Sabtu, 18 Februari 2023

Album-Album yang Membuat Perasaanku Campur Aduk (Bagian 2)


 
Aku tidak akan melakukan pembukaan panjang-panjang. Kalau sudah memperhatikan judul dan membaca Bagian 1, aku akan langsung saja.
 
Is This It, The Strokes (2001)

Ini adalah BUKAN album favoritku yang berani kunilai tinggi. Jangan salah, aku tidak punya dendam apa pun dengan album ini. Toh, aku justru menyanjungnya. Aku suka suara Julian Casablancas yang terdistorsi di album ini. Aransemen lagu-lagunya pun bagus. Para kritikus juga bahkan menilai tinggi Is This It. Jadi, biasa saja, kok, antara aku dan album ini. FYI, ada versi lebih "aman" dari sampul album ini, yaitu yang berupa gambar peta/globe (?) berwarna biru dan kuning.
Lagu yang disukai: "Someday", "Last Nite", dan "New York City Cops"
 
Fallen, Evanescence (2003)

Is This It dan Fallen adalah album debut superior berturut-turut dari The Strokes dan Evanescence. Fallen dihargai tinggi baik oleh kritikus dan penggemar—terutama sebagai album pertama, album ini adalah gateway-nya menjadi penggemar Evanescence. Aku setuju sebenarnya. Hanya saja, lagu-lagu lainnya dalam album ini tidak seikonik lagu-lagu yang dijadikan singel seperti "Bring Me to Life", "Going Under", dan "My Immortal". Oke, ada lagu "Tourniquet" yang lumayan karena merupakan cover lagu dari grup Soul Embraced. Yang membuatnya "kurang" adalah pola musik dari lagu-lagu dalam album ini hampir sama semua, jadi tidak begitu variatif. Mungkin karena ini adalah album pertama di mana Evanescence masih mengeksplor tempatnya. Meskipun begitu, album ini tidak buruk juga. Sayang sekali Ben Moody, gitaris Evanescence waktu itu dan salah satu pendiri grup, hanya ada di album klasik ini, yang sangat menonjol, karena setelahnya terasa adanya penurunan dari Evanescence. Hiks.
Lagu yang disukai: "Going Under", "Bring Me to Life", dan "My Immortal"
 
Ones and Zeros, Young Guns (2015)
 
Tidak, ini bukan album yang membuat perasaanku campur aduk karena albumnya kurang bagus, melainkan karena album ini SANGAT BAGUS, tetapi tidak banyak yang mengetahui album ini. Aku yakin Young Guns merupakan grup yang sangat disukai di negara asal mereka, di Inggris. Sayang sekali grup ini kurang exposure ke dunia. POKOKNYA BAGUS. Album Ones and Zeros bisa menjadi gateway untuk mengenal Young Guns lebih jauh. Apa yang harus kulakukan agar album ini lebih terkenal lagi? AAAAAAAAAAAAAAA.
Lagu yang disukai: "Rising Up", "I Want Out", dan "Speaking in Tongues"
 
After Laughter, Paramore (2017)

I'm so sorry, Paramore, but this one bores me. Padahal lagunya enak-enak, tapi aku merasa bosan. Aku jadi membandingkan dengan diriku saat mendengarkan album The Wall dari Pink Floyd. The Wall juga punya banyak lagu enak. Bedanya, The Wall berdurasi 80 menit (kira-kira 2 kali durasi standar album), jadi wajar saja aku bosan dan kehilangan fokus (sorry, Pink Floyd). Yang membuatku bosan adalah aku tidak merasakan spark atau chemistry dengan album ini (terlebih karena tema albumnya yang cukup kelam). Aku lebih menikmati album sebelum dan sesudah After Laughter, Paramore (2013) dan This Is Why (2023). Bahkan aku lebih menikmati All We Know Is Falling (2005), album pertama Paramore yang belum serapi album-album setelahnya. Aku percaya ini album yang bagus (kalau dilihat dari nilai yang diberikan kritikus). Aku hanya butuh waktu lebih lama untuk menikmatinya.
Lagu yang disukai: "Hard Times", "Rose-Colored Boy", dan "Told You So"

Mania, Fall Out Boy (2018)

Oke, sekarang, kita ke bagian album yang tidak banyak disukai karena menandakan perubahan besar bagi artisnya. Kalian bisa bayangkan unsur EDM atau dubstep dimasukkan ke pop punk? Fall Out Boy melakukan itu. Hasilnya memang bikin para penggemar, kritikus, dan tetangga—bahkan internal Fall Out Boy sendiri—berbisik-bisik (coba kalian bayangkan). Tapi, kasihan juga, sih, kalau sampai bilang album ini flop. Fakta bahwa masih ada lagu yang kusukai di album ini menandakan kalau album ini tidak gagal amat secara konseptual (meski album ini bukan concept album?). It's actually a fun and neat album. (Jangan lupa apresiasi warna ungunya.)
Lagu yang disukai: "Stay Frosty Royal Milk Tea", "The Last of the Real Ones", dan "Young and Menace"
 
Tranquility Base Hotel & Casino, Arctic Monkeys (2018)

Masih dengan album yang tidak banyak disukai karena menandakan perubahan besar bagi artisnya. TBHC (singkatannya) sangat berbeda dari album-album sebelumnya yang penuh lagu-lagu cadas nan badass. TBHC justru sangat chill. Para penggemar memang dibuat terkejut karena TBHC sangat berbeda dari album AM (2013) dan terus ke belakangnya. Well, aku malah suka Arctic Monkeys yang chill begini, terlebih seperti yang kalian tahu, aku adalah penggemer fiksi ilmiah dan album ini menyisipkan unsur sci-fi. Ada humor di lagu-lagu album ini dan humor sering melekat dalam songwriting Arctic Monkeys. Itu yang tidak berubah. Walaupun begitu, yah, ada beberapa saat aku merasa bosan mendengarkan album ini. This album still slays, tho.
Lagu yang disukai: "Four Out of Five", "Tranquility Base Hotel & Casino", dan "She Looks Like Fun"

*

Sekali lagi aku tekankan bahwasannya aku tidak membenci album-album ini, tetapi aku pun tidak menggemarinya. I don't dislike these albums, but I'm not a fan also. Yang kutulis di sini berdasarkan preferensi pribadiku. Jika kalian punya opini yang berbeda denganku, tidak apa-apa, bagus malahan. Tenang saja, kalian sangat diperbolehkan untuk berbagi pendapat kalian.

Baiklah, cukup sekian dariku. Itu saja.