Hanya karena aku bahagia, itu tidak berarti aku senang.
Sebutlah aku ini anomali, tetapi aku tetaplah seorang manusia.
Aku ingin memakai pakaian selam yang (katanya) memberatkanku.
Namun, untuk apa aku menenggelamkan diriku jika hanya untuk menghirup udara kalengan hingga aku bisa menghirup udara sungguhan?
Mungkin sekarang, aku sudah tertidur di dasar palung.
Aku menjelma menjadi makhluk berinsang yang mengidamkan saccus pneumaticus (padahal hakku adalah paru-paru).
Lalu, dongeng apa lagi yang bisa membangunkanku?
Sepertinya, aku terlanjur mencabut pisau yang melibasku agar aku tertikam lebih dalam.
Aku dibiarkan bertanya, "Mengapa kita harus memanen bila kita tidak menanam?" "Siapa yang menuai?"
Banyak tanda tanya yang menandatangani kontrak dengan hidupku ini.
Semua pun memfusi tatkala terbelah menjadi dua.
Kekhawatiranku teroksidasi jikalau ada perlawanan yang kurelakan.
Aku sangat butuh menengadahkan tanganku karena saat ini, aku sedang ketakutan.
《Bandung, 8 September 2016》
((Ceritanya,) ini adalah curahan hati.)
Sudah. Itu saja.
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membuka semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."(Q.S. Al An'am [6]: 44)
"Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah."
(HR Ahmad)
Sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sailing_flyingfish.jpg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar