman herba tidak memiliki kambium (zat kayu), hanya empulur dan korteks. Namun, tanaman herba tentu kaya akan lignoselulosa yang merupakan sumber yang dapat terbarukan serta biomassa yang ramah lingkungan dan energy-efficient. Contoh-contoh tanaman herba di sini adalah jagung, bambu, dan rami.

  • Jagung
Gambar 2. Pemanfaatan Biomassa Batang Jagung
(Sumber: Chen, 2015)

Jagung merupakan salah satu tanaman yang multifungsi. Batang tanaman jagung yang kering dijadikan jerami dengan kandungan nutrien yang berbeda-beda pada tiap bagian tanamannya. Komponen utama jerami adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Kandungan pada batang yang berbeda-beda merupakan permasalahan dalam pemanfaatan batang jagung. Hal tersebut bisa diatasi dengan mendirikan sebuah industri yang berorientasi multiproduk dengan proses fraksinasi dan pemanfaatan multilevel menggunakan teknologi ledakan uap (steam explosion) dan fermentasi bahan padat. Industri ini menerapkan pemanfaatan yang tidak hanya memanfaatkan satu komponen namun memanfaatkan semua komponen yang ada pada jerami. Pemanfaatan yang dilakukan adalah pemanfaatan komponen selulosa untuk dikonversi, pemanfaatan hemiselulosa yang kemudian difermentasi untuk memproduksi butanol, dan pemanfaatan lignin agar lignin bernilai tinggi. Selulosa dan hemiselulosa dapat dikonversi secara langsung untuk menghasilkan furfural, asam organik, dan zat hasil konversi lainnya. Dengan penggunaan metode hidrolisis, selulosa dan hemiselulosa dapat dikonversi menjadi gula fermentasi seperti glukosa dan xilosa serta alkohol (butanol). Substrat yang digunakan pada fermentasi butanol adalah serat pendek yang juga dapat dicairkan untuk polieter poliol dan poliuretan sementara serat panjang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan mikrokristalin selulosa dan digunakan untuk melarutkan pulp. Lignin yang didapatkan dari ekstraksi alkali dapat digunakan sebagai bahan baku untuk serat karbon, resin fenolik, dan produk lainnya.
Gambar 3. Pengolahan Jerami Jagung
(Sumber: Chen, 2015)

Gambar 4. Hasil Produksi Kilang Hayati Jagung Beserta Bahan Bakunya
(Sumber: Chen, 2015)

Dalam pengolahan bahan baku lignoselulosa, kebanyakan industri hanya memanfaatkan satu komponen saja dan komponen yang lainnya diabaikan sehingga menghasilkan limbah material dan pencemaran lingkungan seperti pembentukan zat asam dari hasil pirolisis. Meskipun begitu, hasil pirolisis masih dapat dimanfaatkan. Permasalahan lain yang ditimbulkan adalah ketidaktepatan fraksinasi sehingga kurang efektif untuk tanaman jagung dan bahan baku lignoselulosa lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya konsep pemanfaatan secara bertingkat secara biologis, penggunaan metode yang tidak dapat memperoleh ketiga komponen, dan kurangnya pengetahuan pemanfaatan dari ketiga komponen.
Gambar 5. Diagram Produksi Hasil Kilang Hayati Biomassa Jerami Jagung
(Sumber: Chen, 2015)

  • Bambu
Bambu adalah tanaman yang terdiri dari 65% lignin, 32% pektin, dan 3% kandungan abu. Bambu banyak digunakan dalam pengolahannya untuk dimanfaatkan serat bambunya. Serat bambu dibagi menjadi serat bambu alami dan serat bambu daur ulang. Serat bambu alami langsung dipisahkan dari bambu menggunakan proses khusus. Proses ini biasanya bergantung pada sistem pemintalan, penggergajian bambu dengan panjang yang dibutuhkan dalam produksi, dan penghilangan lignin, pentosa, pektin, dan kotoran lainnya untuk mengekstrak serat bambu alami dari bambu. Serat bambu alami dapat dijadikan pakaian yang nyaman dipakai, dapat diwarnai dengan baik, dan memiliki kilap yang cantik.
Gambar 6. Alur Proses Pembuatan Serat Bambu
(Sumber: Chen, 2015)

Saat ini bambu banyak dimanfaatkan di bidang pertanian, kerajinan tangan, konstruksi bangunan, dan kayu pengolahan panel, kertas, dan arang bambu. Penerapannya di bidang pertanian, kerajinan tangan, papan buatan, dan sebagainya masih banyak bergantung pada metode pengolahan tradisional yang pengolahannya terbatas, menghasilkan produk bernilai tambah rendah, dan memboroskan sumber daya. Pembuatan kertas dari bambu hanya menggunakan selulosa sebagai komponen utama serta hemiselulosa dan ligninnya dihasilkan dalam bentuk lindi hitam. Untuk mencapai pemanfaatan bambu bernilai tinggi yang ramah lingkungan, dikembangkan proses baru untuk pemanfaatan menyeluruh semua komponen pada bambu, jika dilihat dari komponen strukturalnya. Dalam proses ini, serat bambu alami diproduksi sebagai produk target utama. Sementara itu, xilo-oligosakarida, pulp, etanol, alkohol lignin larut, dan residu untuk pembangkit listrik biomassa diproduksi secara bersamaan untuk mewujudkan pemanfaatan maksimum dari semua komponen yang tersisa dan mengatasi polusi lingkungan.
Gambar 7. Kilang Hayati Bambu
(Sumber: Chen, 2015)

  • Rami
Rami (Boehmeria nivea Gaud.) adalah tanaman yang memiliki potensi, terutama batangnya, untuk menghasilkan kain berkualitas tinggi. Tanaman rami telah lama dibudidayakan untuk bahan tambahan dalam industri tekstil selain kapas. Serat rami memiliki sifat fisik yang hampir sama dengan serat kapas dengan beberapa kelebihan seperti seratnya jauh lebih panjang, lebih kuat, dan memiliki daya serap air yang lebih besar. Selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan tekstil, serat rami juga dapat digunakan untuk membuat bahan komposit yang ramah lingkungan. Untuk memperoleh serat rami digunakan metode kimia yang menghasilkan limbah berbahaya dari zat kimia yang digunakan. Salah satu pengembangan teknologi alternatif untuk memperoleh serat rami tanpa menggunakan zat kimia adalah dengan menggunakan teknologi ledakan uap (steam explosion). Proses steam explosion menyebabkan adanya pemecahan hemiselulosa dan lignin serta penataan ulang ikatan hidrogen selulosa di bawah kondisi tekanan tertentu yang menghasilkan produksi bahan dengan sifat yang baru.
Gambar 8. Serat Rami

Rami mentah dipanen oleh petani dan pertama kali dilakukan steam explosion untuk memisahkan serat kupas dan serat tangkai. Setelah itu dilakukan proses pencucian untuk memisahkan zat-zat yang terkandung dalam hasil proses steam explosion. Steam explosion dapat menyebabkan adanya degradasi struktur holoselulosa menjadi selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat selulosa yang diperoleh dari proses steam explosion memiliki tingkat kristalinasi yang lebih tinggi. Saat proses pencucian, panas akan mengubah ikatan hidrogen dalam struktur selulosa sehingga selulosa yang awalnya keras menjadi lebih lunak. Serat selulosa ini dapat diolah lebih lanjut seperti proses pemutihan untuk menghasilkan serat sebagai bahan baku tekstil.

Zat lain seperti hemiselulosa pada saat dilakukan proses steam explosion mengalami degradasi menjadi molekul xilan yang berasal dari struktur penyusun hemiselulosa. Cairan hasil pencucian produk hasil steam explosion kemudian dimurnikan dengan kromatografi kolom untuk menghasilkan xilo-oligosakarida yang memiliki sifat toleransi terhadap oksigen dan asam, dapat digunakan bersamaan dengan antibiotik, dan memiliki biaya produksi yang rendah. Terakhir, lignin dan monosakarida yang dihasilkan dari hidrolisis holoseslulosa dapat direaksikan dengan amonia sehingga menghasilkan zat organik yang kemudian dapat difermentasikan untuk menghasilkan pupuk organik. Limbah padat dari kilang hayati tumbuhan rami dapat dijadikan papan rami dengan metode hot pressing. Limbah serat rami berupa serat-serat pendek dapat diolah sebagai bahan baku kertas atau bahan baku uang kertas karena serat rami memiliki serat yang kuat.
Gambar 9. Pemanfaatan Rami dalam Kilang Hayati
(Sumber: Chen, 2015)
 
Softwood
Gambar 10. Pohon Pinus atau Tusam (Pinus sp.)
 
Softwood berasal dari divisi Spermatophyta, ordo Coniferales, dan subdivisio Gymnospermae. Pohon-pohon softwood memiliki daun berbentuk jarum. Pohon berkayu lunak, meski tidak selalu, dan berdaun jarum biasa tumbuh di tempat beriklim subtropis karena terdapat musim salju, tetapi sekarang juga bisa ditemui di tempat beriklim tropis. Struktur softwood terdiri dari kayu yang homogen, sel trakeid axial, dan parenkim jari-jari. Terdapat sel trakeid sebanyak 90% dengan panjang 1,5—5,6 mm dan lebar 30—75 μm. Komponen penyusun softwood adalah 55% selulosa, 11% hemiselulosa, 26% lignin, dan sisanya resin, tanin, minyak esensial, pigmen, alkaloid, pektin, protein, pati, dan zat anorganik.
 Gambar 11. Kilang Hayati Softwood
(Sumber: Chen, 2015)

Selulosa kayu softwood yang panjang dijadikan bahan baku pulp dan kertas. Selebihnya, zat-zat ekstraktif dari kayu softwood yang diambil. Kayu softwood lebih jarang untuk dijadikan kayu bahan bangunan.

Industri pulp dan kertas dari kayu softwood menghasilkan banyak sekali limbah dalam proses pembuatannya. Dalam setiap unit proses pada industri pulp dan kertas dapat menghasilkan limbah cair, seperti cairan sisa dari proses pemasakan, cairan pemutih (klorin), dan cairan sisa dari proses lainnya. Jenis limbah cair yang dihasilkan pada unit pemasakan pulp adalah lindi hitam dan lindi merah. Lindi hitam merupakan limbah cair yang terbuat dari proses pemasakan pulp yang menggunakan zat basa. Lindi hitam masih dapat dimanfaatkan dengan adanya pengolahan untuk dijadikan white liquor yang dapat digunakan kembali dalam proses pembuatan kertas. Lindi merah dihasilkan dari proses pemasakan pulp menggunakan zat asam. Lindi merah sendiri dapat dimanfaatkan juga menjadi zat yang memiliki nilai guna. Lindi merah mengandung lignosulfat dan gula, yang kemudian disebut sugar liquor, yang menjadi kandungan utama pada lindi merah. Untuk mendapatkan sugar liquor digunakan teknologi ultrafiltrasi dan nanofiltrasi yang digunakan untuk menghilangkan lignoselulossa dengan berat molekul yang tidak diinginkan. Hasil dari proses tersebut kemudian dimasukkan dalam unit dekolorasi dan deasetilasi untuk menghasilkan cairan gula yang mengandung gula sebanyak 90%. Sugar liquor ini nantinya dapat difermentasi untuk menghasilkan alkohol (butanol dan etanol), aseton, biogas, dan biopestisida. Selain itu, sugar liquor dapat dikatalis untuk menghasilkan etilen glikol dan propilen glikol serta dimurnikan dengan kromatografi menjadi manosa dan xilosa. Kandungan resin dan zat anorganik lainnya didapatkan dengan penyerapan zat menggunakan karbon aktif.
 
Limbah cair perlu diolah dengan unit effluent treatment, yaitu pengolahan limbah dengan perlakuan biologis pada umumnya. Limbah cair yang dihasilkan dari tiap unit proses pembuatan pulp dan kertas memiliki komponen utama berupa serat dan senyawa organik berupa lignin. Unit effluent treatment juga dapat menghasilkan limbah padat berupa lumpur. Lumpur-lumpur tersebut bisa mencapai 0,6—0,7% dari berat produk industri kertas berbahan baku dasar pulp. Limbah lumpur berpotensi untuk dijadikan bahan bakar atau sumber energi berupa biobriket yang mudah terbakar. Limbah lumpur dicampur dengan lindi hitam untuk membuat biobriket karena lindi hitam mengandung banyak lignin untuk menambah daya nyala biobriket.
 
Hardwood
Hardwood berasal dari divisi Spermatophyta dan subdivisio Angiospermae. Seperti namanya, pohon-pohon hardwood memiliki kayu yang cenderung keras dan berdaun lebar. Hal tersebut disebabkan sel-sel yang menyusun hardwood lebih kompleks. Komponen penyusun hardwood adalah 55% selulosa, 25% hemiselulosa, 20% lignin, dan sisanya zat-zat lainnya. Sel-sel kayu daun lebar terdiri dari 50% sel serat, 20% sel pembuluh, 17% sel jari-jari, dan 13% sel parenkim axial. Serat kayunya memiliki panjang 0,7—1,7 mm dan lebar 20—40 μm. Karena seratnya lebih pendek, kayu hardwood lebih sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan atau perabotan daripada dijadikan kertas (walaupun di sini juga akan dijelaskan pembuatan kertas dari kayu hardwood).
 Gambar 12. Kilang Hayati Hardwood
(Sumber: Chen, 2015)

Terlihat dari gambar, tanaman hardwood dapat menghasilkan produk kilang hayati yang bermanfaat. Ekstraksi langsung dari batang kayunya menghasilkan getah, istilahnya "menyadap getah". Getah tersebut dapat diolah lagi menjadi produk bernilai tinggi. Contohnya adalah getah pohon karet yang bisa dijadikan karet seperti namanya dan getah pohon kuda/kudo (Lannea coromandelica) yang bisa dijadikan bahan perekat (lem).
Gambar 13. Contoh Tanaman Penghasil Karet, dari Kiri Atas, Searah Jarum Jam: Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Parthenium argentatum A. Gray, dan Castilla elastica

Gambar 14. Pohon Kuda/Kudo (Lannea coromandelica)
(Sumber: Eskani dkk., 2017)
 
Sisa kayu yang merupakan limbah dapat dihancurkan dan dijadikan papan kompres (papan kayu yang terbuat dari serbuk-serbuk kayu, bukan kayu gergajian). Kemudian, selulosa panjang yang diambil ditambahkan basa/alkali yang kemudian diolah secara mekanis untuk dijadikan pulp. Proses untuk membuat pulp disebut dengan proses kraft. Pulp merupakan bahan dasar kertas. Untuk dijadikan kertas, pulp diberi pemutih melalui proses bleaching, direbus, digiling agar berbentuk lembaran, dan dikeringkan. Pulp yang sudah dikeringkan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran agar terbentuk kertas yang dikenal saat ini. Selain kertas, pulp dapat dijadikan soil conditioner dan/atau pupuk organik untuk menyuburkan tanah. Rasio C/N yang didapat dari pupuk organik dari pulp ini sebesar 9,00—14,00 dan pengoptimalan unsur hara makro pupuk (N, P, dan K) masih dapat dilakukan dengan pencampuran dengan pupuk organik lain.


Selulosa pendek dan hemiselulosa hidrolisat bisa difermentasi sehingga didapatkan aseton dan alkohol berupa etanol atau butanol. Alkohol yang didapatkan bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alami. Lignin hardwood dari proses pemasakan pulp bisa dijadikan resin fenolik untuk perekat kayu.

Daftar Pustaka
Chen, H. (2015). Lignocellulose Biorefinery Engineering: Principles and Applications. Cambridge: Woodhead Publishing Limited.

Diharjo, K. (2006). Pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat tarik bahan komposit serat rami-polyester. Jurnal Teknik Mesin, 8(1), 8—13.

Eskani, I. N., Perdana, A., Eskak, E., & Sumarto, H. (2017). Getah Pohon Kudo (Lannea Coromandelica) Sebagai Alternatif Perekat Untuk Produk Kerajinan. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah, 34(1), 19—24.
 
Komarayati, S. & Gusmailina. (2007). Pemanfaatan Limbah Padat Industri Pulp untuk Pupuk Organik. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(2), 137—146.

Syamsudin, S., Purwati, S., & Rostika, I. (2017). Pemanfaatan campuran limbah padat dengan lindi hitam dari industri pulp dan kertas sebagai bahan biobriket. JURNAL SELULOSA, 42(02), 68—75.