Aku adalah orang romantis.
Aku biasa melihatmu dari kejauhan. Hanya dengan melihatmu dari kejauhan, aku bisa mengetahui sarapan apa yang kaumakan tadi pagi, acara apa yang kautonton di TV, dan aroma parfum apa yang kaupakai. Aku suka memendam-mendam sendiri perasaanku ini. Katakanlah, ada suatu keindahan dalam setiap rahasia dan semacam tantangan dalam kasih yang tak sampai. Yang seperti itu semoga saja membuatku belajar lebih banyak di tiap kesempatan.
Hingga pada suatu hari, tibalah waktuku untuk menyatakan perasaanku kepadamu. Di sinilah aku menyadari betapa kejujuran bisa membuka banyak pintu kemungkinan dan menutup pintu-pintu kemungkinan lainnya juga. Aku seperti tidak memerlukan suatu jawaban karena aku memang tidak menanyakan apapun. Yang kupahami adalah pengakuan akan perasaanku yang kulakukan bukan hanya untuk menghadapimu, melainkan untuk menghadapi diriku sendiri.
Aku adalah orang yang romantis. Aku masih ingin cerita hidupku berlanjut. Setelah pernyataan itu, kadang aku bertanya-tanya apakah kehendak bebas yang kubuat memengaruhi jalan cerita dan segala rangkaian kejadian selanjutnya. Yang aku takutkan adalah jika tidak adanya perubahan antara setelah aku menyatakan perasaanku dan jika aku memendam perasaanku. Mungkinkah yang kutakutkan bisa terjadi dan menjadi nyata? Lalu, apakah aku masih merupakan orang yang romantis? Ah, akan tetapi, segala sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya, disukai atau tidak.
Aku adalah orang yang romantis. Alasannya adalah aku ingin berjuang untuk melakukan apa yang kucinta dan mencintai apa yang kulakukan.
Menurutmu bagaimana?